Everything I Didn't Say

10 - "You'll never understand," -

LUKE'S POV

Stelah perdebantan yang hebat dengan Angelina, aku segera pergi ke pagar sekolah untuk menemui Violin. Karena hari ini aku tetap latihan dengannya. Ternyata Angelina tahu tentang Violin yang menginap di rumahku. Dia tahu dari Mikey dan aku masih tidak tahu darimana Mikey tahu tentang itu. Calum tidak mungkin menyebar rahasiaku. Dia adalah teman yang baik. Tapi untungnya Angelina bisa mengertiku dan mau memaafkanku tapi sialnya saat aku ingin ke kelas Seni tadi. Aku mendapatkan dia berduan dengan cowok baseball. Well, it's hurt. Tapi aku tidak mau membahasnya, itu hanya membuat permasalahan menjadi panjang.

Saat aku sampai di pagar sekolah, aku tidak menemukan Violin. Kemana dia? Aku rasa, saat tadi dia mengambil barang-barang di loker, dia langsung pergi kesini. Aku punya firasat kalau dia sudah pulang. Aku tahu dia marah denganku karena Angelina sudah hampir menghajarnya. Tapi kami harus tetap latihan. Ujian sebentar lagi dan Violin masih belum mengerti betul tentang Fisika.

Aku pergi menuju ke mobilku dan langsung menuju ke luar pintu gerbang sekolah. Aku segera menuju ke rumah Violin walaupun Violin tidak menerima aku di rumahnya, Yang penting aku sudah berusaha untuk mengajaknya latihan. Setelah beberapa menit aku mengendarai mobilku, akhirnya aku sampai di depan rumah Violin. Aku turun dari mobil dan segera menuju ke pintu masuk rumahnya. Aku mengetok di pintu itu dan Ibunya Violin membukakan pintu.

"Hei Luke!" Sambutnya, lalu tersenyum. "Pasti kau mencari Vilon."

"Iya ma'am," Kataku maish tersenyum.

Ibunya Violin juga masih tersenyum denganku. "Ayo masuk, aku akan memanggilkan Viloin." Lalu Ibunya Violin masuk dan diikutiku di belakangnya.

VIOLIN'S POV

Di rumah aku memainkan lego milik Catlin dan berusaha menjawab apa yang Angelina dan Luke katakan tadi. Aku menyusun lego di bawah, bukan di atas kasurku. Aku menyusunnya menjadi gedung, beberapa rumah dan beberapa robot. Aku sudah lama tidak bermain lego. Dulu, aku sangat suka dengan permainan ini. Namun lama-kelamaan permainan ini digantikan oleh HPku.

Tadi saat di sekolah Angelina hampir saja menghajarku tapi Luke mengalihkan perhatiannya. Itu sangat aneh, Luke tidak menyukaiku tapi bagaimana bisa dia menahan Angelina untuk menghajarku? Tapi aku paling benci saat dia memeluk Angelina, aku tidak tahu kenapa aku benci saat melihat itu. Masih terbayang betapa kuatnya pelukan Luke yang dia kasih untuk Angelina. Violin, apa yang kau pikirkan?

Saat aku ingin meletakan satu potongan lego lagi di atas bagunan yang sudah hampir jadi, tiba-tiba ada orang yang datang dan membuka dengan keras pintuku. Sontak saja, lego yang sudah aku susun semuanya kacau berantakan teruatama gedung yang sudah hampir jadi ini. Aku menarik napas sebelum aku mengeluarkan emosiku ini, Aku melihat ke arah pintu masuk di depanku. Dia masih memakai kaos kaki dan celana jeans, dia tinggi dan berambut blonde quiff. yeah siapa lagi kalau bukan Luke Hemmings. Aku tidak percaya kalau dia akan datang untuk latihan.

"Hei, kenapa kau meninggalkanku?" Tanyanya dengan tidak bersalah. Aku merapikan semua legoku, dan aku tidak mau menjawab pertanyaanya. Luke sekarang duduk di depanku. "Hei, jawab aku Violin!"

Aku masih tidak menjawabnya, bahkan aku tidak melihatnya. Aku hanya membereskan legoku saja. Dia tentu sudah membuatku sangat emosi. Dia sudah menghancurkan legoku dan sudah membuat Angelina hampir menghajarku. Tapi untung saja aku masih cukup beruntung. Sekarang, dia merasa tidak bersalah, malah dia sekarang yang menuduhku bersalah. Setelah merapihkan lego, aku segera berdiri dan mengambil HPku lalu duduk di atas tempat tidurku. Aku juga bisa merasakan Luke naik ke tempat tidurku.

"Violin, dengarkan aku!" Aku sangat bisa mendengarnya, karena dia sekarang dekat sekali denganku. "Aku minta maaf atas Angelina tadi, dan kau tau kan bagaimana dia. Aku rasa setelah aku dimaafkannya, itu bukan berarti aku sudah baikkan dengannya. Dia masih marah denganku, aku rasa."