Part 26 - "We're just a normal couple," -

466 20 1
                                    

Violin's POV

Saat aku terbangun dari tidurku, aku tidak dapat melihat ada Luke disini. Aku mencarinya melihat ke sekeliling kamar, tapi dia tetap tidak ada diamana-mana. Aku harap kejadian yang semalam hanya mimpi. Karena seingatku Luke berada di sini dan aku tidur di dadanya. Aku kembali membaringankan kepalaku beserta tubuhku di atas kasur lagi dan menarik selimutku.

Aku harap semua kejadian yang semalam terjadi, hanyalah mimpi. Aku yakin itu 100% pasti mimpi. Aku telah memimpikan Emily meninggal dan aku sekarang sangat khawatir dengannya. Aku berusaha mengambil HP ku yang berada di atas meja kecil dan ketika aku menyalahkan layarnya, ada pesan suara dari Emily. Oh tidak. Ini sama persis yang ada di mimpiku. Apakah ini benar? Emily sudah meninggal? Aku tidak bisa membuka pesan suara itu dan aku juga tidak mau. Kemudian suara pintu kamarku terbuka dan aku segera melihat ke pintu kamarku. Luke berjalan pelan dari pintu kamarku sebelum dia menutupnya kembali. Sial ada Luke. Ini semua bukan mimpi.

perlahan Luke berjalan ke arahku yang masih tiduran di tempat tidurku. Wajahnya tampak murung dan sedih. Aku tidak mau bangun dari tempat tidurku karena semua kejadian ini membuatku lemas tidak berdaya. Luke naik ke atas tempat tidurku dan duduk di sampingku. Aku masih tetap memandang layar HP ku dan berpura-pura tidak melihat ada Luke disampingku. Aku merasakan air mataku keluar dan menetes ke bagian wajahku. Luke mengelus rambutku, berusaha membuatku lebih tenang. Tapi sayanganya aku tidak akan pernah tenang. Air mataku semakin menjadi, air mataku menguncur deras dari mataku ke wajahku kemudian aku terisak dan aku tidak tahan lagi. Aku menangis. Aku segera bangun dan memeluk Luke dengan erat.

"Semuanya akan baik-baik saja," Kata Luke sambil mengusap punggung belakangku.

Tidak Luke, semuanya tidak akan pernah menjadi baik tanpa Emily. Rasanya aku ingin bilang seperti itu. Tapi dia adalah pacarku jadi aku takut jika dia akan salah sangka kepadaku, karena aku takut dia akan menyangka kalau hanya Emily sajalah yang dapat menenangkanku.

Saat aku sedang berpelukan dengan Luke, sedang mengeluarkan semua perasaanku dengan menangis di pelukannya tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan cepat dan Ibuku langsung melihat kami berdua. Well.. I dont care. Aku tetap memeluk Luke, aku tidak mau melepaskannya.

"Violin," suara lembut ibuku memecah kesediahanku. Luke langsung melepaskanku dengan perlahan dan segera melihat Ibuku yang ada di

Belakangnya. "Bersiap-siap lah, kita akan ke pemakaman jam sembilan." Kata Ibuku dengan suara yang pelan. Aku yakin dia juga sedih dan dia tahu perasaanku sekarang.

Well it's saturday that means i dont hɑѵe classes today. Aku segera beranjak dari tempat tidurku menuju ke lemari bajuku untuk segera mengambil baju dan segera berganti baju untuk datang ke pemakanan Emily. Aku masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju karena di kamarku ada Luke. Walaupun rasanya tidak apa-apa jika aku berganti baju di kamarku karena Luke juga sudah pernah melihat boobs ku.

Setelah berganti baju aku segera keluar dari kamar mandi. Aku melihat Luke sudah berganti baju dengan warna hitam-hitam. Wait, darimana dia dapat baju itu? Aku memakai tanktop berwarna putih dan rok sedang berwarna hitam. Aku juga memakai cardigan berwarna hitam dan sepatu berhigh heels pendek berwarna hitam, Rambutku di gerai. Luke terlihat tampan dan rapih dengan jas berwarna hitam dan celana panjang hitam.

"Where did you get that suit?" Aku bertanya sambil menutup pintu kamar mandi.

"Tadi aku pulang dulu untuk mengambil ini," jawabnya sambil merapihkan kerah jasnya di depan cermin punyaku.

Setelah kami rasa kami sudah rapih, aku dan Luke segera keluar dari kamar dan menemui Ibu dan Ayahku. Aku berjalan menuruni tangga dan Luke mengikuti di belakangku. Aku melihat Ibu, Catlin dan Ayahku sudah siap dengan pakaian hitam mereka.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang