Pagi ini Desya sudah sampai di Sekolah nya, bersama Arka dan juga Della yang mulai bersekolah hari ini. Banyak yang menatap ke arah mereka, tentu nya kepada Della karena mungkin mereka baru melihat Della pagi ini
"Kak, gue malu" cicit nya di sebelah Arka
Arka mengacak-acak rambut Dell karena gemas "Biasanya lo malu-maluin Dell"
"Dan sejak kapan lo manggil gue 'kak'"
Della menampar pipi Arka pelan
"Ya sekarang bedalah Kak, gimana kalo gue di bully? gimana kalo gue ga ada temen? gi—-"
"Kalo ada apa-apa kan ada gue sama Desya Dell"
"Hufthhhh, iya deh. Anterin Della ke kelas Kak"
"Lo bisa sendiri Dell ga usah dianter, lagian kelas gue sama kelas lo beda arah" ucap Arka
Della mendengus sebal ke arah Arka
"Yaudah gue anter lo yu"
Della tersenyum ke arah Desya, ah! senang rasanya mempunyai Kakak Tiri sebaik Desya!
"Ayo Kak, gue ga sabar pengen liat kelas nya!!!" girang Della
Desya membawa Della menuju kelas nya yang ada di ujung, Della melanjutkan jurusannya di jurusan IPS karena saat di Pekan Baru Della memang mengambil jurusan IPS
"Tuh kelas nya yang itu" tunjuk Desya
"Rame banget Kak"
"Ya namanya juga Sekolah, kalo mau sepi sana ke kuburan"
Della terkekeh pelan, ada benar nya juga
"Kak Desya"
Seseorang memanggil namanya dari arah belakang, reflek kedua nya menoleh
"Eh Wulan" sapa Desya kembali, karena memang kedua nya saling mengenal apalagi saat Vano meminjamkan tote bag milik nya kepada Wulan
"Lagi ngapain Kak?" tanya Wulan ramah dan melirik ke arah Della
"Ini anter adek, kamu IPS dua juga kan?"
Wulan mengangguk "Oh ini ya murid baru kemarin? kenalin nama aku Wulan" dengan senyum nya Wulan mengulurkan tangan ke arah Della dan langsung dibalas juga oleh Della
"Nama aku Adella, panggil aja Adel. Kamu IPS dua juga?" tanya Della
Desya ingin tertawa saat Della memanggil Wulan dengan sebutan 'kamu'
"Nah udah ada temen kan, gue ke kelas dulu ya"
"Wulan titip dia ya, kalo ada apa-apa atau dia ganggu, cemplungin aja" setelah mengatakan itu Desya langsung mencubit pipi Della yang membuat sang empu nya kesal
Desya kembali menuju ke kelas nya, ia ingin segera menanyakan kemana perginya Hida dan Arumi kemarin! tega-tega nya tak memberitahu dirinya! awas aja!
Desya masuk kedalam kelas nya yang sudah lumayan ramai, di bangku nya juga sudah ada Evie yang sedang bergosip dengan—-
"Hida Arumi"
Kedua nya menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangannya
"Vie awas" usir Desya ke arah Evie yang sedang duduk di kursinya
"Ishh, baru aja gue duduk Sya" dengan berat hati Evie berdiri
"Kemarin lo berdua kemana? ga ngabarin gue lagi!" kesal Desya ke arah Hida dan Arumi
"Kemarin kita bantuin rapat guru gitu, terus lanjut deh rapat PMR sampe pulang Sekolah" jawab Hida sangat lancar! untung lah ia sudah berunding dengan Nara tentang jawaban nya
"Ko gue ga diajak? gue juga kan anggota PMR, ya walaupun baru"
"Tuh Arumi juga baru, ko dia diajak gue engga?"
Hida dan Arumi saling pandang! mengapa mereka lupa jika Desya pun mengikuti ekskul PMR? duh! harus jawab apa nih!
"O—oh kalo itu sih gatau, tapi yang jelas kemarin ga semua nya rapat. Cuma pilihan, dan kemarin pagi lo kan belum ada jadi nya gue bawa Arumi aja deh Hehe"
"Oh gitu. Rapatin yang ikut ke Bandung ya?"
Kedua nya mengangguk sambil tersenyum, sepertinya Desya percaya, untunglah!
"Siapa aja yang ikut?"
"Lo ikut ko, udah gue daftarin. Tenang aja"
Senyum Desya merekah "Jadi gue ikut walaupun anggota baru??"
Hida mengangguk "Iya, lo kan punya skill ngobatin Sya"
Ah senang nya, jadi ia tetap akan ikut melihat tanding basket
Tak lama Bell masuk pun berbunyi, mereka yang tadi nya ribut menjadi hening apalagi saat kedatangan Pak Anto yang tiba-tiba, entah apa yang akan Pak Anto lakukan di kelasnya
"Selamat Pagi anak-anakku"
PAGI PAK
"Hari ini Bapak yang akan mengawasi kalian, karena Bu Nina tak bisa hadir, beliau sedang ada urusan ke Riau dengan anaknya. Tugas nya sudah Bapak catat di file Bapak. Kalian kerjakan, dan Bapak disini mengawasi"
Yah, ga bakal bebas nih
Duh kenapa harus Pak Anto sih!
Kalo berisik pasti di hukum di lapang mana panas lagi
Bisik para murid yang deg deg gan karena akan di awasi oleh Pak Anto
"Kalian lihat tugas nya di papan tulis, hari ini kalian cari materi nya, di perpustakaan"
Murid yang tadinya mengeluh menjadi senang! perpustakaan? belajar bebas dong!
"Bapak menunggu kalian disini sampai mata pelajaran berakhir! Paham?"
PAHAM PAKKKKKKK
Mereka semua segera keluar dan menuju perpustakaan, ini memang moment yang paling ditunggu-tunggu. Untunglah mood Pak Anto sedang baik, jadinya mereka tak mendengar ceramahan super duper panjang!
Begitupula dengan Desya, Hida, dan Arumi ketiga nya merasa lega karena bisa belajar di perpus. Lebih baik begitu daripada harus di awasi Pak Anto
***
Istirahat kali ini Nara menghampiri kelas Desya yang ternyata kosong. Kemana mereka? Nara hanya melihat Pak Anto yang sedang membaca koran
"Permisi Pak" ucapnya
Pak Anto melorotkan kacamata nya kebawah lalu mendengus sebal ke arah Nara "Bocah badung mau ngapain?"
"Sensi mulu Pak sama saya, saya kan kesini mau cari Desya"
"Desya gaada!" jawab Pak Anto sambil mendelik, sepertinya memang mempunyai dendam kesumat kepada Nara!
"Kemana Pak?"
"Sama Rasya, saya yang suruh!" Pak Anto sepertinya ingin memanas manasi Nara
"Oh bagus lah" jawab Nara sambil menjentikan jari nya
"Lho ko bagus? biasanya kamu bakal langsung nonjok Rasya terus ngehampiri ke kelas nya dan buat keributan!" ucap Pak Anto sedikit menyindir, bukan menyindir memang tepat sekali ucapannya!
"Itukan kemarin-kemarin, kalo sekarang yang saya tonjok ya yang nyindir saya" ucap Nara enteng sekali
Pak Anto mengangguk, sepertinya Nara sudah sedikit jinak—-eh tapi sebentar! ada yang salah
"Maksud kamu siapa yang nyindir? saya?" Pak Anto menunjuk dirinya sendiri
"Saya ga nuduh Bapak loh ya, Bapak sendiri yang bilang, bukan saya"
"Berani-beraninya kamu sama saya Naraya!"
Nara yang takut dengan kemarahan Pak Anto —-langsung saja ngacir dari dalam kelas Desya menuju ke depan kelas nya
"Anjir galak banget tuh guru! untung gue tobat" gumam nya
"NARAA"
Ia berbalik ke arah belakang dan menemukan Desya yang sedang berjalan dengan Arumi, Hida dan Airin
Nara menghembuskan nafas nya, mungkin mereka baru saja praktik di lab—-fikirnya
"Bentar gue simpen dulu buku" ucap Desya sebelum masuk, Nara mengangguk dan lebih memilih mengintip Desya dari luar jendela nya. Ia melihat jika Restu menghampiri Desya, dan mengejaknya berbicara
"Sialan tuh si Restu, belum gue jual otak nya!"
Nara melihat Restu yang tertawa sebelum meninggalkan Desya
"Nah tuh anak keluar"
Nara mencari ancang-ancang, Restu keluar dari kelas dan kebetulan sendiri, ia hampir saja melewati Nara, sebelum Nara mencegah nya
"Lo ngomong apa sama si Ecaa?"
Restu menaikan satu alis nya "Hubungannya sama lo apa?"
"Wah berani banget lo sama gue! cepet lo ngomong apa sama dia?!"
Seperti nya Restu mempunyai ide untuk memanas manasi Nara, hmmm boleh di coba nih!
"Gue ajak dia jalan, kenapa?"
What?
"Ngapain lo ngajak dia jalan? ga betah idup lo?"
Sudah terpancing emosi. Restu tersenyum miring, rencana nya mulai berhasil untuk mengerjai Nara
"Dia aja mau, emang kenapa?"
"Ngeyel lo! pulang lewat mana?" tanya Nara tajam
Tiba-tiba Desya datang dan menghela nafas nya, sifat Nara kembali lagi!
"Nara kenapa?"
Nara menoleh ke arah Desya "Dia ngajak lo jalan?"
Desya mengerutkan kening nya "Engga, kenapa?"
"Dia bilang dia ngajak lo jalan dan lo mau!"
Pantes aja Nara terlihat kesal, ternyata itu toh si Restu ngibulin
Desya tertawa sebentar kemudian menepuk pundak Restu "Lo bisa aja ngibul nya, gue ke kantin duluan ya Tu"
Restu juga tertawa lalu mengangguk, baru saja Nara ingin menggeplak wajah Restu namun terlambat karena tangannya sudah di tarik Desya menuju kantin
"Diem! udah jangan ribut, udah tau ada Pak Anto!"
Nara pasrah saja kemudian baru sadar Desya menarik nya dan sekarang keduanya menjadi sorotan di kantin
"Nar duduk dimana?"
Nara membalas geggaman tangan Desya "Di tempat Vano"
Desya mengangguk lalu menghampiri meja yang sudah diisi Vano, Reno, Agus, Somad, Bambank, Airin, Arumi, dan Hida yang dengan kecepatan kilat mereka sudah ada di kantin
"Yang udah akur mah beda ya" sindir Hida
"Iya, pegangan tangan lagi" timpal Airin
"Ajang sebrang sebrangan nih" tambah Reno
Desya barusadar jika dirinya menarik lengan Nara, dengan kasar ia menepis lengan Nara dari tangannya "Dasar modus!" kesal Desya lalu menarik kursi di samping Agus
"Cewek mah malu-malu Nar, seneng sih cuma ga mau bilang!" sindir Agus
"Iya Nar, cewek ga mau ngungkapin karena gengsi nya selangit, makanya lebih milih pura-pura kesel!" tambah Somad
"Cewek mah emang gitu Nar, bilang nya ga suka, eh ternyata dalem ati nya suka, kejer-kejer dan pengen nikah!" timpal Vano
"Cew——"
TAKKKKKKK
Desya memukul kepala Reno dengan sumpit yang di pegang Airin
"Cowok mah bacot doang! bukti gaada!" kesal Desya
"Iya, katanya janji ga bakal ninggalin eh ujung-ujung nya pamit juga, belum diusir tuh sama gue!" timpal Airin
"Ngomong nya chatan sama kamu doang, ternyata dalem hape nya asrama putri semua, dan semua nya di ladenin, udah kek jualan onlen aja semua nya di balesin!"
"Lah Rum, jualan onlen dapet duit, kalo ini dapet nya sakit hati! kalo ganteng sih oke aja, eh ini muka hasil las listrik aja masih mau jadi fucek buy!" tambah Hida
"Gue aduin si Arsen loh Da"
"Gue aduin si Resti biar dia nagih utang pulsa lo No!"
"Mampus!" teriak Bambank di depan wajah Reno, mereka tertawa karena keabsurd-an mereka sendiri
"Ca, makan apa?" tawar Nara
Desya menunjuk bakso yang di makan Hida "Mau itu, tapi pedes bang—-"
Belum sempat Desya menyelesaikan ucapannya Nara sudah berdiri
"Udah dibilangin jangan makan pedes, ngeyel sih lo!" ejek Agus
Desya melempar Agus dengan sedotan Airin
"Syaa itu sedotan gue woiii! ngapa di lempar?!"
"Gue beliin se dus!" jawab Desya
"Sensi mulu kalo sama si Agus, heran. Kalo jodoh gimana?!" tanya Arumi
"Kalo jodoh si Agus udah gue mutilasi" ucap Nara yang tiba-tiba datang dengan semangkuk bakso di tangannya
"Pawang nya dateng! cepet amat Nar?" tanya Agus
"Gue ambil punya si Restu, biar dia pesen lagi" jawab Nara santai
"Ih jangan gitu. Kasian si Restu, balikin lagi" titah Desya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Restu
"Nih makan aja, untung gue ga nendang si Restu di depan umum"
Ingin sekali Desya mencongkel mata Nara!
Dengan berat hati Desya mengambil bakso yang di berikan Nara dan memakannya, walaupun tanpa pedas sedikit pun, tak apa yang penting perutnya kenyang!
"Tuh cewek cantik bener!" ucap Reno
"Yang mana? kalo si Wulan lo siap-siap aja di geplak si Vano sekarang" ucap Agus
Vano mengikuti arah pandang Reno, ternyata Wulan ke kantin IPA bersama temannya, ah jarang-jarang kan!
"Van, serobot Van" bisik Bambank
"Adek kelas unyu lo dateng tuh" Airin menyenggol sikut Vano
"Gue udah ganteng belum?" tanya Vano sambil membenarkan rambut nya
Desya memperagakan orang yang ingin muntah saat melihat Vano
"Anjir Van nyamperin kesinii!" Agus yang heboh, sampai-sampai kaki nya juga ikut heboh!
"Kak"
Desya menoleh karena mengenali suara yang memanggil 'Kak' barusan
"Adel, kenapa?" tanya Desya
Vano dan yang lainnya bingung karena baru melihat wajah Della
Della menghampiri Desya dan membisikan sesuatu, yang membuat kepala Desya menggeleng
"Yaudah, makan disini aja" tawar Desya ke arah Della
Della menggeleng "Malu, lagian Wulan belum tentu mau" jawab nya
Desya menatap ke arah Wulan yang berdiri sambil memperhatikannya, dan berganti menoleh ka arah Vano yang so cool ketika di dekat Wulan
"Lan, kamu udah makan?"
Wulan menggeleng "Belum Kak, anter Adel dulu"
"Makan disini bareng kita mau?"
"MAUUU" bukan Wulan yang menjawab, tetapi Agus, Somad, Bambank, dan juga Reno
"Gue nanya Wulan buka lo lo pada"
"Aihhhhh galak banget si Desya sekarang! ternyata bener ya, orang galak berasal dari orang diam yang di fitnah" sindir Reno yang membuat Nara menoleh ke arah lain karena sadar jika ucapan Reno barusan menyindir nya
"Berisik!" ia kembali menatap ke arah Wulan "Gimana? mau?"
Wulan mengangguk karena ia juga tak enak hati menolak ajakan Desya
"Tuh mau, kalian mau duduk disini atau cari tempat lain?"
"Cari tempat lain aja" jawab Della "Kakak mana uang nya" bisik Adel ke arah Desya
Desya langsung mengeluarkan uang selembar ke arah Adel "Nih"
Setelah itu Adel mengajak Wulan untuk mencari tempat duduk, Vano masih menatap kepergian gebetannya
"Ah! lo kenapa sih malah kasih pilihan itu!" kesal Vano ke arab Desya
"Ya mau mau mereka lah, ko lo yang sewot"
"Pengen deh gue buang lo ke jurang!" Vano mengatakan itu karena tak sadar Nara menatap nya
"Utang lo yang waktu benerin motor, gue tagih sekarang juga" ucap Nara dingin
Vano langsung diam, dan baru sadar jika disini ada Nara "E—eh engga Nar maksud gue, i-"
"Nah loh kena loh!"
"Nah hayoloh"
"Ditagih rentenir loh"
"Bayar Van, jual motor bayarin hasil penjualannya!" ide bagus Mad!
"Enak aja. Lagian gue sayang sama Desya, ga mau buang dia ke jurang—-ya kan Sya!" Vano tersenyum lebar ke arah Desya
"Sekalian sama bunga nya!" tambah Nara
Vano memelotot kan mata nya, salah lagi ia dalam berucap
"Maksud gue sayang sebagai saudara, gitu ya Sya" Vano kembali merayu Desya yang barusaja menyelesaikan makannya
"Ga. Ke kelas yu" ajak nya saat selesai makan
Keempat nya mengangguk dan pergi meninggalkan para cowok buaya yang kini menatap kepergiannya
"Kasian banget lo Van, doi nganggurin, temen juga nganggurin. Yang sabar ya" Somad menepuk-nepuk pundak Vano
Lalu mereka pun mengikuti Desya menuju kelas
***
Seperti biasa, pulang Sekolah Nara sudah stay di depan kelas Desya dengan satu tangannya yang di masukan kedalam saku. Tapi tiba-tiba ia melihat jika Della berlari ke arah nya
"Kak Nar" sapa nya
Nara tersenyum tipis lalu tatapannya kembali lurus kedepan
"Kak Nar tunggu Kak Desya?"
Nara mengangguk namun tatapannya tetap tak berpaling
"Masih lama ga ya keluarnya?"
"Gatau" jawab Nara seadanya
"Duh gimana ya" Della terlihat resah, ia menggaruk-garuk leher nya
"Kak, titip pesen deh kalo gitu. Boleh ga?"
"Apa?"
"Gini-gini, sekarang aku pulang ke rumah dulu, Kak Desya suruh duluan aja bareng Kakak, malem nanti aku sama Arka juga bakal nginep lagi di rumah Kak Desya, soalnya takut kejadian malem keulang lagi. Kalo gitu makasih ya aku pulang, Arka udah di parkiran soalnya babay"
"Eh—-Dell" teriak Nara, namun terlambat, Della sudah berlari kencang
Kejadian malem? maksud nya? kejadian apa?
Nara melamunkan ucapan Della barusan sampai tak sadar jika kelas Desya sudah bubar, dan gadis itu sudah keluar dari kelas nya
"Bengong lo, kesambet setan baru tahu rasa!"
Nara melirik ke arah Desya yang kini berdiri di samping nya "Lo setannya"
"Enak aja. Ayo balik, lo latihan lagi kan ntar sore?"
"Mampir dulu ke kedai eskrim mau ga?" sebenarnya Nara paling malas jika ke kedai eskrim, karena disana pasti ia menjadi pusat perhatian anak Sekolah lain, tetapi untuk kali ini ia sengaja karena ada yang harus ia tanyakan kepada Desya
"Tumben, biasanya males because di liatin mantan lo pas SMP" ejek Desya sambil berjalan
"Udah gue bilang dia bukan mantan gue, enak aja! mau ga?" tawar Nara lagi
"Yaudah iya, tapi kita ke kelas De—-"
"Tadi dia bilang harus pulang dulu bawa baju" potong Nara
"Oh gitu? yaudah deh, ayo"
Kedua nya sudah sampai di area parkir, Nara menyerahkan helm nya kepada Desya juga jaket nya untuk menutupi paha Desya saat di perjalanan
"Tutupin paha nya yang bener" peringat Nara
Desya mendengus "Ini udah"
Nara menoleh kebelakang, tetapi lutut Desya masih terlihat, ia segera menarik jaket nya supaya lebih bawah lagi "Besok-besok jangan pake rok ini lagi" ucap Nara sambil menjalankan motor nya keluar dari area Sekolah
"Kan emang rok Sekolah nya ini" ucap Desya setengah berteriak karena suaranya tenggelam oleh kendaraan lain
"Pake yang di bawah lutut" balas Nara
Desya menggeplak pundak Nara "Hih, pemaksa dasar!"
Nara terkekeh, mereka sudah sampai di kedai eskrim yang dulu sering mereka datangi. Tetapi karena Nara malas di perhatikan pengunjung kedai, jadinya Nara tak suka dengan suasana kedai ini, mumpung sekarang penyakit malas nya itu sedang tidak ada, jadinya Desya meng-iya kan ajakan Nara
"Gue pesen dulu" ucap Nara dan diangguki Desya yang langsung memilih tempat duduk
Selagi Nara memesan, Desya memainkan ponsel nya—-siapatau Ibu nya mengirimkan pesan
"Nih" Nara memberikan satu mangkuk penuh eskrim rasa vanilla campur coklat ke arah Desya juga mangkuk sedang dengan eskrim rasa vanilla untuk dirinya
"Makasih Nar" ucap Desya berbinar
Nara mengangguk, ada yang ingin ia tanyakan kepada Desya soal ucapan Della tadi
"Caa"
Desya mendongak sambil memakain eskrim nya "Apa?"
"Semalam ada kejadian apa di rumah lo?"
Deg
Desya menurunkan sendoknya perlahan, darimana Nara tahu?
"Dar—-"
"Udah bilang aja" potong Nara
Desya terdiam, ia takut jika Nara malah gegabah
"Jawab Caa, gua ga bakal apa-apa"
"Ja—jadi malem tuh pas beres telpon sama lo gue sama Della langsung naik ke atas, ruang bawah udah di matiin lampu nya, kita masuk kamar trus pas kita udah mau tidur tiba-tiba di bawah ada suara pecahan kaca gitu"
"Pecahan kaca?"
"Iya. Pas denger itu yaa—langsung gue kunci kamarnya, gue telpon Arka sama Ibu tapi ga ada yang angkat"
"Kenapa ga telpon gue?" serobot Nara
"Gu—gue ngira lo masih antar Tania, dan malem juga untung nya Arka dateng dan gue denger suara orang jatuh dari luar, pas gue sama Della keluar—orang itu udah pergi, dan gue liat orang itu pake pakaian yang sama kek waktu itu"
Nara mengerutkan kening nya "Orang yang sama kek waktu itu?"
Desya merutuki dirinya, kenapa ia harus keceplosan segala sih?!
"A—an"
"Jadi lo udah di terror sama orang yang sama sejak lama? kenapa lo ga bilang?" suara Nara berubah
"Ya—ya karena dulu gue ngira cu—cuma orang iseng"
"Lo pernah liat wajah nya?"
Desya sedikit mengingat ingat wajah orang yang pernah ia lihat waktu itu, wajah nya tak asing tetapi ia lupa pernah bertemu dimana?
"Ga asing, cuma ga tau ketemu dimana"
Nara mengetuk-ngetukan jarinya, apa ini alasan Vano waktu itu ingin menjaga Desya? kemana saja selama ini? mengapa ia tak tahu hal seperti ini?!
"Ca, maafin gue"
Desya bingung, untuk apa Nara meminta maaf?
"Gue ga tahu hal ini padahal gue udah janji bakal jaga lo" suara Nara sedikit rendah
"Udah kali gapapa, lo ga tau dan gue ga bilang. Lagian gue ga sendiri, Vano sama yang lainnya juga udah nyelidikin, cuma ya hasilnya nihil, gaada bukti apapun"
"Gue yakin ini ulah Tania!" ucap Nara dengan wajah nya yang sudah memerah
"Jangan asal nuduh, kita semua ga tau kan yang benernya? toh gue yakin ini pasti cepet berakhir"
"Tapi Caa, ini semua pasti gara-gara gue"
"Jangan nyalahin diri sendiri. Lo udah tahu kan sekarang? gue cuma minta lo juga harus hati-hati Nar"
"Bukannya lo yang harusnya hati-hati?"
"Gue takut lo juga kena Nar"
Nara membeku saat mendengar ucapan Desya. Mengapa ia sangat bodoh telah meninggalkan wanita sebaik Desya kemarin? karena hal sepele saja dia hampir salah langkah! Ia berjanji akan terus mencari tahu siapa yang berani mengusik little fairy nya!
"Gue cari tahu Caa"
Bersambung
Terimakasih sudah membaca cerita NARAYA
Sampai bertemu mereka di part selanjutnya👋🏻
⬆️
Bonus HEHEHEHEHE