🌺Caraku Mencintaimu🌺

By putriiiiapkato

311K 16.3K 1.1K

" iya maaaah.. Ini juga udah siap kok. Ngapain sih neng harus pake baju seformal ini? Ada yang nikahan? Atau... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
45
46
47
HARAP DI BACA
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

44

3.2K 266 42
By putriiiiapkato

Kali ini lebih panjang, dan aku nuntut kalian buat Vote dulu baru baca 😂
Maksa ini mah 🤣

Maaf lama 😚
Happy Reading 🤗😚

~~~

" apa ketemunya seminggu sekali? "

Pertanyaannya itu tidak di berikan jawaban oleh Mamah-Nya, sampai pada hari H Elsa bertemu dengan desainer pilihan Tante Renata. Padahal setiap hari nya Elsa selalu menanyakan hal yang sama kepada mamah-Nya, ' Mah, apa ketemunya bakal seminggu sekali? ' . ' Mah, kalau ketemunya beneran seminggu sekali gimana? ' . ' Seminggu sekali... Masa iya dia nggak pulang-pulang dalam satu pekan itu? Pasti pulang, kan,  Mah. ' . Pertanyaan-pertanyaan itu membuat kepala mamahnya sakit.

Elsa sedang dalam perjalanan bersama Tante Renata menuju langsung ke kantor tempat desainer itu kerja. Jaraknya lumayan jauh dari kediaman orang tua Elsa, dan membuat perempuan berjilbab ini tertidur selama perjalanan berlangsung. Sementara Tante Renata fokus pada stir mobil yang ia kendalikan.

" Mau punya anak berapa?"ucapnya, " jangan banyak-banyak! ".

Suara itu membuat Tante Renata menoleh ke sumbernya, dari mulut Elsa. Ke dua matanya masih tertutup rapat, dan membuat Tante Renata terkekeh kecil setelah menyadari calon menantunya itu mengigau.

Terlalu di pikirkan membuat kehidupan nyatanya masuk ke dalam alam bawah sadar, mimpi. Elsa memang selalu memikirkan bagaimana kehidupan kedua ia bersama Ervan setelah kehidupan pertamanya bersama kedua orang tuanya. Apa akan bahagia? Apa benar ia akan terlindungi dari orang-orang seperti Fano? Dan, apa benar akan menyiksanya? menyiksa batin karena menahan rindu. Apa itu akan di benarkan setelah mereka berdua resmi menjadi sepasang suami istri?. Hingga pertanyaan yang selalu ia pendam datang ke dalam mimpinya ' Mau punya anak berapa? ' . Yang tanpa sadar di ucapkan selagi ia tertidur.

" Masih jauh lagi.."lirih Tante Renata.

Tante Renata memasuki sebuah Pom Bensin, dan memarkirkan mobilnya.  Bukan ingin mengisi bahan bakar, melainkan ingin ke toilet karena ia ingin buang air kecil.

" Cha..." Tante Renata, seraya menepuk-nepuk paha Elsa. Tante Renata hanya mendapatkan jawaban 'Hemm' dari Elsa yang masih memejamkan kedua matanya.

Tante Renata turun dari mobil, dan melangkahkan kakinya menuju toilet yang berada tidak jauh dari tempatnya memarkirkan mobil.

Sudah hampir lima menit Tante Renata tidak kembali ke mobil, dan Elsa juga masih memejamkan kedua matanya, sebelum akhirnya ada seseorang yang mengetuk jendela kaca dengan keras. Elsa terbangun, kedua matanya merah karena terkejut dengan suara ketukan yang begiu kuat. Elsa menoleh ke jendela kaca, terlihat seorang lelaki berperawakan besar dan dekil terus mengetuk jendela kaca itu.

" Serahin duit lu! " Ucapnya dari luar mobil.

Elsa mengucek kedua matanya, lalu melepaskan sabuk pengaman yang ia pakai dan membuka pintu mobil. Kakinya segera melangkah keluar dari mobil dan berhadapan dengan orang itu.

" Lu butuh duit? Kerja. "Ucap Elsa santai.

" Ini gua lagi kerja! Serahin semua duit dan hp lu ke gua! "

" Kerja? Sini-sini mendekat ke gua. Gua punya barang bagus.." Elsa. Dengan kebodohannya lelaki itu menurut dengan apa yang Elsa ucapkan tadi, ia mendekat ke Elsa.

Seperti ingin membisikan sesuatu, Elsa mendekatkan bibirnya ke telinga lelaki itu, dengan tiba-tiba Elsa menendang bagian sensitive dari lelaki, dan tidak lupa ia menjambak rambut tidak terurus dari lelaki itu.

Elsa tertawa sambil terus menarik rambut lelaki yang berada di hadapannya, lelaki itu menahan sakit di bagian alat vitalnya.
" Gua punya temen-temen preman, tapi mereka nggak sebego lu! Preman nggak berpendidikan begini ya, hahaha " Elsa, masih menarik rambut lelaki itu.

Saat pergelangan tangannya di pegang oleh lelaki itu, dengan segera ia membanting tubuh dari lelaki itu dengan jurus yang ia punya. Lelaki itu tergeletak di aspal dengan suara meringis kesakitan.

" Preman dari mana? Mau lawan sama temen-temen gua? Ckk.. lawan cewek kaya gua aja lu udah bisa santai di aspal, gimana lawan temen-temen gua? Udah santai di rumah sakit kali." Ejek Elsa, sesekali ia mengeluarkan tawa kemenangannya.

" Echa!  "

Elsa menoleh karena namanya dipanggil oleh seorang wanita, " Nggak papa Tante, masuk duluan aja ke mobil, nanti Echa nyusul. "Ucapnya, sebelum seseorang yang ia panggil Tante memberikan pertanyaan padanya.

Tante? Tante Renata, ia menurut dengan yang di ucapkan Elsa. Dan masuk kedalam mobil, membiarkan Elsa menghadapi lelaki berperawakan besar yang terkapar di atas aspal.

" Sorry gua nggak pegang duit cash, sorry juga gua nggak bakal bawa lu ke rumah sakit, anggap aja ini pelajaran buat lu karena salah malak orang. Bye-bye! "Elsa, lalu masuk ke dalam mobil.

Ia membuka jendela kaca, dan mengeluarkan lidahnya kepada lelaki yang kini terduduk di aspal. " Semoga alatnya masih berfungsi dengan baik."Ucapnya, lalu menutup jendela kaca itu.

Tanpa di minta Tante Renata kembali mengendarai mobilnya. Dan meninggalkan Pom Bensin berbahaya itu.
" Kamu kok bisa berantem sama preman?"Tanyanya .

" Echa juga kan melihara preman, jadi bisa juga berantem sama mereka. Tapi tadi bukan preman yang Echa pelihara sih, kalo yang tadi otaknya sedikit senglek, jadi dengan gampang Echa jatuhin. Lagian tuh preman salah sasaran, malah mau malak Echa, ya Echa kasih aja kenang-kenangan..  "Jawab Elsa.

" Kamu ni ada-ada aja, tapi kamu sendiri nggak papa?, luka di lutut kamu kan masih belum kering, Cha.."

" Selow Tante nggak usah panik, kaya baru kenal sama Echa aja ehehhe"

" Kalo lukanya kebuka lagi bisa infeksi lho.."Tante Renata.

***

Ervan masih dalam perjalanan menuju tempat desainer yang di pilihkan oleh Mamah-Nya. Mengapa berangkatnya tidak bersama Elsa saja? Ia memang ingin berangkat bersama Elsa, tetapi ada sesuatu yang membuatnya harus berangkat sendiri ke sana. Nisa dan Meira, tiba-tiba saja kedua anak itu merengek kepada Ervan untuk menemani mereka bermain. Dan, Ervan tidak bisa menolak jika kedua anak itu merengek bahkan Meira menangis karena sebelumnya Ervan mengabaikan permintaan mereka berdua.

Ervan sudah bisa mengendarai mobilnya sendiri, karena kakinya sudah jauh lebih baik, dan ia tidak membutuhkan tongkatnya untuk membantu ia berjalan. Tentunya itu tidak membuat Tante Renata membiarkan Putranya untuk mengendarai mobil sendiri, Tante Renata meminta supir pribadinya untuk mengantarkan Ervan ke tempat desainer itu.

Lagi-lagi kedua anak itu memaksa untuk ikut dengannya, dan Ervan pun terpaksa mengajak keduanya, berharap mereka tidak rewel ketika berada di lokasi.

Selama perjalanan, Ervan terus memperhatikan Handphone nya yang selalu ia genggam. Berharap mendapat kiriman foto saat Elsa sedang sibuk memilih model seperti apa yang ingin ia pakai di pernikahannya nanti. Tetapi itu hanya harapannya saja, nyatanya Elsa atau mamahnya tidak memberikan kabar apapun tentang mereka.

Sampai akhirnya handphone yang ia genggam berdering, ia membaca nama di layar kaca itu, 'Bang Aldo' lirihnya.

Ervan menjawab panggilan masuk dari Aldo, teman, sahabat, tetangga, dan juga kakak baginya.

Telephone On,

Ervan        : Assalamualaikum, ada apa bang?

Aldo          : Ke rumah gua sekarang, bisa nggak?  Oma gua mau ketemu lu, Tante Renata, Om Winata, dan Meira.

Ervan       : Ada apa?

Aldo          : Semua sepupu gua juga pada ada di rumah gua. Gua harap kalian nggak telat Dateng ke sini nya. Thanks, bye.

Telephone Of.

Ervan langsung terdiam ketika tahu semua sepupu dari Aldo berada di rumahnya Aldo. ' Gua harap kalian nggak telat Dateng ke sini nya...' itu membuat menambah pikirannya. Ervan segera menghubungi orang tuanya yang memang berada di lokasi yang berbeda-beda.

" Pak, puter balik."Titah Ervan, pada supir pribadi orang tuanya. Sebelum ia menghubungi kedua orang tuanya.

" Kenapa kak? "Meira. Ervan menjawabnya dengan gelengan.

***

Keluarga besar Aldo sudah berkumpul di kediamannya bersama Oma, begitupun dengan Om Winata dan keluarganya. Kediaman Aldo ramai dengan saudara-saudaranya, serta ponakan dari ke tiga kakaknya. Setelah papahnya meninggal dunia sepuluh tahun lalu akibat kecelakaan mobil bersama Opa, ia hanya tinggal bersama Oma di rumah itu. Mamahnya tinggal bersama kakak perempuannya, dan ini memang keinginan Aldo untuk tinggal bersama Oma setelah kepergian Papah dan Opanya.

Saat ini keluarga dari Om Winata lah yang di minta untuk menemui Oma, karena mereka memang sudah bersama-sama sejak Aldo dan Ervan Sekolah Dasar (SD), dan ini permintaan Oma untuk bertemu dengan mereka.

Fitting gaun pengantin pun di tunda oleh Tante Renata ketika Ervan mengabarkannya lewat sambungan  telephone tentang Omanya Aldo. Tante Renata juga langsung mengajak Elsa untuk kembali ke kediamannya, dan membiarkan Elsa untuk ikut bersamanya bertemu dengan Oma Hany.

Aldo ikut ke dalam kamar Omanya untuk menemani keluarga dari sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara. Ia berdiri bersandar di dinding, mata sembabnya tidak bisa membohongi siapapun walau ia tetap tersenyum di hadapan semuanya.

Tante Renata langsung naik ke ranjang, dan duduk di samping Oma yang duduk sambil bersandar.

Elsa dapat melihat wajah Oma Hany yang pucat, tetapi Oma masih memperlihatkan senyumnya pada keluarga itu. Elsa terharu dengan keakraban Tante Renata dan Oma Hany. Om Winata ikut duduk di sisi ranjang yang kosong, yang berada di samping Oma.

Ervan pun duduk di pinggir ranjang, mengikuti Papahnya. Sementara Meira dan Nisa, mereka berdiri di samping Aldo seraya memperhatikan orang-orang dewasa yang sedang berbicara bersama Oma.

Ntah apa yang di bicarakan oleh Tante Renata, Om Winata, dan Ervan. Tapi pembicaraan itu membuat mata mereka berkaca-kaca, bahkan Tante Renata pun mulai meneteskan air matanya.  Oma Hany malah menunjukan senyum dan tawanya di hadapan keluarga ini ketika melihat mereka menangis.

" Seneng liat kalian nangis karena Oma, tapi kalau di pemakaman Oma nanti, kalian nggak boleh ada yang nangis, apalagi air mata kalian sampai menetes di tanah pemakaman Oma, itu nggak boleh."

Tangis Tante Renata semakin menjadi ketika mendengar Oma berbicara seperti itu, bahkan Elsa pun dapat mendengar nya dengan jelas ketika kata dan kalimat itu di ucapkan oleh Oma. Elsa berjalan ke sisi ranjang tempat Tante Renata duduk di sana, dan ia duduk di belakang punggung calon mertuanya, lalu mengusap pelan punggung Tante Renata, agar tangisnya mereda.

Ketukan pintu terdengar dan tidak lama setelah itu, seseorang yang mengetuk pintu pun masuk ke dalam kamar. Dan berjalan mendekat pada Aldo. Nisa dan Meira mengerti, dan sedikit menjaga jarak dengan Aldo.

Seseorang yang masuk tadi adalah seorang perempuan dengan pakaian tertutup, dan menutupi wajahnya dengan masker mulut. Perempuan itu mengusap punggung Aldo.

" Itu calon istrimu do? "Tanya Oma yang melihat ke arah Aldo dan perempuan yang berada di samping cucunya.

Aldo berjalan mendekat ke Omanya, Om Winata langsung bangun dari duduknya, dan membiarkan Aldo serta perempuan itu duduk di samping Oma.

Lagi-lagi Ervan hanya mengikuti Papahnya yang kini berdiri di sisi ranjang.

" Nisa sama Mey pulang duluan yuk. " Ajak Om Winata pada kedua anak perempuan itu.

" Emang boleh Pah? "Meira. Om Winata mengangguk.

" Papah pulang dulu nganterin anak-anak. "

" Iya, Pah. " Jawab Ervan. Lalu Om Winata beserta dua anak perempuan itu keluar dari kamar.

" Evan sini, duduk di dekat Mamah mu."Oma. Ervan menurut dengan ucapan wanita tua itu. Dan ia duduk di samping mamahnya.

" Kamu nggak mau kenalan sama Oma? " Tanya Oma pada perempuan yang berada di samping Aldo.

Perempuan itu langsung melepaskan masker yang ia pakai, dan mengambil telapak tangan kanan Oma yang dingin, " Aku Syifa, Oma. "Perkenalannya, lalu mencium punggung tangan Oma sekilas.

Syifa, ia Syifa teman serta sahabat Elsa, bukan Syifa yang lain.

" Cantik do. Cepat-cepat di halalkan sebelum kamu berangkat tugas lagi..."Oma Hany.  Aldo memberikan senyumnya pada Oma.

" Kalau Aldo bandel, kamu nangis aja ... Aldo penurut kok kalau perempuannya udah meneteskan air mata "Lanjut Oma.

" Iya, Oma. Aku usahain biar Aldo nurut, dan nggak bandel. "Jawabnya, Oma mengelus pipi perempuan itu. Dan, membisikan sesuatu padanya, yang mampu membuat air mata perempuan itu terjun bebas dari kelopak matanya.

Oma menghapus air mata itu, dan membentuk bibir perempuan itu menjadi sebuah senyuman.

" Kamu calon menantunya Renata ya? "Tanya Oma setelah menghapus air mata dari perempuan yang bersama Syifa.

Tante Renata yang mengerti pun langsung meminta Ervan untuk segera bergeser dari tempatnya, dan membiarkan Elsa mengisi di antara mereka.

Kini Elsa berada di tengah-tengah Tante Renata dan calon suaminya itu. Elsa tidak berani menatap mata Oma yang sayu. Dan ia meraih tangan Oma yang hendak memegang pipi nya, ia sedikit membungkuk untuk mencium punggung tangan Oma,
" Aku Elsa, Oma, calon menantunya Tante Renata. "Elsa, lalu mencium punggung tangan Oma yang ia tahan tadi. Ia mencium nya lama, hingga Oma menggunakan tangan kirinya untuk mengelus puncak kepala Elsa yang terhalang oleh jilbabnya.

" Hey, nangis juga kamu.."ucap Oma, saat tangannya terasa di teteskan oleh air bening yang keluar dari mata Elsa.

Elsa mengangkat punggungnya untuk kembali ke posisinya semula. Dan, Tante Renata turun dari ranjang untuk membiarkan anak-anaknya berkenalan dengan Oma Hany.

" Oma seneng liat Aldo dan Evan udah punya calon istri. Oma doakan untuk Kelian berempat, semoga di permudah sampai hari H, dan di jauhkan dari segala marabahaya, baik di pekerjaan ataupun keluarga baru kalian, semoga bisa cepat-cepat mempunyai anak juga, dan selalu mengerti satu sama lain. "Oma Hany.

"Terutama buat Syifa dan juga Elsa, calon suami kalian Abdi Negara yang harus mengabdikan diri mereka untuk negara, serta keluarga. Nggak boleh menuntut mereka untuk selalu ada waktu buat kalian, harus dibiasakan ya... walau Aldo dan Evan nggak kasih kabar ke kalian, kalian harus percaya, bahwa suami kalian nanti akan kembali lagi ke rumah dengan keadaan tubuh sehat wal'afiat, untuk keluarga. Ya.." Oma.

Elsa dan Syifa mengangguk.

" Cucu-cucu Oma juga sebisa mungkin harus memberikan kabar untuk keluarga kalian. Kalian Abdi Nagara, pasti banyak perempuan-perempuan nakal yang mencoba menggoda kalian, inget! Kesetiaan adalah yang paling utama dari sebuah keharmonisan suatu keluarga.  "Oma.

" Siap, Oma! "Jawab Ervan dan Aldo kompak. 

" Nanti, besarkan anak kalian dengan didikan yang tegas bukan galak. "Lanjut Oma. Kembali di anggukan oleh Ervan, Aldo, Elsa, dan Syifa.

" Oma mau di rangkul dan di peluk sama Elsa dan Syifa, boleh nggak? "

Syifa menoleh ke Aldo, meminta persetujuan dari lelaki itu. Tetapi berbeda dengan Elsa, tanpa meminta persetujuan dari Ervan ia sudah menaruh satu tangannya di pundak Oma, dan menaruh tangannya yang lain di pinggang Oma.

Setelah mendapat persetujuan dari Aldo, Syifa segera melakukan hal yang sama dengan Elsa.

Ervan dan Elsa gagal Fitting dong 😣
Tinggalkan Jejak, baik vote ataupun komentar Woy 😊

Tangerang/06/2020

Continue Reading

You'll Also Like

873K 12.3K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
9M 955K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
802K 95.9K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
469K 50.8K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...