"UNTUK SEMUA SISWA DAN SISWI SMA NUSA INDAH, DI KARENAKAN HARI INI SEMUA GURU AKAN MENGADAKAN RAPAT SAMPAI PULANG SEKOLAH, MAKA DENGAN INI SEMUA SISWA DAN SISWI DI PERBOLEHKAN PULANG!!!"
________________
YEAYYYYYY
KAPAN LAGI NI GINI
FLISSHHHH GUE SENENG
SETAON SEKALI GINI CUYYY
AHHH KENAPA GA TIAP HARI AJA SIH BAHAS TENTANG UJIAN KELAS DUA BELAS NYA
SENENG GUE GA PAHAM
Sorak sorai dari para murid yang sangat kegirangan dengan berita bagus ini. SMA Nusa Indah memang jarang sekali pulang lebih cepat, hal seperti ini hanya bisa di rasakan satu tahun dua kali, itupun jika rapat nya semua guru.
Nara, Vano, juga Reno berjalan menuju arah koridor yang mana sebentar lagi akan melewati kelas Desya—-dan sangat kebetulan, barusaja Desya juga kedua temannya keluar dari pintu kelas mereka, namun ketiga nya tidak menyadari kehadiran Nara dan dua kunyuk nya.
Ketiga perempuan itu asik tertawa di depan mereka bertiga, suara tawa yang sangat merdu, masuk ke dalam indera pendengaran Nara—-sungguh ia sangat merindukan Desya, walaupun baru satu hari mereka tidak bersama, boecinn trosssss
"Mereka ga sadar sama kita" bisik Reno
"Dengerin aja dulu apa yang mereka omongin"
"Kepo lo Van"
"Udah diem, dengerin aja" perintah Vano.
Ketiga nya hanya mendengarkan apa yang di bicarakan oleh ketiga perempuan yang berjalan di depannya sampai-sampai mereka tidak menyadari ada yang mengikuti mereka.
"Eh tapi, iya sih. Gue juga daritadi liat Nara sinis gitu ke lo" sahut—Arumi
"Oh ngomongin lo brader" bisik Vano tepat ke arah mata Nara
"Sial, nafas lo masuk mata gue!" umpat Nara sambil menjauhkan kepala Vano
Vano mengusap-usap pipi mulus nya yang terkena dorongan oleh Nara "Bangke lo Nar"
Nara terus menyimak obrolan ketiga nya, ingin tahu apa jawaban dari Desya.
"Gue salah mulu deh perasaan Mi, Da. Gue ga tau salah gue apa"
"Mungkin Nara liat lo sama Rasya ganteng badboy unch itu kali Sya"
"Apa hubungannya sama dia? toh gue baru kenal sama dia pas waktu Kak Arka malah serempet gue, terus ga sengaja bareng ke sekolah, itupun sedikit terpaksa sih karna gaada angkot"
Oh jadi mereka berangkat sekolah bersama? berdua? boncengan? naik motor? pertanyaan itu muncul dalam pikiran Nara
"Ck, bisakan lo minta jemput Nara?"
Desya menghembuskan nafas nya kasar—-"Gue ga mau selalu ngerepotin dia Mi. Masa iya gue tiap hari minta jemput Nara, kan gue ga tega. Walaupun Nara udah kenal deket sama gue, tapi gue tetep aja ga enak"
"Lagian gue ga manja kali harus di antar jemput sama dia"
"Baru aja kemarin kita baikan gara-gara hal sepele, eh sekarang malah dia cuekin gue"
Vano menganggukan kepala nya, mengerti dengan apa yang terjadi. dan tanpa sadar ia berteriak "OH GITUUUU" kepala nya ia anggukan berkali-kali
Reno membekap mulut Vano yang sekarang malah berontak, sedangkan Nara memalingkan wajah nya, karena Desya dan kedua temannya menatap balik ke arah dirinya
Sial, ketauan gue!
Gara-gara mulut si Vano, gue jait tuh mulut!
Awas aja! kesal Nara dalam hati
Desya memelototkan mata nya tak kalah terkejut dengan kehadiran mereka, apa mungkin mereka mendengarkan semua obrolan Desya?
"Lho kalian?" tanya mereka bertiga bersamaan
"Cie barengan ciee" ledek Vano
Desya menatap ke arah ketiga nya datar—"Sejak kapan lo bertiga dengerin pembicaraan kita?!"
"Baru aja" jawab Nara dengan tatapan mata yang mengarah ke arah lain
"Darimana?"
"Dari lo yang naik motor bareng Sya" jawab Reno
Desya memicingkan mata nya—haruskah dia percaya. Yang jelas marahpun seperti nya percuma, lebih baik ia segera pulang.
Desya meninggalkan mereka tanpa pamit, berjalan ke arah gerbang sekolah untuk menunggu angkot, sedangkan Nara menatap kepergiannya dengan tatapan bingung dicampur merasa bersalah kepada gadis itu, tanpa basa-basi lagi Nara berlari ke arah motor nya dan segera menghampiri Desya yang sedang menunggu angkot di depan gerbang sekolah nya, bersama murid-murid lain tentunya.
Nara melewati Desya begitu saja, tanpa menatap sedikit pun ke arah Desya.
Masalah kecil aja lo besarin Nar batin Desya
Namun laki-laki itu kembali berjalan ke arah dirinya, tanpa motor tentu nya—-Nara berdiri di depan Desya lalu menarik pergelangan nya sampai ke depan motor besar milik Nara.
Anjirrrrr gue kapan di gituin?
Apalagi ini, kenapa harus di depan gerbang!!
Gue kira marahan, eh malah pegangan
Cakep banget jodoh orang
Nara maupun Desya tidak menggubris bisikan-bisikan ataupun teriakan yang masuk kedalam telinga mereka berdua.
Nara melepaskan cekalan tangannya kemudian menyerahkan helm yang selalu ia bawa untuk Desya—-"Pake Ca"
Desya mengerutkan kedua alis nya, bukannya Nara sedang marah?
"Pake Ca, gue anterin pulang"
"Ga usah, gue bisa naik angkot Nar" balas Desya sambil menyerahkan helm itu dan berbalik untuk kembali menunggu angkot
Nara memegang pergelangan tangan Desya yang hendak melangkah pergi dari hadapannya dan membawa Desya duduk di halte yang tak jauh dari tempat Nara menyimpan motor.
Desya menatap ke arah Nara begitupun sebaliknya
"Udah berapa kali gue bilang sama lo Ca, lo itu bukan beban buat gue. Lo ga usah ngerasa ga enak sama gue, bertahun-tahun kita bareng tapi lo masih ngerasa gaenak sama gue? lo anggap gue apa Ca?"
Desya diam, tidak menjawab semua pertanyaan Nara barusan, ia lebih memilih menundukan kepala nya sambil memainkan kuku jari nya
Nara mengangkat dagu Desya dengan satu telunjuknya, membuat kedua nya saling tatap
"Dan kenapa lo bisa kena hukum, lo ga boleh jadi bandel Ca, biar gue aja yang kena hukum. Gue ga suka liat lo kaya tadi"
"Apalagi di hukum bareng cowok lain Caa"
Nara ikut duduk di samping Desya saat menyadari banyak yang mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua, Nara sengaja memposisikan dirinya agar tidak menjadi sorotan murid lain
Nara mengusap puncak kepala Desya dengan penuh perasaan, lalu menarik pergelangan Desya dan membawa gadis itu ke dekat motor nya
"Pake helm nya Ca, kita pulang sekarang" ucap Nara sambil naik ke atas motor besar nya
Desya menuruti apa perkataan laki-laki ini dan segera naik ke atas motor besar Nara.
Motor besar ini melesat begitu saja, menembus kemacetan di depannya, tak peduli dengan bunyi klakson dari kendaraan lain, yang jelas Nara harus membawa Desya ke suatu tempat yang sering mereka datangi berdua
Desya merapalkan segala do'a di dalam lubuk hati nya—-semoga mereka berdua selamat, aamiiin paling serius.
Nara menghentikan motor nya di depan taman yang sangat indah, taman yang sering mereka berdua kunjungi jika ingin menyelesaikan masalah.
Mereka berdua turun dengan Nara yang sudah berjalan mendahului Desya. Laki-laki itu duduk di salah satu kursi taman yang mengarah langsung ke arah ayunan bambu
Desya duduk di samping Nara, memberi sekat diantara keduanya. Tak ada yang mengeluarkan suara diantara keduanya, bahkan suara daun yang di hembus angin pun tak mau menganggu keduanya.
Nara melirik Desya sekilas, lalu menghembuskan nafas nya pelan—-"Maaf Caa"
Desya belum merespon ucapan laki-laki itu, ia menatap lurus kedepan, tepatnya ke arah ayunan yang bergerak karna tertiup angin
"Gue tau gue salah Caa, maafin gue"
Desya menyenderkan punggung nya, memejamkan mata nya sejenak dan menghembuskan nafas nya gusar—-"Kapan lo bakal belajar dewasa dalem ngadapin sesuatu Nar?"
"Dari dulu lo minta maaf, dan mau berubah tapi sampe sekarang lo masih aja kek gitu. Ga bisa ngontrol sikap emosional lo"
"Gue tau disini gue salah, tapi lo harus inget Nar, gue manusia yang pasti punya kesalahan, dan—-telat sekolah? bagi gue itu hal yang engga terlalu besar Nar, malah itu hal sepele. Hal kecil aja lo gedein, lo panjangin urusannya. Disini lo yang mempersulit keadaan Nar"
Nara tidak memotong perkataan gadis di samping nya, ia ingin terus mendengar semua hal yang akan di lontarkan oleh gadis itu
"Setiap ada masalah, lo selalu mojokin gue, seolah olah lo paling bener Nar. Dan setiap ada orang yang deket atau ngobrol sama gue apalagi cowok, lo selalu marah, kadang lo ga bisa kontrol emosi"
"Gimana gue mau punya banyak temen? temen gue cuma Hida sama Arumi yang paling deket, sama yang lainnya ga terlalu, apalagi sama cowo Nar. Mereka takut sama lo"
Desya menatap Nara dan lelaki itu juga balik menatap Desya dengan pancaran mata sendu yang membuat Desya ingin sekali memeluk laki-laki di depannya ini, namun keadaannya tidak memungkinkan
"Nar, lo harus belajar lebih dewasa lagi. Lo harus bisa tahan emosi lo, lo harus bisa tahan amarah lo Nar. Gue ga pernah nuntut apapun dari lo, gue cuma minta itu demi kebaikan lo juga"
Desya berdiri dari duduk nya—-"Lo seperti nya butuh waktu buat berfikir Nar, gue pulang sendiri"
"Hati-hati Nar"
Desya melangkahkan kaki nya meninggalkan Nara yang sedang merenungkan semua ucapan Desya. Nara butuh waktu untuk mencermati semua nya, ya Desya mengerti itu
Nara menyandakan punggungnya dan mengusap wajah nya gusar—-"Bukan itu Caa yang buat gue marah, tapi gue cemburu Caa liat lo sama cowok lain, gue cemburu Ca!"
"Kapan lo ngerti sama semua sikap gue ke lo Caa"
"AARGHHHSSSSS"
BRAKKKK
Bersambung