(after) Married You ❌ KJD βœ…

By sariwulan04

134K 5.7K 1.1K

COMPLETED βœ… SEQUEL of Married You (KJD) Mature Content πŸ”žπŸ”ž Disarankan membaca Married You dulu ya πŸ˜‰πŸ˜‰ More

One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
πŸ’”πŸ’”πŸ’”
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Forty Three
πŸ™πŸ™πŸ™
Forty Four
Forty Five
Forty Six
Forty Seven
Forty Eight
Forty Nine
RINDU
Hai hai πŸ‘‹πŸ»

Fifty (END)

2.9K 145 29
By sariwulan04

CHEN POV

Ada yang terasa aneh pagi ini. Bukan cuma aneh, tapi juga tidak nyaman rasanya.

Nana mengacuhkan gue.

Biasanya dia akan memberikan kecupan ringan saat membangunkan gue, menemani gue sarapan, memasangkan dasi, dan mengecup bibir sebelum gue berangkat kerja. Tapi hari ini sikapnya dingin, bahkan gue harus memakai dasi sendiri.

"Aku berasa seperti bujangan ya, pakai dasi sendiri!" sindir gue agak keras, berharap dia mendengarnya. Tapi nyatanya dia tetap bersikap seolah tidak mendengar apa-apa.

Oke, beberapa hari ini gue memang agak malas berdekatan dengannya. Gue sendiri juga tidak tahu apa alasan logisnya. Yang jelas setiap Nana mendekat, bau tubuhnya seperti menyengat indra penciuman gue. Bukan aroma yang selalu gue suka saat mencium ceruk lehernya, aroma kali ini seperti membuat mual.

Apa dia sakit hati dan membalas menjauhi gue juga? Tapi kan maksud gue bukan seperti itu. Gue pun tidak bermaksud menyakiti perasaannya.

"Aku berangkat ya!" ucap gue sambil mengecup keningnya sekilas. Jujur, gue menahan mual melakukan ini.

Apa yang gue dapat? Hanya deheman ringan tanpa ditoleh sedikit pun. Dia tetap fokus menyiapkan sarapan untuk Kimi.

Mungkin memang dia sedang dalam kondisi mood yang buruk. Kalau sudah seperti ini gue pun tidak memaksanya untuk tersenyum. Nanti saja pulang kerja gue coba untuk bicara lebih banyak.

****

KIM NANA POV

Menyiapkan sebuah kejutan untuk Mas Dae itu bukan pekara sulit. Alasan utamanya adalah dia itu pelupa, apalagi kalau tentang tanggal istimewa. Hari ulang tahunnya sendiri pun dia sering lupa. Bukan sering lagi, tapi selalu lupa!

Apa yang istimewa hari ini?

Our wedding anniversary, dan dia melupakannya seperti biasa.

Itu alasan gue cuek sejak pagi. Berusaha setega mungkin melihatnya sarapan sendirian, Kimi pun gue suruh untuk bangun agak siang agar sarapan mereka tidak bersamaan. Dan lagi, agar gue punya alasan untuk mengantar dia ke sekolah sekalian membeli aneka perlengkapan untuk surprise nanti malam.

Hati gue agak ngilu saat melihatnya kesusahan memasang dasi. Dia sudah sangat terbiasa gue bantu sejak tinggal bersama, bahkan sebelum menikah. Tangannya seperti kaku melilitkan kain satin itu.

Sumpah, gue tadi hampir keceplosan ngakak saat dia mengeluh soal merasa bujangan karena pakai dasi sendiri. Sindirannya selalu sarkasme, tetap sama seperti saat menjadi dosen gue dulu.

Setelah mengantar Kimi ke sekolah, gue mampir ke beberapa tempat. Membeli bunga, kado, dan kue. Untuk kue, bentuknya harus sesuai dengan kemauan Kimi. Ini kan acara anniversary ya, kuenya bentuk Rainbow Dash donk sesuai permintaan princess! Daripada anak gue ngambek dan rencana surprise gue berantakan, turutin aja lah.


Sengaja tanpa tulisan happy anniversary. Mau ditaruh dimana muka gue kalau pesan kue modelan begitu tapi yang punya acara ternyata Mommy Daddy-nya.

Gue bahkan masih ingat seperti apa wajah lugu pelayan toko saat dengan lugasnya menawari, "Mau ditambah hiasan balon atau sprinkle di atasnya, Bu?"

Untung Kimi tidak ada saat pertanyaan itu terlontar. Kalau ada, sudah bisa gue bayangkan wajah berbinarnya saat mengangguk mantap. Makin tidak jelas bentuk kue anniversary gue.

"Mommy, sudah siap semuanya ya?" pertanyaan itu langsung meluncur dari mulut Kimi saat baru masuk mobil sepulang sekolah.

"Sudah, Sayang!"

"Kuenya beneran Rainbow Dash kan?"

Gue menghela nafas sebelum akhirnya tersenyum setulus mungkin, "Iya, princess!"

"Asiikk!!" serunya dengan tepuk tangan dan senyum merekah.

Benar! Inilah tujuan gue. Melihat senyum sumringah itu terus terpatri di wajah cantiknya. Kebahagiaan gue sekarang bukan selalu menjadi prioritas. Gadis cantik ini sudah mengambil alih prioritas itu, detik pertama saat dia keluar dari rahim gue.

Gue usap kepalanya sayang, "Langsung pulang ya, kita hias kamar buat Daddy!"

"Aye aye, Captain!" serunya lagi dengan memasang tangan sikap hormat.

****

CHEN POV

Sedari tadi Baekhyun terus mengomel, mengeluh tentang kinerja gue yang tidak maksimal hari ini. Biasanya gue akan membalas omelannya dengan lebih parah, tapi saat ini gue sedang tidak berselera untuk banyak bicara.

Suara cempreng Baekhyun seolah hanya sayup-sayup terdengar. Gue lebih fokus pada pikiran gue sendiri. Tentang sikap Nana yang berubah.

Apa dia membalas perilaku gue selama beberapa hari ini?

Apa rasanya seperti ini juga saat gue menjauhinya karena tidak tahan dengan bau badannya?

Untuk masalah satu ini, gue sama sekali tidak mengada-ngada. Gue sendiri pun tidak mengerti alasannya. Aroma tubuh Nana sudah menjadi candu setiap harinya, selama 8 tahun ini. Tapi tidak dengan akhir-akhir ini.

"Bapak dengar saya atau tidak?!"

Gue tersadar dari lamunan. Bukan karena suara Baekhyun, tapi karena suara ketukam tangannya di meja kaca gue.

"Ah maaf, Baek. Bisa tinggalkan gue sendiri?"

Gue dengar dia menghela nafas. Kalau sudah menggunakan istilah "gue" itu artinya bukan tentang pekerjaan.

Baekhyun menghela nafas kasar lalu mendudukkan dirinya di kursi.

"Ada masalah apa lagi sekarang?"

"..."

"Lo bikin ulah apa lagi?"

Tatapan menerawang gue berganti menjadi setajam pisau saat menatap Baekhyun. Apa maksud pertanyaannya?

"Sudah jelas kan? Nana bukan tipe wanita yang suka mencari masalah. Dia itu selalu main aman dalam hidupnya," sahutnya seolah paham maksud tatapan yang gue berikan.

Hubungan gue dengan Baekhyun tidak sebaik apa yang terlihat, apalagi secara pribadi. Bagaimanapun di mata gue, dia tetaplah lelaki yang pernah mencintai istri gue. Tapi tidak gue pungkiri, dia pun adalah satu-satunya lelaki yang sangat mengenal Nana dan bisa memahaminya dengan baik. Gue banyak belajar hal itu dari Baekhyun.

"Serius??!!!" serunya saat selesai mendengar cerita gue.

"Serius apanya?"

"Lo bilang istri lo bau?!"

"Bukan bermaksud gitu, tapi ya...gimana...ya gitu..."

"Gue salut sama Nana. Andai gue di posisi dia, udah gue gugat cerai lo!!"

"Mulut lo ya!"

Lagi-lagi dia menghela nafas kasar, "Pulang aja dan selesaikan baik-baik. Nana bukan tipe wanita pendendam. Mungkin tadi pagi dia sedang tidak baik, siapa tahu sekarang emosinya sudah melunak! Urusan kantor biar gue yang handle. Lagian percuma juga lo disini kalau cuma melamun, ga guna!"

Untuk konteks pertemanan, Baekhyun memang lebih unggul dari gue. Itu memang benar, karena gue selalu menuruti sarannya, terlebih jika menyangkut Nana. Sekali lagi, dia soulmate Nana.

Gue melajukan mobil dengan santai. Bukan karena tidak ingin cepat sampai rumah, tapi gue masih mempersiapkan diri harus bersikap seperti apa nanti. Yang pasti, gue sudah memantapkan hati untuk meminta maaf lebih dulu. Mungkin dengan begitu Nana bisa lebih lunak.

Suasana canggung bisa gue rasakan saat memasuki pekarangan rumah. Seperti ada hawa berbeda malam ini. Lebih terasa lagi saat yang membukakan pintu adalah Han Ahjumma, bukan Nana seperti biasanya.

Dia benar-benar marah sama gue.

"Kok sepi?" tanya gue sambil mengedarkan pandangan ke dalam rumah.

"Ada di atas, Tuan".

"Di kamar Kimi?"

Han Ahjumma hanya menjawab senyum ringan dan berlalu kembali menuju dapur.

Terasa semakin lengang karena Kimi pun tak menyambut kedatangan gue. Dengan langkah malas, gue menaiki tangga. Berbelok ke kiri menuju kamar Kimi.

Gue ketuk pintu kamarnya. Tak ada sahutan atau suara apapun dari dalam. Mungkin mereka sudah tidur.

Perlahan gue putar kenop, dikunci. Sekecewa itu Nana sama gue. Baru kali ini dia mengunci kamar Kimi. Benar-benar tidak mau gue ganggu.

Dengan langkah yang semakin malas, gue menuju kamar. Ingin rasanya gue turuni tangga lagi, ke bar mungkin. Tapi Nana akan semakin marah kalau gue pulang dalam keadaan mabuk.

Gerakan tangan gue saat memutar kenop pintu kamar tak seringan biasanya. Saat pintu sudah terbuka pun gue masih malas untuk masuk. Kamar gelap, sepi, benar-benar tak ada Nana di dalam.

"Berhari-hari gue selalu berharap bisa tidur sendiri karena tidak tahan dengan bau tubuh Nana. Malam ini keinginan gue terwujud, tapi kenapa rasanya sakit ya?" gumam gue sesaat sebelum menutup pintu. Meraih saklar lampu dan menyalakannya.

"Happy anniversary, Daddy!!!!!!!"

Apa tidak ada kata yang lebih pantas dari hanya sekadar terkejut?

Kamar gue dipenuhi dekorasi bunga mawar merah, sangat kontras dengan warna sprei yang putih bersih. Ada benerapa balon di bagian atas ranjang. Dua hiasan angsa putih yang tertata cantik bercampur dengan untaian bunga.

Gue merogoh hape dan menyalakannya, memfokuskan penglihatan pada kalender.

Astaga!! Hari ini adalah ulang tahun pernikahan dan gue lupa!!

Saat itu pula, Kimi dan Nana mendekat dengan sebuah kue yang sudah dihiasi lilin menyala. Tapi tunggu, ini benar kan perayaan anniversary?

"Ketawa aja kalau emang pengen, bukan aku yang punya ide kuenya!" ucap Nana sambil mencebik. Berbeda dengan ekspresi Kimi yang memandang gue dengan senyum merekah.

Tentu saja tawa gue langsung meledak. Paham, paham nih gue apa yang terjadi!

Gue ambil alih untuk menaruh kue di nakas samping ranjang. Menarik dua bidadari kesayangan gue. Mendudukkan Nana di samping dan mengangkat Kimi ke pangkuan.

"Kita tiup bersama!" ajak gue yang makin membuat senyum Kimi semakin menawan, persis milik Nana.

Tepuk tangan paling kencang tentu saja berasal dari Kimi. Gue yang masih terbawa suasana segera memeluk Nana erat, mencium puncak kepalanya berulang kali.

"Terima kasih, Sayang! Terima kasih!"

Nana mengusap punggung gue sayang. Lalu melepas pelukan dan menyodorkan sebuah kotak dengan hiasan pita biru di atasnya.

"Buka donk!" serunya saat gue menerima kotak itu.

Ah, gue jadi semakin merasa bersalah. Gue tidak punya apapun untuk membalas kado ini.

"Tapi aku ga nyiapin kado," lirih gue.

"Gapapa, ayo buka!"

Kimi pun ikut bersorak untuk menyemangati gue membukanya. Dari bentuk kotaknya gue sudah tahu isinya. Benda koleksi kesukaan gue, jam tangan.

Tapi ini adalah model terbaru. Gue yakin harganya pasti sangat mahal.

"KW itu, Mas!" seru Nana saat mata gue membola.

Ini istri gue belajar bohong dari mana? Hanya dari warna dan kotaknya saja gue tahu kalau ini barang asli.

"Dipakai donk!" serunya lagi.

Saat gue melepas jam tangan dari tempatnya, ada sebuah benda tepat di bawahnya. Benda persegi panjang berwarna putih biru dengan dua garis merah di layarnya.

"Ayo berharap kali ini adalah laki-laki!" bisik Nana di telinga gue.

Kalau tadi gue merasa terkejut dan terharu, kali ini gue sungguh ingin menangis. Ah tidak, bahkan gue sudah menangis!

Akhirnya terjawab alasan gue merasa aneh belakangan ini. Mood berantakan, mual, dan tidak menyukai bau tubuh Nana. Gue ngidam? Kimi akan jadi kakak?

Segera gue dekap Nana lebih erat dari yang tadi. Gue cium semua bagian wajahnya, melupakan rasa mual yang mendera. Gue tidak keberatan tersiksa seperti ini kalau alasannya adalah hal yang membahagiakan.

"Aku ga tahu harus bicara apa lagi. Kamu selalu bisa membuat jantungku berdegup dan bahagia disaat bersamaan. Terima kasih!" ucap gue sambil menangkup kedua pipinya. Mengikis jarak dan berusaha meraih bibirnya.

"Mas, ada Kimi disini!" bisik Nana saat bibir kami mulai bersentuhan.

Gue menoleh ke arah Kimi.

"Gapapa, Kimi bisa tutup mata kok!" sahutnya sambil menutup kedua mata dengan kedua telapak mungilnya.

Jelas gue tertawa melihat ekspresi lucu itu.

"Jangan ngintip ya, Kimi, 10 menit!" seru gue yang mendapat balasan anggukan mantap darinya.

Nana menatap gue dan Kimi bergantian. Membulatkan matanya tak percaya.

"I love you, Na! Ayo berbahagia sampai maut memisahkan!"

Bisa gue rasakan dia menahan tawa di sela pagutan kami. Pun begitu, kedua lengannya melingkar sempurna di leher gue seiring dengan kedua tangan gue yang mendekap pinggangnya possesive.

Harusnya gue lebih banyak bersyukur. Hidup yang gue jalani akan semakin sempurna. Istri yang luar biasa, anak gadis yang sehat dan pintar, serta seorang lagi yang pasti akan gue jaga.

FIN

Stop!! No bonchap ya gaes...

Ini cerita sekuel, ditambahi bonchap tar ga kelar-kelar 😂😂
Aku takut malah jadi cerita yang dipaksakan alurnya...

Berpisah donk dengan DaeNa Couple??

Tenang, ada yang sudah kupersiapkan. Kim Nana akan hadir kembali dengan kemasan yang lain, sabar ya menunggu mood-ku stabil 😂😂😂

Terima kasih buat semuanya yang sudah mendukung story ini...
Itu jadi penyemangat tersendiri buat aku untuk terus menulis...

Sambil nunggu Kim Nana launching lagi, bisa mampir dulu ke LOVE WORDS...

SAMPAI KETEMU DI STORY BERIKUTNYA 🙋🙋🙋

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 1.7K 16
Ahn hyo seop, seorang aktor muda yang sudah banyak membintangi drama dengan rating tinggi. Dikenal sebagai pribadi yang pemalu dan sedikit sulit dide...
1.7K 218 21
Justin (Song Kang) adalah seorang pria yang mempunyai seorang adik perempuan yang beda usia 5 tahun diantara mereka. Adik perempuan Justin bernama Je...
5.1K 508 11
Patah hati karena dicampakkan calon suaminya, Kim Soeun menghabiskan malam dengan seorang pria tampan. Ternyata dia bukan pria biasa melainkan CEO di...
7.1K 353 15
Gimana sih rasanya pacaran sama orang Korea? Pasti seru sekali apalagi kalau ganteng, lalu hilang ingatan. Wah bisa ngaku-ngaku jadi pacarnya nih. N...