Benar saja, saat gue masuk apart sudah ada Mas Dae di dalam. Dia segera berlari kecil menghampiri gue yang baru menutup pintu.
"Kamu darimana?"
Sama seperti semalam atau tadi pagi, gue tetap diam setiap Mas Dae mengajak bicara. Hanya anggukan atau kata "ya / tidak" yang terlontar dari mulut gue. Intinya mah, gue masih emosi.
"Darimana, Yang?!"
Mulai meninggi nih nada suaranya.
"Cari angin,"
"Sendirian?"
"Sama siapa lagi?"
Bisa gue dengar Mas Dae menghela nafas kasar. Bodo amat! Gue segera naik. Melakukan ritual bebersih badan dan berganti baju yang lebih nyaman.
Gue pun turun menuju dapur. Meski marah dan malas berbicara dengannya, gue tetap melakukan tugas sebagai istri. Tadi pagi pun gue tetap menyiapkan baju dan sarapan untuknya. Sekarang gue juga berniat memasakkannya makan malam. Gue sendiri juga lapar. Sialan Bang Suho, main nyuruh pulang aja gue ga ditawari makan dulu!!
Ketika sedang memfokuskan diri ke daging dan sayur yang saat ini sedang gue potong, agak terkejut ketika sebuah lengan kekar melingkar di perut gue. Mencoba bersikap sebiasa mungkin, gue tetap melanjutkan kegiatan memasak. Cepat selesai, cepat makan, gue bisa cepat tidur agar tidak terus-menerus melihat lelaki ini. Sumpah, males banget gue!
"Aku tahu kamu marah, karena Wendy kan?"
Itu lo tahu!!! Harusnya dari kemarin lo nyadar diri!!!
"Sedikit pun aku ga pernah jatuh cinta sama Wendy. Berulang kali dia menunjukkan ketertarikannya padaku, tapi dengan sangat baik aku selalu bilang kalau aku sudah punya pilihan sendiri".
Ya ya ya, terusin aja kalau ceramah! Gue dengerin nih sambil ngoseng daging. Sebelum daging lo yang gue oseng!!!
"Yang, jangan lama-lama ih kalau marah. Ga enak banget kamu cuekin gini!" ucapnya dengan nada manja sembari mendudukkan dagunya di bahu gue.
"Yang,"
"..."
"Sayang,"
"..."
"Nana sayang,"
Tuh kan mulai kurang ajarnya!!! Itu bibir kebiasaan banget pake jalan-jalan di sekitar ceruk leher sampai rahang. Belom aja pala lo gue getok pake pisau daging ya!!!
"Mommy-nya Baby Kim,"
"..."
"Sayangnya Jongdae,"
"..."
"Ya Tuhan, kamu mau marah sampai kapan, Yang??!!"
"Lepas!" gue berusaha melepas tangan di perut. Selain karena mulai begah dipeluk seerat ini, masakan pun udah matang. Gue mau ambil piring saji.
Tapi dasar laki gue pun keras kepala, dia malah semakin mengeratkan pelukan.
"Ga mau!!"
"Aku mau ambil piring. Mau makan, laper!! Minggir!!"
Semakin keras gue mendorong lengannya, dia semakin mengeratkan kaitan tangannya di perut gue.
"Ga mau!!!"
Oke baiklah, habis kesabaran gue.
"Yaudah, kamu makan aja langsung dari wajan!! Ga usah pake piring!!! Makan sambil berdiri gini aja!!!"
"Kok kamu malah bentak-bentak sih?"
"Siapa yang mulai??!!"
Dia memutar badan gue menghadapnya. Sebelah tangan menarik dagu gue agar menatapnya.
"Maaf! Jangan marah-marah terus. Kasihan Baby Kim ketakutan di dalam sana!"
"Ga usah sok peduli sama anak gue!!"
"Itu mulut aku gigit kalau sebut 'gue-lo' lagi!!"
Tatapan kami sama-sama terpaku marah. Gue yang lebih emosi disini. Dengan kasar gue tepis tangan yang ada di dagu gue. Setelahnya, sedikit meronta berusaha membebaskan diri dari kungkungan lengan di pinggang.
Lepas dari dekapannya, gue berjalan cepat tapi tentu saja gagal. Dia lebih cepat menarik gue kembali, mendekap lebih erat dari tadi.
"Maaf!"
"..."
"Aku ga tahu harus ngomong apa lagi?! Percaya, aku ga pernah suka sama Wendy!!"
Lelah seharian menahan sesak, akhirnya gue menangis juga di pelukannya. Mendengar suara isakan, jelas dia semakin mengeratkan pelukan dan mengelus kepala gue, sesekali mengecupnya juga.
"Aku mungkin kemarin kelewatan saat ngobrol dengan Wendy. Aku minta maaf!"
"Jangan pergi!" akhirnya yang gue takutkan pun mampu gue ucapkan juga. Sejak semalam, saat melihat tatapan mata Wendy dan Mas Dae, gue selalu takut ditinggalkan. Bagaimana kalau dia tergoda dengan Wendy kali ini?
"Siapa yang pergi?"
"..."
"Hey, kamu berpikiran aku pergi ninggalin kamu gitu??!!" kali ini dia melepas pelukan, menaruh kedua tangan di bahu gue.
Gue pun menggangguk.
"Astaga Nana! Dapat pikiran konyol dari mana??!! Aku yang selalu berusaha mati-matian mempertahankan kamu dari dulu, gimana mungkin aku ninggalin kamu??!!!"
"Mungkin aja! Wendy cantik, pintar, sexy, ramah, coba bandingin sama aku yang..."
Kebiasaan nih dugong!! Asal nyamber bibir aja pas lagi ngomong!!!
Tingtong
Tingtong
Tingtong
Seketika dia melepas tautan bibir kami.
"Siapa yang ganggu malam-malam gini??!!!"
Dia berjalan ke arah pintu, sementara gue mengambil piring saji. Untung kompor udah gue matiin dari tadi.
"Wendy??!" suara Mas Dae membuat gue berbalik menoleh ke arah pintu. Wendy dan Chanyeol tersenyum, malah si dumbo mengangkat sebelah tangannya yang berisi box eskrim blueberry kesukaan gue.
"Ada apa ini?" - Mas Dae.
"Hanya mau berkunjung, boleh kan?" - Chanyeol.
Ah si dumbo mah bangke!!! Udah tahu gue eneg liat tunangannya, malah dibawa kemari pula!
"Mari silakan masuk!" Mas Dae meminta mereka untuk duduk di sofa. Mau tak mau gue pun ikut duduk di sebelah Mas Dae.
"Wendy mau ngomong sesuatu ke lo, Na!"
"Hah? Gue?"
Perasaan gue ga enak. Gue lirik Mas Dae, dia sama gugupnya.
"Nana, aku mau minta maaf perihal kejadian tadi malam. Sungguh, aku tidak bermaksud membuat kamu marah atau kesal. Aku...aku..."
"Dia sebel liat gue ikutan panik saat lo ketumpahan minuman!" sahut Chanyeol saat melihat Wendy tergagap karena gugup.
Tuh kaan!!! Gue bilang juga apa??!!! Keliatan banget saat itu Wendy kurang suka dengan sikap Chanyeol!
"Jadi?"
"Ya, jadi dia ingin sedikit membalas dendam membuatmu cemburu".
Gue pun menatap bingung pada Wendy. Dia malah tersenyum meringis seperti anak kecil yang ketahuan berbohong di depan ibunya.
"Maafin aku ya, Na!" ucapnya sambil meraih tangan gue.
Masih agak bingung, gue menoleh pada Mas Dae yang dibalas dengan anggukan.
"Ya, aku memaafkanmu!"
"Terima kasih!" pekiknya riang. Cocok emang nih si dumbo sama dia, sama-sama ceria.
"Mau kuberi tahu sesuatu sebagai tambahan permohonan maaf?"
"Apa?"
"Chen sangat mencintamu!"
Gue melirik ke arah Mas Dae yang juga terkejut dengan ucapan Wendy.
"Saat itu berulang kali Chen selalu mengatakan bahwa dia sudah punya pilihannya sendiri. Aku mencari tahu siapa gadis yang dia maksud, tapi selama 4 tahun kami kuliah tidak pernah sekalipun aku melihatnya bersama seorang wanita. Dia selalu menghabiskan waktunya dengan Suho dan Dyo. Karena alasan itu pula aku tidak pernah menyerah untuk mengejarnya. Aku selalu berpikir bahwa dia hanya membual untuk menolakku. Aku bahkan pernah bersikap murahan, menggodanya untuk minum dan menyewa kamar. Aku memakai baju super sexy saat itu. Tapi kamu tahu apa yang dia lakukan? Sedetik pun dia tidak pernah melirikku".
Ini gue dengerin sambil mangap. Dia jujur banget!!! Dan parahnya lagi, Chanyeol biasa aja denger tunangannya cerita seperti itu.
"Muka lo ga usah cengoh gitu, Na! Jelek banget lo!"
"Kok lo nyantai aja dia cerita begituan?!"
"Karena dia udah cerita semuanya ke gue! Jadi gue mah ga kaget!"
Waaah, memang luar biasa Si Wendy ini. Bener-bener jodoh dia sama Chanyeol!!
"Udah kan? Percaya kan sekarang?!" Mas Dae berbicara dengan nada sedikit menyindir.
"Kenapa? Kalian bertengkar?" - Wendy.
"Aku didiami seharian. Berangkat kerja tanpa pelukan dan kecupan. Parahnya lagi saat pulang kerja dia malah tidak di apart, entah kemana?"
Heol, ngadu nih ceritanya lo!!! Cari temen nih maksudnya!!!
"Hahaha kalian ini lucu sekali. Akhirnya aku tahu kenapa Chen sangat mencintaimu. Kamu bisa membuatnya nyaman. Dia belum pernah menunjukkan sisi seperti ini pada siapapun".
Harusnya kan memang begitu. Mencintai dan menyukai itu pekara mudah, tapi membuat orang merasa nyaman untuk menjadi dirinya sendiri di sisimu itu hal langka.
🐤🐤🐤🐤