"Lho, ada perlu apa kesini??!!"
Yang ditanya malah natap gue datar sambil nyodorin bunga mawar merah. Gue tetap menatap dia penasaran, tanpa mengambil bucket bunga yang sudah pas berada di depan muka gue.
"Saya ga suka mawar merah, Pak!"
"Kepedean kamu, bunga ini bukan buat kamu!"
"Lha, kenapa dikasih ke saya?"
"Tadi aku ke apart Yoona tapi kosong. Jadi tolong ya, nitip kasihin ke dia."
Pisau di dapur gue tajam ga ya kalau buat gorok leher manusia albino ini?? Sekata-kata dia nyuruh-nyuruh gue!! Kalau tentang kerjaan okelah, dia ketua tim. Tapi ini masalah pribadi masih berani dia nyuruh-nyuruh.
"Biasa aja mukanya ga usah melotot gitu!"
"Untung Bapak atasan saya, coba kalau teman udah saya maki-maki kali."
Dia malah tersenyum. Lalu menyodorkan sesuatu dari tangan satunya yang sedari tadi ada di belakang punggungnya.
"Yang ini beneran buat kamu." kali ini dia menyodorkan parcel berisi aneka buah-buahan segar.
"Cepat sembuh!" lanjutnya lagi.
"Makasih, yuk masuk dulu Pak!"
"Gapapa nih aku masuk? Suami kamu kerja kan?"
"Trus Bapak mau langsung pulang?"
"Ya sudah kalau memang boleh." dia melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal dalam dari rak di samping pintu.
"Duduk dulu Pak, mau minum apa?"
"Yang ga ngrepotin aja. Kamu kan masih sakit."
Gue ke dapur mengambilkan minuman kemasan dan beberapa camilan. Membawanya ke sofa depan lalu ikut duduk di sebelah Pak Sehun.
"Sakit apa kamu sampai ijin 3 hari?"
"Hmmm sakit biasa aja Pak, tapi besok saya sudah bisa masuk kerja kok!"
"Syukurlah kalau begitu. Banyak deadline yang menumpuk selama kamu ijin. Hasil editan Vero tidak terlalu bagus, meskipun masih bisa sih disiasati sedikit agar bisa tetap terbit."
"Maaf, Pak. Pasti bapak ditegur atasan ya?"
"Sudahlah tidak apa."
Kami diam beberapa saat. Gue bingung juga mau ngobrol apa. Untunglah Pak Sehun memecah kecanggungan.
"Tentang bunga itu, saya serius mau minta tolong kamu berikan ke Yoona. Bisa kan?"
"Kenapa tidak Bapak berikan sendiri saja? Tadi mungkin Kak Yoona masih menjemput Seojun ke sekolah. Setelah ini Bapak mampir lagi saja ke apart-nya, pasti sudah datang."
"Kamu saja yang berikan."
"Kenapa? Malu ya??!"
Lucu banget, kulit muka yang putih bening membuat rona di pipi Pak Sehun tidak dapat disembunyikan. Gue raih bunga yang dia taruh di meja.
"Wah, ada kartu ucapannya juga. Boleh saya baca?"
"Jangan macam-macam! Tugas kamu cuma ngasih bunga itu ke Yoona!!"
Lhaaa, muka dia makin merah donk hahaha
"Oke oke, tapi ngintip dikit boleh kan ya?" gue sudah bersiap mengambil kartu yang diikat di salah satu tangkainya.
"Nana!!"
"Hahaha iya iya Pak, santai aja ga usah ngegas!"
Pak Sehun menatap gue garang, tapi dengan pipi yang kasih bersemu merah. Lucu banget sih yang lagi kasmaran.
"Kalian berdua kayak anak SMP aja malu-malu. Dikunciin di dalam kamar juga pasti mau."
Setelah Pak Sehun pergi, gue bereskan buah yang tadi dia beri. Menatanya di dalam keranjang dan beberapa gue masukkan kulkas. Bunga untuk Kak Yoona gue letakkan di meja samping sofa. Pas banget memang, nanti sore Kak Yoona mau kesini untuk jenguk gue. Jodoh emang mereka berdua.
"Ini bau apaan sih?" monolog gue sambil menoleh ke ruang tamu.
"Dari sini. Bau apaan sih?"
Gue mengendus beberapa tempat, termasuk sofa.
"Buset, segini banget mau ketemu Kak Yoona. Pak Sehun pakai parfum segalon kali ya??!!" seru gue saat menyadari kalau parfum Pak Sehun memenuhi seluruh ruang tamu apart. Untung parfum mahal, bukan parfum curah.
--
CHEN POV
Seharian tadi gue mikir tentang keinginan Nana. Tiga hari dia merengek minta makanan pedas. Gue tahu sih dia emang doyan banget yang pedes-pedes gitu, tapi kan dia lagi sakit. Gue beneran ga mau dia drop lagi dan berakhir dengan pingsan seperti kemarin.
"Apa kali ini gue turutin aja ya. Siapa tahu setelah maunya keturutan dia jadi cepet sembuh." lirih gue sambil men-scroll aplikasi restoran makanan pedas langganan kami.
Gue putuskan untuk membeli dua menu pedas kesukaan Nana dan satu iced americano. Gapapalah nyenengin dia, biar dia semangat juga untuk cepet sehat. Gue klik dan tinggal tunggu kurir mengantar pesanan.
30 menit kemudian pesanan gue datang, pas juga waktunya istirahat makan siang. Bergegas gue pulang untuk memberikan kejutan. Nana mungkin juga bosan di rumah terus tiga hari ini. Sampai di apart gue memencet bel, meski gue sebenarnya bisa langsung masuk. Entah kenapa gue suka aja kalau pulang kerja disambut dengan istri yang membukakan pintu, seperti di cerita-cerita klasik.
Dua kali gue pencet bel tapi belum ada tanda-tanda pintu dibuka. Mungkin Nana sedang tidur siang, gue lantas memencet rangkaian angka password lalu masuk. Tubuh gue menegang saat baru saja menginjakkan kaki di lantai dalam apart. Ada aroma maskulin yang menguar dari dalam. Aroma parfum lelaki yang jelas-jelas bukan kepunyaan gue.
Otak gue mencoba untuk tetap berpikiran positif, tapi naluri alam bawah sadar gue seakan memberi tanggapan berbalik. Gue masuk perlahan, mengedarkan pandangan ke seluruh ruang tamu. Mencoba mencari apa yang bisa gue jadikan alasan untuk bersikap. Sampai mata gue terpaku pada sebuah bucket mawar merah di atas meja samping sofa.
Nana tidak suka mawar merah, itu artinya dia tidak mungkin membeli bunga ini sendiri. Gue taruh kresek makanan di meja, lalu menghampiri mawar merah itu. Perasaan gue makin liar dengan anggapan yang semuanya tidak baik. Di salah satu tangkai ada surat kecil, gue beranikan diri untuk mengambil dan membukanya.
Aku tahu lidahku kelu jika berkata langsung.
Jadi, anggap ini simbolis hatiku.
Masihkah ada kesempatan untukku??
- Oh Sehun -
Tubuh gue seketika merosot terduduk di sofa. Gue pernah merasa tidak berdaya saat mendengar kabar Jongin Hyung ditemukan tewas. Tapi, rasa sakit ini berbeda. Jantung gue terasa berdenyut nyeri, paru-paru gue seakan kekurangan oksigen dan memompa dengan tergesa. Nafas gue tersengal. Amarah yang sedari tadi berusaha gue kontrol kini melesat tanpa ada penghalang.
Apa-apan ini??
Jadi aroma maskulin yang memenuhi ruang tamu ini milik bos Nana??
Lelaki yang secara fisik sangat mirip dengan Park Chanyeol??
Nana berani mengajak masuk lelaki saat gue tidak ada di rumah??
Dia terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Nana yang jelas-jelas sudah memiliki suami??
Dan parahnya lagi, Nana sama sekali tidak menunjukkan gelagat untuk menolaknya?? Terbukti dengan bunga ini yang tidak dia buang.
Gue hilang akal. Tanpa memedulikan apapun lagi, gue keluar apart. Melajukan mobil dengan gila, entah menuju kemana.
🐤🐤🐤🐤
Akhirnya aku tahu apa rahasia Jongdae punya kulit seadem ubin masjid dan sekinclong porselen.
Dia lembur bikin lirik lagu aja pake masker. Apa kabar aku yang lembur ngerjain laporan kadang sampe lupa ga bersihin make up?? 🙈🙈🙈
Dan ini pose favorit author 😈😈😈