Bukan karena dia menuruti perintah bosnya, melainkan karena gue terus merengek supaya dia menginap. Tentunya dibarengi iming-iming rumah penuh dengan snack dan dia bebas main PS sepuasnya. Gue sih ga masalah, toh sebelum menikah dulu pun kami sering berperilaku seperti itu. Menumpuk makanan saat bermain PS itu surga tersendiri.
"Nyet, di kulkas lo beneran ga ada bir?" Baekhyun berteriak dari dapur, sementara gue di kamar atas.
"Ga ada. Gue ga ngebolehin Mas Dae mabok di rumah!" sahut gue sambil turun dan ngeringin rambut pakai handuk.
"Yaaah tahu gitu tadi beli sekalian. Lo kok ga bilang sih!"
"Emang niat, biar lo ga mabok disini!"
Baekhyun kembali duduk di sofa ruang tengah dengan kedua tangannya masing-masing memegang sekaleng soda. Gue pun ikut menjatuhkan pantat di sebelahnya.
"Laki gue daritadi ditelpon ga bisa, sebel gue!"
"Maklumin aja, tempat meeting kali ini susah sinyal."
"Bukannya di hotel ada wifi?"
"Laki lo kan gaptek, mana bisa dia utak atik hapenya buat nyambungin sinyal wifi?"
Gue mendengus kesal. Mengambil sekaleng soda dari tangan Baekhyun dan menenggaknya.
"Eh Nyet, kata Pak Jongdae di kantor lo ada orang yang mirip Chanyeol dan gue?"
"Ga mirip-mirip banget sih!"
"Hahaha sial banget ya bos gue, kehidupan rumah tangganya selalu dibayang-bayangi mantan gebetan istrinya."
Gue toyor palanya dan dia makin ketawa ngakak. Kami gagal main PS karena mood gue yang tetiba ilang karena susah ngehubungin Mas Dae. Jadilah sekarang kita nonton film komedi yang ringan.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Gue meraih hape di meja samping sofa. Segera memekik senang saat melihat nama penelpon. Baekhyun yang melihat itu hanya menggeleng pelan.
"Gue ke kamar ya, Nyet. Kalau ga turun lagi artinya gue tidur!"
"Hmmm"
Setengah berlari menuju kamar dan segera menutup pintu.
"Mas kemana aja? Dari tadi siang aku coba hubungi ga bisa!" rengek gue yang malah dibalas kekehan dari seberang sana.
"Hehehe disini susah sinyal, Sayang. Maaf ya!"
"Kan ada wifi, Maaass!"
"Ribet. Kamu dimana?"
"Kamar."
"Sendirian?"
"Heem."
"Baekhyun ga nginep sana?"
"Ada tuh di sofa bawah!"
"Ooh kirain. Lebih tenang aku tuh kalau ada dia disana. Perlu kemana-mana kamu minta antar dia aja ya!"
"Iya. Mas kapan pulang?"
"Kan baru sehari. Sabar yah! Udah kangen banget?"
"Heem. Mas ga kangen sama aku?"
"B aja tuh!"
"Yauda aku tutup. Bhay!"
Tut
Gue lempar hape ke sudut kasur. Ini laki gue gimana sih?! Sia-sia gue bahagia karena dia nelpon. Bisa gue dengar hape kembali bergetar berkali-kali. Males!!!
Beberapa saat kemudian getarnya berhenti. Nah kan, ngambek juga laki gue. Biarin aja lah sementara, gue juga capek hari ini. Saat ingin memejamkan mata...
"NANAAAA, KALAU MARAHAN JANGAN ACUHIN TELPON LAKI LO!!!! HAPE GUE GETAR TERUS, BANGSAT!!!!!!" teriak Baekhyun dari bawah.
Hahaha ternyata Mas Dae ganti meneror Baekhyun. Sorry Baek, gue budeg!
--
"Jadi beberapa hari ini Baekhyun yang nemenin kamu di apart?"
Saat ini gue menghabiskan weekend sama Kak Yoona di sebuah mall dekat apart. Sekalian mengobati kangen sama Seojun.
"Iya, Mas Dae yang nyuruh."
"Baguslah, kamu jadi ga sendirian. Irene masih di London?"
"Masih. Sumpah lama banget mereka babymoon! Bang Suho kayak ga ada kerjaan aja di kantor!" ucap gue sambil mendengus. Ini ceritanya gue iri dengki sampai ubun-ubun.
Kak Yoona cuma senyum aja nanggepi gue yang uring-uringan. Sabar banget kakak ipar kesayangam gue ini. Tiap hari gue selalu berdoa dia dipertemukan dengan lelaki terbaik. Gue coba nih pancing-pancing.
"Kak, selama tinggal disini sudah kenal siapa aja?"
"Siapa aja maksudnya?"
"Yaaaah, temen gitu. Kenalan atau apa gitu." ucap gue sambil menyendok eskrim. Oh ya, gue bisa leluasa ngobrol gini karena Seojun sekarang sedang berada di area outbond anak.
"Hmmm kakak tahu kemana arah obrolan kamu. Belum kepikiran, Na. Masih menikmati yang seperti ini."
"Seojun juga butuh ayah lho, Kak. Coba pertimbangkan itu juga."
"Siapa yang mau sama aku? Dengan status janda dan masa lalu seperti itu."
"Weits jangan salah! Nih ya gue kasih tahu, tiap kita jalan bareng tuh mata cowok-cowok kayak mau lepas kalau liat kakak. Sebel banget bukan gue yang diliatin!"
"Hahaha aku bilangin Chen ya!"
"Eh jangan-jangan! Bisa diceramahin seharian penuh gue!"
"Chen cemburuan banget ya?"
Gue hanya mengangguk sambil terus memasukkan suapan eskrim. Tak berapa lama Seojun menghampiri kami dengan tubuh penuh keringat.
"Mommy, Ojun haus!" ini bocah ngomong sama gue. Sejak nikah, dia ganti panggilan Kakak Cantik jadi Mommy. Tahu siapa yang nyuruh? Yaps, laki gue! Biar apa? Kalau dipanggil kakak berasa masih gadis katanya. Kan bangke, pengen banget semua orang tahu kalau gue bukan gadis lagi!!
Gue mengambil air putih dan memberikannya pada Seojun. Dia segera duduk di sebelah gue dan meminum dengan terburu-buru.
"Pelan-pelang donk!" titah gue sambil mengelap keringat di dahinya dengan tisu.
"Mommy laper!" tambahnya saat dia selesai minum.
"Ojun mau makan apa? Eomma pesenin."
"Spageti ya?"
"Oke. Tunggu disini sama Mommy." Kak Yoona segera bangkit dan menuju counter yang menjual spageti.
"Mommy, daddy kapan pulang?"
"Dua hari lagi. Kenapa? Kangen ya sama daddy?"
"Enggak sih, cuma tanya aja!"
Lha, makin gedhe makin nyebelin nih bocah. Gue cuma balas senyum.
"Nana?"
Gue dan Seojun menoleh bersamaan ke asal suara.
"Pak Sehun!"
"Sama siapa kesini?"
"Mommy, dia siapa?"
Karena mendengar panggilan itu, Pak Sehun pun memandang Seojun dengan dahi berkerut.
"Anak kamu?"
"Bukan Pak, ponakan saya. Lagian saya baru nikah setahun, gimana ceritanya punya anak segedhe ini Pak."
Pak Sehun garuk-garuk kepalanya karena malu.
"Mommy, dia siapa?" ulang Seojun karena tak mendapat jawaban gue.
"Dia boss Mommy di tempat kerja. Kenalan dulu!"
Seojun pun berdiri dan membungkukkan badannya. Pak Sehun segera berlutut dan mengusap rambut Seojun gemas.
"Kamu tampan sekali. Siapa namamu?"
"Kim Seojun, Ahjussi."
"Aigooo, lucunyaa!"
Seojun segera kembali duduk dan menarik lengan gue. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga gue.
"Dia lebih tampan dari Om Tampan ya!"
Gue ngakak donk. Bisaan aja nih bocah. Coba laki gue denger, ngamuk tiada kira.
"Kenapa?" Pak Sehun terkejut mendengar gue yang tiba-tiba tertawa.
"Katanya Pak Sehun tampan. Mau ga Pak jadi ayah dari ponakan saya?"
Eits, sumpah kalimat terakhir itu spontan gue ucapkan. Tentu saja Pak Sehun makin terkejut dan menatap gue bingung. Sorot matanya seolah menegaskan dan ingin berkata, "Memangnya ayah anak ini kemana?"
Gue yang salah tingkah pun hanya bisa membalas tatapannya dengan senyum, seringaian canggung lebih tepatnya.
"Oh Sehun??!!"
🐤🐤🐤🐤
Part ini terbentuk dengan sekali ketik dan tanpa aku baca ulang. Maaf kalau banyak typo dan tatanannya amburadul.
Selamat membaca 😘😍