(after) Married You ❌ KJD βœ…

By sariwulan04

134K 5.7K 1.1K

COMPLETED βœ… SEQUEL of Married You (KJD) Mature Content πŸ”žπŸ”ž Disarankan membaca Married You dulu ya πŸ˜‰πŸ˜‰ More

One
Two
Three
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
πŸ’”πŸ’”πŸ’”
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Forty Three
πŸ™πŸ™πŸ™
Forty Four
Forty Five
Forty Six
Forty Seven
Forty Eight
Forty Nine
Fifty (END)
RINDU
Hai hai πŸ‘‹πŸ»

Four

4K 112 0
By sariwulan04

🔞🔞🔞

"Belum dijemput?"

Gue menoleh ke asal suara, lantas menggeleng dan tersenyum.

"Tapi beneran dijemput kan?"

"Iya, Pak".

"Mau ditemenin nungguin?"

"Terima kasih Pak, Bapak pulang duluan saja!"

Pak Sehun malah duduk di samping gue. Bukannya ga mau ditemenin, tapi kalau nanti Mas Dae lihat bisa panjang urusannya. Di sisi lain gue juga ga bisa ngusir Pak Sehun kan?

"Kamu terlihat tidak nyaman, kenapa?"

Gue terkejut. Sepertinya Pak Sehun merasa kalau gue grasak grusuk di sebelahnya.

"Enggak kok, Pak!"

"Kamu takut dimarahi suamimu kalau aku temani?"

"Hmmm iya, Pak hehehe"

"Ya sudah, aku tinggal kalau begitu. Tapi beneran dijemput kan?"

Gue mengangguk mantap. Lalu Pak Sehun berpamitan untuk pulang lebih dulu. Fiuh, aman nyawa gue!!!

Sepuluh menit kemudian Mas Dae sudah sampai. Gue bergegas menuju mobil.

"Maaf ya Sayang tadi ada berkas dadakan yang harus aku baca, nunggu lama?"

Mas Dae mengusap rambut gue saat gue sibuk memasang seatbelt.

"Gapapa kok Mas".

"Sudah makan?"

"Belum, Mas?"

"Sama. Makan di luar yuk! Kamu pengen makan apa?"

"Jjajangmyeon!"

"Okee, kita ke tempat biasanya ya!"

Setelah makan malam kita langsung pulang. Mungkin karena lelah dan kenyang, gue tertidur di mobil. Mas Dae membangunkan gue saat sudah ada di bassement apart.

"Bisa jalan ga?"

"Bisa, Mas".

Mas Dae memeluk pinggang gue dan menuntun gue menuju apart. Baru bangun tidur gini gue biasa linglung, nyawa belum full.

Sampai di apart, gue langsung mandi dan bersiap tidur. Lelah banget rasanya. Seharian belajar banyak berkas dan tanya sana sini tentang pekerjaan baru gue. Belum lagi menyiapkan aneka bahan untuk laporan berita minggu depan.

"Capek ya?" Mas Dae memeluk gue dari belakang, dia juga baru selesai mandi.

Gue mengangguk dan berbalik, membalas pelukannya lebih erat. Dia mengusap rambut gue dan sesekali mengecup puncak kepala gue.

"Kan udah aku bilang, ga usah kerja, biar aku aja yang kerja".

"Aku juga pengen punya penghasilan sendiri, Mas".

"Kerja di rumah aja kayak Yoona Noona, kan tetep bisa dapat uang".

"Ga punya temen. Aku pengen bergaul dengan banyak orang".

"Tapi jadinya kamu kecapekan gini. Kan kamu janji sama aku ga bakalan capek-capek".

"Ga terlalu capek kok, Mas. Lagian aku kerjanya kan di ruangan terus".

"Kamu dulu pernah bilang inging kerja do rumah aja, kenapa tiba-tiba berubah pikiran begini?"

Gue hanya menggeleng. Bisa gue rasakan Mas Dae menghela nafas. Gue tak mau ambil pusing dan tak berucap lagi, daripada semakin panjang. Semakin mengeratkan pelukan, gue menyamankan kepala berbaring di dada bidangnya. Mas Dae pun mulai menepuk bahu gue perlahan.

Rasa kantuk mulai menyerang. Gue memejamkan mata setelah mengecup bibir Mas Dae sekilas.

"Selamat tidur, Mas!"

"Selamat tidur juga, Sayang!"

****

Gue terbangun karena mendengar suara gemericik air. Apa hujan? Masih dengan setengah sadar gue meraba ke samping. Eh, Mas Dae kemana? Setelah mengerjap beberapa kali dan menajamkan pendengaran, barulah gue sadar bahwa suara gemericik itu dari arah kamar mandi.

Mas Dae mandi? Selarut ini?

Agar tak pusing, gue duduk sebentar di sisi tempat tidur, lalu melangkah menuju kamar mandi.

Tok
Tok
Tok

"Mas di dalam?"

"..."

"Mas?"

"Yah!"

Tunggu, ada apa dengan suaranya?

"Mas baik-baik aja?"

"..."

"Mas, kamu kenapa?" gue mulai panik dan mengetuk pintu lagi.

"Gapapah!"

"Aku masuk ya?"

"Jahnganh!"

Sumpah, gue bisa dengar nafasnya terengah hanya dari ucapannya. Gue makin panik. Dia sakitkah? Tapi tadi sebelum tidur dia baik-baik saja.

Tak mau ambil pusing, segera gue buka pintu kamar mandi. Gue temukan Mas Dae tengah berdiri di bawah guyuran shower.
Dia TE-LAN- JANG!!!!

Astaga Tuhankuu, dia sedang memuaskan dirinya sendiri!! Entah kenapa rasanya sakit melihat pemandangan seperti ini. Apa gunanya gue kalau dia bersikap begini?

Perlahan gue dekati dia, memeluknya dari belakang. Persetan dengan baju gue yang basah karena memang badan Mas Dae sudah basah kuyup, perpaduan keringat dan air hangat dari shower.

Tubuhnya berjengit saat tangan gue mulai menyentuhnya, terkait di perutnya.

"Kamu ngapain?!" tanyanya tersentak.

"Harusnya aku yang bertanya, kamu ngapain?" lirih gue, berusaha menahan tangis.

Tangannya berhenti dengan aktivitas "di bawah", mencucinya di guyuran shower lalu mematikannya. Dia melepas pelukan gue dan berbalik. Meletakkan kedua tangannya di bahu gue.

"Coba lihat! Kamu jadi basah kuyup begini!"

"Kenapa Mas begini?" ucap gue sambil menunduk, menyembunyikan mata yanh terasa panas.

Hati gue rasanya sesak. Kalau memang dia sedang dalam keadaan seperti ini, kenapa tidak membangunkan gue? Apa gunanya ada gue di sampingnya kalau dia bersikap begini? Gue merasa seperti istri yang tidak berguna. Seolah mengabaikan kewajiban dan tidak memberikan hak suaminya.

"Hei, kenapa menangis?" dia menarik dagu gue lembut. Memaksa gue menatap matanya.

Lihatlah!! Bahkan hanya dari tatapan matanya saja gue bisa tahu kalau dia tersiksa. Semakin merasa tidak becus rasanya gue sebagai istri. Dengan cepat gue merengkuhnya, membenamkan kepala di dada bidangnya.

"Nana, hei jangan begini! Aku basah, Sayang!" dia mencoba melepaskan pelukan tapi gue makin memeluknya erat.

"Mas jangan gini! Mas ngapain kayak gini? Mas ga butuh aku lagi?!"

"Siapa yang bilang begitu?"

"Lalu kenapa Mas seperti ini? Kenapa tidak membangunkanku?"

Dia membalas pelukan gue tak kalah eratnya. Mengusap punggung gue dan mengecup puncak kepala gue berkali-kali.

"Karena kamu terlihat sangat lelah. Aku tidak tega membangunkanmu. Apalagi besok kamu masih harus berangkat pagi kan?"

"Tapi aku istrimu, ini kewajibanku! Bisa-bisanya kamu "bermain" di sini sendirian. Kalau kamu masuk angin gimana? Kalau kamu sakit gimana? Lagian apa enaknya bermain solo seperti ini??!!!"

Mas Dae terkekeh. Merenggangkan pelukan dan menangkup kedua pipi gue, menarik untuk mendongak menatapnya.

"Lalu, apa aku boleh "bermain" denganmu? Di sini?"

Gue tatap kedua manik matanya. Dengan posisi seperti ini, bisa gue rasakan kejantanannya mengeras di bawah sana. Tangan kanan gue bergerak dari punggungnya, menelusur tubuh polosnya. Bisa gue lihat dia memejamkan mata dengan kedua ibu jari mengusap pipi gue.

Tangan gue melintasi garis pinggangnya. Masih dengan gerakan sehalus mungkin, tangan gue mulai menjamah pangkalnya yang benar-benar mengeras. Bibirnya terbuka sensual saat tangan gue mulai menggenggam pusakanya, merasakan otot-ototnya yang menyembul di sekeliling permukaannya.

"Euunnnghh" desahan pertamanya lolos seiring pergerakan tangan gue disana.

"Then, fuck me! Make me forget how tired I am!" desah gue tepat di depan bibirnya yang masih terbuka.

"Sial Kim Nana!! Jangan salahkan aku kalau besok kau harus bolos bekerja!!" dia mencengkeram kedua pipi gue dan menarik wajah gue, mendaratkan bibirnya yang masih terus melenguh pelan di bibir gue. Melumatnya dengan kasar dan tidak sabar.

Gue terkekeh pelan. Semakin mempercepat gerakan tangan di "pegangan" bawah sana, merasakan ukurannya yang semakin membesar dan semakin tak mampu gue genggam.

Tangan kiri gue ikut turun dari punggung, menangkup salah satu gundukan, bersatu dengan tangan kanan gue. Dia semakin meracau tak karuan di sela ciumam kami. Nafasnya semakin memburu, seolah sedang berpacu dengan adrenalinnya sendiri.

"Aaaahhh hhh khau eunggh nakhal sayanghhh!!"

"Apa katamu? Nakal?" tanya gue sinis.

"AAAHHHHHH!!!" dia makin tak karuan ketika gue mencengkeram dengan lebih erat, menggerakkannya dengan lebih cepat.

"Cukup Kim Nana!!" dengan sekali hentakan, baju piyama gue robek menjadi dua. Langsung menampilkan kedua payudara yang menyembul, tentu saja gue tidur tanpa memakai bra.

Dengan rakus dia mengulum puting gue dan memijat salah satunya. Dia mendorong gue hingga mendarat dengan cepat di dinding. Sebelah tangannya mulai turun dan menelusup ke dalam celana gue. Menangkup area sensitif itu dan menyentuh klitoris dengan jari tengahnya.

"Janganh disinih!" racau gue.

"Terlambat. Aku malas berjalan ke ranjang!" ucapnya dengan kedua tangan yang mulai menurunkan celana gue. Mengangkat gue untuk mengalungkan kedua kaki gue di pinggangnya.

Dia bergeser untuk mendudukkan gue di samping westafel. Kedua tangan gue sudah mengalung di lehernya. Dia menatap gue sejenak, tersenyum sangat tampan lalu kembali mencium bibir gue dengan sensual. Menyesap bibir atas bawah, melesakkan lidahnya, dan menuntun yang di bawah untuk masuk ke tempat yang seharusnya.

Gue gigit bibirnya untuk meredam rasa sakit. Meski sudah sangat sering kami melakukan ini, rasanya tetap sama, perih dan sakit saat miliknya mendorong masuk.

"Aahh, kamu masih saja sempit Sayang!"

"Punyamu yang besar, bukan aku yang sempit!"

Dia kembali menatap gue.

"Terima kasih, itu pujian luar biasa dalam hidupku!"

"Aahhh aahhh hhhh eungh!!" lenguh gue saat dia mulai bergerak.

🐤🐤🐤🐤

Continue Reading

You'll Also Like

17.3K 976 19
[COMPLETED] "Tubuh ini akan musnah pada waktunya. Apa pun yang terlihat oleh mata, akan tiada. Tapi tidak dengan cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cuk...
216K 19.5K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
1K 316 10
ft. son dongmyeong si cerewet yang berubah menjadi pendiam kalo lagi duduk disebelahmu. Β©pincyaa, 2020.
20.9K 3.4K 19
Kim Myungsoo... Dia seperti teratai berwarna ungu.