Untold Feelings

By loozeey

35.6K 3.8K 524

Bagi Daryl, Adel selalu tampak cantik dengan kemeja kotak-kotak kebesaran yang ia kenakan, rambut dicepol yan... More

Prolog & Author's Note
1. Pertemuan Pertama
2. Ibu Daryl Makhluk Planet
3. Mama Pelit
4. Salah Tingkah
5. Pengusik Kesendirian Adel
6. Tidak Cinta Bukan Berarti Benci
7. Berkelahi
8. Nama Daryl Bukan Nama Asing
9. Dikelilingi Orang-Orang Kutu Buku
10. Mengantar Adel dengan Motor
11. Undangan dari Orang Masa Lalu
12. Masak dan Makan Bersama Daryl
13. Keputusan Bella Sudah Bulat
14. Diantar Pulang Reno
15. Pembelaan untuk Ivan
16. Fans Terberat Queen
17. Kehadiran Buku-Buku Sumbangan
18. Kedatangan Tamu tak Diundang
19. Makan Bersama
20. Keluhan dan Cerita Reno
21. Makan Ditemani Adel, Lele, dan Kerang
22. Konsekuensi dari Segala Perbuatan
23. Kejadian yang Sebenarnya
24. Diam-Diaman sama Daryl
25. Kekecewaan Terbesar di Hidup Daryl
26. Datang dan Pergi
27. Saran dari Adel
29. Bagaimana Kabar Winda?
30. Peningkat Mood Jelek Adel
31. Takut Akan Risiko
32: Pertemuan Pertama Adel dan Bella
33. Dua Cowok yang Berbeda Kepribadian
The Sword Princess
34. Sebentar Lagi Ulang Tahun Reno
35. Pergerakan Daryl yang Lambat
36. Sama-Sama Hancur
37. Fakta Mengejutkan Lainnya
38. Hati-Hati, Pengkhianat Ada Di Mana-Mana
39. Bertemu dengan Sumber Kebahagiaannya
40. Adikku, Pahlawanku
41. Aku Bisa Menjadi Tamengmu
42. Bertemu dengan Orang yang Tidak Diinginkan
43. Pertolongan dari Daryl
44. Terima Kasih, Daryl!
45. Lembaran Baru untuk Daryl dan Adel

28. Menikmati Nyanyian Pengamen

580 66 13
By loozeey

Daryl memasuki ruang inap Bella pagi itu. Bella yang terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit, perlahan menolehkan kepalanya ke arah pintu. Bibir cewek itu masih bisa tersenyum melihat kedatangan Daryl. Daryl pun membalas senyuman Bella, membuat Bella merasa jauh lebih baik.

Kali itu Bella sedang sendirian, tanpa ada siapa-siapa yang menemaninya. Daryl pun mendekati Bella dan meletakan makanan yang ia bawa kali ini.

"Gue bawain lo bubur ayam Mang Dede. Itu masih jadi makanan favorit lo kan?"

Bella tertawa. Bella merasa aneh dengan tawa ini. Sudah lama ia tidak bisa tertawa lepas karena masalah yang menimpanya. "Masih inget aja sih," ucap Bella lemas. "Bubur di rumah sakit rasanya hambar. Makasih banget ya, udah bawain ini buat gue."

"Siapa bilang ini buat lo? Orang gue cuma nanya doang bubur ini masih jadi favorit lo apa gak."

Bella terkekeh. "Gak mungkin lo sejahat itu Ryl." Daryl tertawa. "Seenggaknya bayi ini butuh asupan makan juga," tambah Bella lalu mengusap perutnya. Daryl tidak tahu haruskah ia tertawa atau tidak, namun cowok itu hanya tersenyum.

"Boleh gak sih lo makan bubur ayam pinggir jalan gini?"

Bella tampak berpikir. "Boleh kali ya. Gue juga gak tau." Mereka berdua tertawa. Namun Daryl juga senang, mendapati Bella yang sepertinya sudah bisa menerima bayi yang ada dalam kandungannya. Bella lagi-lagi mengusap perutnya lembut. "Gue gak jadi punya keinginan buat gugurin anak ini."

Senyum Daryl semakin mengembang dari sebelumnya. "Bagus dong! Lagian bayi itu gak salah apa-apa, kasian kalo sampe nyawanya harus ilang."

Bella mengangguk. "Gue waktu itu masih syok aja Ryl makanya bilang begitu. Ngomong-ngomong, kemaren lo ke sini ya?"

"Iya."

"Bokap nyokap gue cerita sama gue. Setelah itu ... gue bilang sama mereka kalo bukan lo yang hamilin gue, gue bilang itu di depan Gilang juga." Daryl tersenyum lebar. "Untungnya, mereka percaya sama gue."

"Terus, respons mereka ke Gilang gimana?"

Bella mengangkat kedua bahunya. "Gue tau bokap gue mau bentak-bentak Gilang detik itu juga, tapi dia gak mau lakuin itu di depan gue. Abis itu mereka bertiga keluar dari UGD karena suster mau pindahin gue ke ruang inap. Nah, gue gak tau tuh apa yang bokap gue lakuin di luar sana sama Gilang." Bella tersenyum. "Tapi sekarang gue gak peduli kalo Gilang gak mau tanggung jawab. Emang sih, gue sakit hati banget dan kecewa. Tapi gue bakal buktiin ke dia kalo gue gak selemah itu, gue akan jadi ibu yang kuat dan bisa didik anak gue sendiri."

"Iya Bel, lo pasti bisa. Pokoknya lo tenang aja, gue bakal selalu ada buat lo kalo lo butuh gue. Gue gak akan ninggalin lo sendiri mikul beban lo, Bel."

Bella melempar senyumnya pada Daryl. "Makasih Ryl. Lo emang temen terbaik gue."

Daryl mengangguk. "Maaf ya, waktu itu gue sempet marah besar sama lo."

Mata Bella membulat dan ia menggeleng cepat. "Gak Ryl, lo gak boleh minta maaf sama gue, ini sama sekali bukan salah lo. Ini bener-bener salah gue seratus persen. Tapi bener-bener Ryl, waktu itu gue-"

"Iya gue tau kok, lo gak maksud nuduh gue kayak gitu." Daryl tersenyum. "Ya udah, mulai sekarang kita lupain clash di antara kita. Pokoknya pikiran lo harus yang bagus-bagus, lo harus sehat, harus happy, for your baby's sake."

Bella terkekeh. "Thank you Ryl, thank you." Mereka pun saling melempar senyum dan berjanji dalam hati akan saling melindungi satu sama lain.

***

Hey Jude, don't make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her under your skin
Then you'll begin to make it better

Perjalanan Daryl dan Adel pun berhenti, kala mendengar seorang pengamen tengah membawakan salah satu judul lagu favorit Daryl. Sebenarnya Adel tidak ada niatan untuk berhenti, namun karena Daryl berhenti, ia pun juga.

Daryl tersenyum, kedua tangannya ia masukan ke dalam kantung jinsnya, telapak kakinya mengetuk-ngetuk aspal seiring irama lagu berbunyi. Adel tersenyum menatap Daryl, ia tahu cowok itu sedang berada dalam dunianya dan ia tidak ingin mengganggu.

Begitu pengamen jalanan itu berhenti membawakan lagu, Daryl pun menghampiri dan memberi koin receh pada mereka, Adel pun ikutan melakukan apa yang dilakukan Daryl. Mereka berdua tersenyum ke arah si pengamen dan pergi meninggalkan tempat itu.

"Kamu suka lagu itu?" tanya Daryl seraya berjalan.

"Hmm biasa aja, sih." Adel hanya sekedar tahu lagunya, tapi tidak tergila-gila pada lagu itu dan juga penyanyinya.

"Saya suka banget musik dan band-band lama. Makanya tadi saya berhenti dengerin dia nyanyi dulu."

"Iya, saya tau kok. Kalo band-band jaman sekarang, emangnya kamu gak suka?"

"Biasa aja, sih. Oh, tapi saya suka Imagine Dragons, kok. Mereka keren."

"Kamu tau 5 Seconds of Summer?"

Daryl mengangguk. "Saya suka pas mereka nge-cover lagunya Blink 182."

"I Miss You, kan?" tanya Adel antusias.

"Iya, itu bagus banget. Saya sampe belajar gitarnya setelah denger mereka nyanyi. Padahal sebelumnya gak ada niatan buat pelajarin lagu itu di gitar." Daryl terkekeh.

"Mereka udah lama gak ngeluarin lagu baru, saya kangen."

"Seenggaknya kamu masih bisa liat update-an kehidupan mereka. Lah saya, penggemarnya Queen, udah gak bisa ngapa-ngapain."

Adel cengengesan. "Iya, sih."

"Mau makan di sana? Saya lagi kepengen french toast," ajak Daryl seraya menunjuk sebuah kafe yang tampak tidak terlalu ramai namun tidak terlalu sepi itu. Adel mengangguk, merasa perutnya butuh cemilan, ia pun menjejakan langkah dengan cepat bersama Daryl ke kafe itu.

Setelah memesan makanan dan makanan tiba, mereka masih berbincang mengenai musik. Adel tidak begitu pandai dan tertarik di bidang musik, namun semua orang pasti suka yang namanya mendengarkan lagu. Kalau Daryl tipe orang yang suka sama sebuah band secara spesifik, kalau Adel tidak. Asal lagu itu bagus, dia akan mendengarkan. Sama seperti saat membaca buku.

"Oh ya, ngomong-ngomong, gimana kabar Bella? Kamu udah temuin dia lagi, kan?" tanya Adel lalu memasukan potongan pancake ke dalam mulutnya.

"Udah. Saya bersyukur sih, dia sekarang udah mulai bisa nerima kondisinya, gak kayak dulu. Sekarang dia udah bisa nerima anak di kandungannya dan udah mulai coba gak berharap banyak sama cowok yang udah hamilin dia. Kita juga udah maaf-maafan."

"Bagus deh kalo begitu. Kapan-kapan kenalin saya sama Bella, dong." Kini Adel sudah lebih percaya diri untuk bertemu Bella setelah tahu kalau tidak ada apa-apa di antara Daryl dan Bella.

"Boleh. Nanti kalo saya ke rumah sakit, saya ajak kamu, deh."

"Terus kalo kabar pacarnya Bella itu gimana? Ngilang gak jelas gitu?"

"Terakhir kata Bella sih mereka ketemu dan Bella udah ngaku ke orang tuanya tentang siapa yang udah hamilin dia. Setelah itu, saya masih belum tau lagi kelanjutannya apa."

Adel mengangguk-ngangguk. "Kenapa ya orang berani berbuat tanpa bertanggungjawab? Maksud saya, emangnya cowok itu gak mikirin apa resiko dan konsekuensi sama apa yang dia perbuat? Harusnya kan melakukan sesuatu yang besar dengan risiko yang gede harus dipikir mateng-mateng dulu."

Daryl mengangkat kedua bahunya. "Kalo udah napsu, otak udah gak jalan lagi, Del."

"Adel." Seseorang memanggil nama Adel, membuat Adel dan Daryl sama-sama menoleh ke arah cowok yang kini sudah berdiri di sebelah meja mereka. Wajah Adel berubah sumringah menatap cowok itu, berbeda dengan Daryl, yang justru menegang melihat sosok itu.

"Gilang!" sapa Adel ceria lalu memeluk saudara sepupunya dan dibalas dengan Gilang. Daryl pun membuang muka, wajahnya berubah menjadi kusut, dan tangannya mengepal kuat di balik meja.

****

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 224 23
[TAMAT] "Bau ini, bau favoritku selain bau masakan ibu. Bau ini membuatku sejenak melupakan semua masalahku. Petrichor nama aromanya. Tapi seketika s...
STRANGER By yanjah

General Fiction

252K 28.6K 34
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
193K 17.6K 5
[hanya dipublish di http://wattpad.com/user/just-anny, jika menemukan cerita ini di situs lain artinya itu merupakan PLAGIAT/PENYEBARAN TANPA IZIN] D...
5.4K 379 30
Lili dan Leo sama-sama kehilangan orang tercinta. Namun apakah pertemuan mereka murni takdir? Atau malah sebuah cerita rahasia yang tidak mereka keta...