Untold Feelings

By loozeey

35.6K 3.8K 524

Bagi Daryl, Adel selalu tampak cantik dengan kemeja kotak-kotak kebesaran yang ia kenakan, rambut dicepol yan... More

Prolog & Author's Note
1. Pertemuan Pertama
2. Ibu Daryl Makhluk Planet
3. Mama Pelit
4. Salah Tingkah
5. Pengusik Kesendirian Adel
6. Tidak Cinta Bukan Berarti Benci
7. Berkelahi
8. Nama Daryl Bukan Nama Asing
9. Dikelilingi Orang-Orang Kutu Buku
10. Mengantar Adel dengan Motor
11. Undangan dari Orang Masa Lalu
12. Masak dan Makan Bersama Daryl
13. Keputusan Bella Sudah Bulat
14. Diantar Pulang Reno
15. Pembelaan untuk Ivan
16. Fans Terberat Queen
17. Kehadiran Buku-Buku Sumbangan
18. Kedatangan Tamu tak Diundang
20. Keluhan dan Cerita Reno
21. Makan Ditemani Adel, Lele, dan Kerang
22. Konsekuensi dari Segala Perbuatan
23. Kejadian yang Sebenarnya
24. Diam-Diaman sama Daryl
25. Kekecewaan Terbesar di Hidup Daryl
26. Datang dan Pergi
27. Saran dari Adel
28. Menikmati Nyanyian Pengamen
29. Bagaimana Kabar Winda?
30. Peningkat Mood Jelek Adel
31. Takut Akan Risiko
32: Pertemuan Pertama Adel dan Bella
33. Dua Cowok yang Berbeda Kepribadian
The Sword Princess
34. Sebentar Lagi Ulang Tahun Reno
35. Pergerakan Daryl yang Lambat
36. Sama-Sama Hancur
37. Fakta Mengejutkan Lainnya
38. Hati-Hati, Pengkhianat Ada Di Mana-Mana
39. Bertemu dengan Sumber Kebahagiaannya
40. Adikku, Pahlawanku
41. Aku Bisa Menjadi Tamengmu
42. Bertemu dengan Orang yang Tidak Diinginkan
43. Pertolongan dari Daryl
44. Terima Kasih, Daryl!
45. Lembaran Baru untuk Daryl dan Adel

19. Makan Bersama

655 92 5
By loozeey

"Makasih ya, Del. Saya jadi gak enak," ucap Daryl yang kini tengah menikmati burger yang dibeli Adel untuk mereka makan. Sesuai janji, Adel akan membayar jasa Daryl dengan traktir makan siang.

            Adel terkekeh. "Gak apa-apa weh. Kan karena kamu, saya jadi udah bisa nyetir hehe."

            Daryl tertawa kecil dengan burger yang penuh di mulutnya. Detik berikutnya, ponselnya menyala tanda ada chat masuk. Itu dari Bella. Melihat notifikasi dari cewek itu, Daryl meletakkan burger-nya ke meja dan melihat pesan masuk itu terlebih dulu.

Bella Safira: cie sama cewek mana lagi tuh?:p
Bella Safira: HAHA

            Kepala cowok itu langsung celingak-celinguk mencari keberadaan Bella. Ia tahu kalau Bella pasti ada di sekitar sini. Tidak mungkin kan kalau ia jauh-jauh dari sini, jelas-jelas Bella melihatnya.

Daryl Adriell: lo dimana dah?

Bella Safira: jawab dulu, itu siapa?

Daryl Adriell: temen gue
Daryl Adriell: lo di mana?
Daryl Adriell: makan sendirian?
Daryl Adriell: gabung aja sini

Bella Safira: gak kok
Bella Safira: gue lagi sama gilang hehe

Daryl Adriell: ooo
Daryl Adriell: salam ya buat gilang

Bella Safira: siaap

            Daryl kembali mencari sesosok Bella, ia masih penasaran di mana keberadaan gadis itu. Akhirnya, di dekat kaca restoran, Daryl dapat melihat Bella mengenakan sweater berwarna merah muda. Tatapan mereka pun beradu, keduanya langsung menyunggingkan senyuman lebar. Mereka saling melambaikan tangan ke arah masing-masing.

            Melihat tingkah Daryl seperti itu, perhatian Adel dari burger pun teralihkan. "Ada temen, Ryl?"

            "Iya, tuh." Daryl menunjuk Bella dengan dagunya. Adel pun menoleh ke arah Bella, tubuhnya mematung melihat wajah gadis itu lagi—wajah yang sama persis ia lihat saat di kafe waktu itu. Bella tampak sedang sendirian di bangkunya, tidak ada Gilang di sana.

            Itu cewek yang lagi deket sama Daryl, ya?

            Dengan berat, Adel pun melemparkan senyum ramahnya pada Bella, Bella pun juga membalasnya. Adel kembali kepada kegiatannya—melahap burger—namun dengan pikiran melayang ke mana-mana dan perasaan gundah yang memenuhi rongga jiwanya.

            Daryl berkata tanpa suara kepada Bella, "Gilang ke mana?"

            Bella menunjuk arah toilet sambil memperagakan orang yang sedang mencuci tangan. Daryl pun ber-oh pendek, lalu tersenyum, dan kembali melahap burger-nya. Tak lama kemudian, Gilang pun muncul di hadapan Bella, Daryl dapat melihat itu.

            Kini Daryl dan Adel terperangkap pada pikiran mereka masing-masing. Sebenarnya, Daryl juga masih belum bisa berhenti memikirkan siapa cowok yang mengajak Adel jalan di depan rumahnya tadi. Mulut Daryl ingin sekali bertanya, tetapi ia tidak mau menjadi penguntit menyeramkan yang justru mengganggu hidup Adel.

            Begitu juga dengan Adel, kehadiran Bella membuat gadis itu tidak nyaman. Andai Adel memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Daryl dari dulu, pasti dengan tanpa beban Adel akan bertanya mengenai Bella secara rinci. Namun Adel tahu, Adel tidak sepenting itu di kehidupan Daryl.

            Kini yang mereka sama-sama harapkan adalah bisa membaca pikiran orang yang ada di hadapannya ini, dan mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan yang ada di benak mereka.

--

Malam hari pun tiba. Lagi-lagi Daryl dan Adel dipertemukan di restoran ini. Sama-sama malu, mereka saling menyambut keluarga satu sama lain. Sebenarnya sudah beberapa kali Adel dan Daryl bertemu, namun rasa malu dan gugup itu tidak kunjung luntur dari mereka.

            Ditambah lagi malam ini mereka mengenakan pakaian yang tidak seperti biasanya mereka lihat—Adel dengan kemeja kotak-kotak kebesaran atau tumblr tee yang biasa ia kenakan dan Daryl yang mengenakan seragam kerjanya atau kaos hitam polos. Malam ini Daryl mengenakan kemeja biru dongker dengan jam tangan yang menambah kesan plus bagi cowok itu. Sementara Adel mengenakan baju merah muda tanpa lengan dan juga rok hitam mengembang. Semuanya simple, namun bagi Daryl dan Adel, penampilan kedua lawan jenis itu membuat jantung mereka berdebar terlalu cepat.

            Penampilan dan suasana yang berbeda kali ini, membuat mereka lupa dengan keraguan yang melanda mereka sebelumnya.

            "Adel gimana ngajarnya?" tanya Ibu Daryl setelah seluruh makanan dan minuman telah terpesan.

            "Ya gitu, deh. Aku makin akrab sama anak-anak. Bingung juga kalo aku akhirnya harus keluar dari tempat itu gimana, pasti bakal sedih deh."

            "Iya, pasti Adel nangis." Kali ini Mama yang menyahut. "Adel kan cengeng."

            Daryl tertawa, diikuti oleh yang lain. Adel hanya dapat memanyunkan bibir namun juga menahan tawanya.

            "Kalo Daryl gimana? Udah ada cewek belum?" tanya Mama. Adel pikir Mama akan menanyakan topik yang sama dengan yang Ibu tanyakan—mengenai pekerjaan—namun ternyata pikiran Adel jauh meleset.

            "Belum ada, Tante." Daryl cengengesan.

            "Sama dong, Adel juga belum punya," balas Mama.

            Adel langsung menyenggol Mamanya dengan siku dan berbisik, "apa sih, Ma."

            Semua yang ada di meja pun tertawa, sementara Adel hanya dapat cengengesan dan juga tak berani menatap Daryl. Entah, gadis itu terlalu malu.

--

Daryl dan Adel memutuskan jalan-jalan berdua setelah menghabiskan makan malam mereka. Bapak berbincang dengan Papa dan Ibu berbincang dengan Mama. Kebosanan yang menyelimuti mereka membuat mereka memutuskan untuk meninggalkan meja itu sejenak.

            "Mau mampir ke toko buku dulu, gak?" tanya Daryl. Mereka berjalan tanpa arah di mall tersebut.

            "Kamu mau beli buku?"

            Daryl mengangguk. "Saya kan udah janji sama Ivan mau beliin dia buku biola."

            Kalau adegan ini ada di film-film barat yang biasa Adel tonton, Adel pasti akan berteriak: ihh, cute bangeeett! Adel tak dapat menutupi bibirnya yang memaksa untuk tersenyum. Melihat Daryl ingat dengan janjinya, berusaha menepatinya, dan juga hubungan ia dengan anak kecil, membuat hati Adel meleleh sendiri.

            Ngapain sih kamu, Del?

            "Oke, Ryl. Eh, kenapa kamu gak beli di Booktopia aja? Siapa tau dapet diskon."

            Daryl terkekeh. "Saya udah coba cari di Booktopia, tapi mereka jualnya untuk yang udah pro gitu. Kasian Ivan nanti takutnya dia gak ngerti. Abisnya, dia masih kecil sih."

            Adel mengangguk. "Nah itu, ada toko buku."

            "Oh iya." Mereka pun bergegas memasuki toko buku dan Adel sangat menahan tangan dan matanya untuk tidak berkeliaran di rak novel-novel yang terjual.

            Daryl menatap Adel yang tampaknya melirik-lirik sedikit ke arah novel yang terpampang, namun berusaha untuk tidak menahan gejolaknya untuk membeli. Cowok itu terkekeh, membuat Adel menoleh. "Kamu kenapa?" Adel pun juga jadi ikut terkekeh.

            "Kamu mau liat-liat novel?"

            "E-Enggak kok," ujar Adel mengelak. "Kita langsung ke tempat bagian musik aja."

            "Kamu lucu ekspresinya."

            Adel menahan senyum dan pipinya juga memerah. "Mukaku pasti malu-maluin ya?"

            "Enggak." Daryl tertawa. "Kalo kamu mau liat-liat novel juga gak pa-pa, biar saya liat ke bagian musik. Gimana?"

            Adel menggeleng. "Percuma. Saya juga gak beli novel, kok."

            "Saya beliin."

            Mata Adel membulat dan dengan cepat menatap Daryl. Adel langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Gak ah, gak usah."

            "Gak pa-pa, Adel."

            Adel langsung menarik tangan Daryl menjauhi rak novel. "Udah ayo kita harus cari buku buat Ivan." Daryl hanya tertawa sambil tubuhnya mengikuti arah tarikan Adel.

****

COMMENTNYA DONG WUOOOY:(

Continue Reading

You'll Also Like

337K 8.1K 10
Winona bukan hanya menilai presentasi dan rasa untuk ulasan kulinernya, tapi dia juga menambahkan opininya tentang musik latar yang diputar di tempat...
5.4K 379 30
Lili dan Leo sama-sama kehilangan orang tercinta. Namun apakah pertemuan mereka murni takdir? Atau malah sebuah cerita rahasia yang tidak mereka keta...
1.1K 229 28
[Daftar Pendek Wattys 2022] Kelak bukan lagi milik seorang Clark Sasmoko. Pria yang akan kehilangan nyawanya sebelum sempat berucap I Love You pada b...
3.8M 84.2K 52
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...