"Del," tangan Adel ditahan oleh Reno begitu ia sedang berjalan usai dari toilet. Tentu saja perlakuan Reno membuat Adel terkejut dan jantungnya juga langsung berdegup kencang. Tapi Adel berusaha untuk membuat dirinya santai. Sebisa mungkin, ia harus menganggap Reno adalah sahabat lamanya semasa SMA, dan tidak ada catatan mengenai percintaan di antara mereka.
Sejujurnya, memang tidak pernah ada kisah cinta di antara mereka, sih.
"Eh, Ren." Adel tersenyum, lalu Reno melepas genggamannya dari tangan Adel. "Ada apa? Bikin kaget aja, sih." Gadis itu terkekeh.
Reno menyengir lebar. "Sorry bikin lo kaget. Gue cuma mau nanya, nanti lo pulang naik apa?"
"Naik mobil Putri sama yang lain juga. Kenapa?"
"Yah ... padahal gue pengen anterin lo pulang."
Lagi-lagi tindakan Reno membuat jantung Adel berdegup kencang. "Tumben baik lo. Gak usah kok, Ren. Gue sama mereka aja." Adel memang benar-benar tidak ingin diantar Reno. Pertama, ia tidak mau lagi memiliki perasaan apapun dengan cowok itu. Kedua, ia takut kalau sampai Reno membahas mengenai kejadian memalukan yang pernah Adel lakukan.
"Gue kan pengen ngobrol-ngobrol sama lo, Del. Udah lama kita gak ketemu."
"Ngobrol-ngobrol bisa kapan-kapan, kali. Sekarang kalo mau ngobrol juga bisa."
Reno berkutik, ia tidak dapat membalas perdebatan ini lagi. "Tapi kan gue juga harus perhatiin temen-temen yang lain." Ternyata Reno menemukan balasan yang tepat untuk perdebatan ini.
"Kalo lo perhatiin tamu-tamu lain, lo gak bisa anter gue pulang, dong. Nanti mereka gimana?" Adel tersenyum kecil, tersirat kemenangan di senyum itu. Gadis itu langsung berlalu meninggalkan Reno dan bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain kartu dengan teman-teman SMA yang lain. Melihat wajah Winda yang cemong, membuat Adel tertawa. "Kenapa cemong gini muka lo?"
"Iya, gue kalah mulu daritadi main kartu." Ucapan Winda mengundang tawa pemain yang lain.
"Ya udah, gue ikutan dong," sahut Adel.
"Yang kalah nanti harus dibikin cemong pake bedak sama lipstick, Del."
"Gak takut gue." Putri langsung membagikan kartu kepada pemain. Melihat Adel ikut bermain di sana, Reno pun langsung bergabung di sana. Permainan pun semakin seru karena semakin banyak orang di sana.
Sudah puas bermain dan masing-masing orang sudah mendapat dandanan masing-masing di wajah mereka, mereka pun memutuskan untuk menyudahkan permainan ini. Jam juga sudah menunjukan pukul sepuluh malam, sudah saatnya Adel harus pulang.
"Yok, mau pulang sekarang?" ajak Marcella.
Adel, Putri, dan Winda mengangguk. "Tunggu ya, gue ke toilet dulu." Adel beranjak dari lantai lalu pergi ke toilet. Reno langsung menggunakan kesempatan ini.
"Win, Put, Cel, lo pada mau pulang bareng Adel sekarang?"
Mereka mengangguk. "Kenapa?" tanya Winda.
"Lo pada pulang dong sekarang. Biar nanti gue yang anterin Adel. Ya ya?" Mereka bertiga saling melempar pandang satu sama lain, lalu detik berikutnya mereka tersenyum jahil.
"Oke deh, kita balik sekarang," ujar Putri lalu beranjak dari lantai, diikuti Marcella dan Winda. "Thank you ya Ren, udah kasih kita makan di sini. Semoga nanti sukses ngajak Adel pulangnya."
Reno terkekeh. "Sama-sama. Nanti kita main-main lagi, yak."
"Iya dong. Ya udah, kita balik sekarang deh, sebelum Adel keluar."
"Oke, bye. Hati-hati, ya."
"Oke thank you, Ren," ujar mereka samar-samar sembari pergi meninggalkan rumah Reno.
Reno tersenyum menatap kepergian teman-teman Adel yang bisa diajak kerja sama. Tak lama kemudian, Adel pun muncul di sebelah Reno.
"Ren, gue balik, ya. Thank you banget udah ngundang gue sama yang lain—" ucapannya terpotong begitu melihat ke tempat Putri dan yang lain duduk. Kini lantai itu kosong, hanya tersisa beberapa yang masih mau melanjutkan bermain kartu. "L-Loh, kok ... si Putri sama yang lain mana?"
"Mereka pulang duluan tadi," jawab Reno santai sambil menahan tawa.
"Kok mereka ninggalin gue?" tanya Adel panik.
"Soalnya gue yang nganterin lo pulang."
Adel ingin marah, namun tak dapat dipungkiri dia juga ingin tertawa di saat yang sama. "Nyebelin lo Ren!" Adel memukul Reno pelan. "Lo yang nyuruh mereka pulang, kan?"
Reno terkekeh geli. "Iya. Tapi mereka mau, tuh. Jadi gak seratus persen salah gue, kan?"
"Nyebelin lo," ucap Adel lalu membuang muka sambil menahan tawa. "Ya udah kalo mau anterin gue, cepetan sekarang. Gue gak boleh pulang kemaleman." Adel langsung meninggalkan Reno keluar rumah. Reno kesenangan dalam hati. Ia langsung menyambar kunci mobilnya dan langsung menyusul Adel.
--
"Jadi lo masih betah di jurusan komunikasi?" tanya Reno sambil membelokan stirnya.
"Iyalah. Lagian komunikasi gak berat-berat banget kok. Malah gue sekarang lagi dapet tugas yang seru banget. Gue disuruh cari kerjaan dimana gue harus banyak berinteraksi sama orang-orang di pekerjaan itu. Gue sekarang ngajar jadi guru SD, Ren."
"Tugas? Bukannya sekarang mahasiswa lagi pada libur?"
Adel mengangguk. "Selama liburan ini gue disuruh kerja."
"Ngajar di mana Del? Lucu banget sih jadi guru SD."
Adel terkekeh. "Kayak di sekolah gratis gitu buat anak-anak gak mampu. Yang ngediriin sekolah itu si Mamanya Putri. Jadi gue sama Putri ngajar di sana."
Reno mengangguk-ngangguk. "Bagus, Del. Itung-itung pengalaman sama sumbangan juga. Siapa tau lo jadi mahir ngurusin anak-anak kan, buat bekal lo jadi Ibu nanti." Reno terkekeh.
"Ah, gak juga. Gue juga belom mikir sampe sana." Adel terkekeh.
Sempat terjadi keheningan di antara mereka. "Lo gimana? Udah ada cowok?"
Duh, kenapa jadi bahas beginian, sih? "Belum."
"Yang deket gitu, belom ada?"
Entah mengapa, bayangan Daryl muncul di kepala Adel. "Ada, sih. Tapi gak tau juga gimana akhirannya. You know lah. Boys."
Reno mengangguk. "Atau lo masih nungguin gue jadi belum buka hati ke siapapun?" Reno terkekeh.
Mungkin bagi Reno ini lucu, tapi bagi Adel ini sedikit menyinggung perasaannya. "Gak lah. Gue gak sebodoh itu buat nungguin lo."
Ucapan dan nada ketus Adel membuat Reno terdiam. Adel tidak bermaksud ketus kepada Reno, ia mungkin kesulitan untuk mengontrol dirinya untuk saat ini.
Akhirnya mereka sampai di rumah Adel. Adel kini dapat bernapas lega, akhirnya ia sampai juga di rumah. Adel menoleh ke arah Reno, lalu melempar senyum. "Makasih banyak ya Ren."
Reno mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama. Nanti kapan-kapan kita ketemuan lagi, ya? Lo bisa kan?"
Adel sedikit ragu sebenarnya, tapi dia juga tidak memiliki alasan untuk menolak cowok itu. "Iya, bisa kok. Asal atur waktu aja. Bye Ren."
"Night, Adel."
Adel melempar senyum lagi pada Reno begitu ia keluar dari mobil cowok itu. Lalu Adel menutup mobil Reno. Reno menatap Adel sampai cewek itu benar-benar masuk ke rumah.
"Kok lo makin cantik sih, Del?"
****
double update yaa