Untold Feelings

By loozeey

35.6K 3.8K 524

Bagi Daryl, Adel selalu tampak cantik dengan kemeja kotak-kotak kebesaran yang ia kenakan, rambut dicepol yan... More

Prolog & Author's Note
1. Pertemuan Pertama
2. Ibu Daryl Makhluk Planet
3. Mama Pelit
4. Salah Tingkah
5. Pengusik Kesendirian Adel
6. Tidak Cinta Bukan Berarti Benci
7. Berkelahi
8. Nama Daryl Bukan Nama Asing
9. Dikelilingi Orang-Orang Kutu Buku
10. Mengantar Adel dengan Motor
11. Undangan dari Orang Masa Lalu
13. Keputusan Bella Sudah Bulat
14. Diantar Pulang Reno
15. Pembelaan untuk Ivan
16. Fans Terberat Queen
17. Kehadiran Buku-Buku Sumbangan
18. Kedatangan Tamu tak Diundang
19. Makan Bersama
20. Keluhan dan Cerita Reno
21. Makan Ditemani Adel, Lele, dan Kerang
22. Konsekuensi dari Segala Perbuatan
23. Kejadian yang Sebenarnya
24. Diam-Diaman sama Daryl
25. Kekecewaan Terbesar di Hidup Daryl
26. Datang dan Pergi
27. Saran dari Adel
28. Menikmati Nyanyian Pengamen
29. Bagaimana Kabar Winda?
30. Peningkat Mood Jelek Adel
31. Takut Akan Risiko
32: Pertemuan Pertama Adel dan Bella
33. Dua Cowok yang Berbeda Kepribadian
The Sword Princess
34. Sebentar Lagi Ulang Tahun Reno
35. Pergerakan Daryl yang Lambat
36. Sama-Sama Hancur
37. Fakta Mengejutkan Lainnya
38. Hati-Hati, Pengkhianat Ada Di Mana-Mana
39. Bertemu dengan Sumber Kebahagiaannya
40. Adikku, Pahlawanku
41. Aku Bisa Menjadi Tamengmu
42. Bertemu dengan Orang yang Tidak Diinginkan
43. Pertolongan dari Daryl
44. Terima Kasih, Daryl!
45. Lembaran Baru untuk Daryl dan Adel

12. Masak dan Makan Bersama Daryl

706 84 5
By loozeey

Daryl dan Adel kini berada di mobil Adel. Begitu Daryl menyodorkan jasa menyetirnya, besoknya mereka langsung sepakat untuk memulai. Papa dan Mama juga sudah memberikan izin itu pada Adel, bahkan Mama sampai rela tidak membawa mobil untuk Adel. Tadi Mama dan Rafa pergi diantar Papa.

Dan kini mereka duduk di mobil. Sebenarnya perkiraan Adel kalau Daryl akan menjadi guru mengemudi yang tepat adalah salah. Nyatanya jarak Adel dan Daryl yang dekat ini membuat Adel salah tingkah dan semakin tidak berkonsentrasi.

"Kamu udah diajarin apa aja sama Papamu?"

"Ya ... basic gitu. Papa baru ajarin gimana cara operasiin mobil, terus seberapa dalem aku harus nginjek gas, sama baru jalan-jalan di komplek gitu, sih."

Daryl mengangguk-ngangguk. Kalau begitu Daryl tidak perlu mengajarinya dari awal. "Coba kamu jalanin mobilnya sekarang."

Adel menelan ludah, lalu ia mulai menginjak pedal gas. Mobil sempat maju secara tiba-tiba dan mendadak, lalu Adel langsung cepat-cepat menginjak rem. Adel cengengesan menatap Daryl yang hanya menahan tawa di sebelahnya.

"Maaf ya, Daryl. Kayaknya saya bakal latih kesabaran kamu."

Daryl terkekeh. "Gak apa-apa kali. Rata-rata orang yang baru pertama kali belajar nyetir kan pasti grogi. Kamu bawa santai aja, ya."

Adel mengangguk dan semakin mengeratkan pegangannya pada stir mobil. Perlahan, dengan lebih manusiawi, Adel menginjak gas. Mobil pun berjalan dengan normal, membuat Adel bernapas lega. Tangan Daryl juga tetap memegang rem tangan dan konsentrasi cowok itu harus jauh lebih tajam dari Adel.

"Awas, kucing!" Adel langsung rem mendadak, membuat kedua insan itu maju ke depan. Adel dan Daryl sama-sama mengatur napas mereka yang tidak beraturan. Adel lagi-lagi menoleh ke arah Daryl sambil cengengesan.

"Maaf ya, Daryl."

"Kamu harus konsentrasi dan fokus, Del. Semua, di sekeliling kamu ini bergerak. Jadi kamu harus aware sama segala pergerakan mereka. Walaupun cuma burung-burung kecil sekalipun yang ngehalangi jalan kamu, kamu tetep harus selamatin nyawa mereka. Paham?"

Adel mengangguk. Adel rasa, Daryl sudah mulai terpancing emosinya.

"Saya gak marah. Maklum, cewek rata-rata emang begitu kalo lagi belajar nyetir." Daryl tersenyum dan Adel melihat senyum itu. Lagi-lagi, Daryl berhasil membuat hati Adel lebih tenang. Daryl tahu, kalau Adel tadi sempat takut kalau Daryl sampai marah. "Ayo, jalan lagi."

Adel kembali menginjak gas. Sambil berjalan, Daryl memberi petuah-petuah saat mengemudi mobil, seperti harus lihat spion saat membuat belokan, bagaimana perhitungan dan feeling saat Adel ingin berbelok, dan lain-lain. Daryl juga menyelipkan beberapa humor sembari mengajar, membuat Adel semakin enjoy melakukan ini. Siapa sangka, mereka tidak terasa telah menghabiskan waktu tiga jam untuk belajar mengemudi.

--

Adel membuka dompetnya begitu mereka selesai belajar dan kini berteduh di dalam rumah Adel dari teriknya sinar matahari. Mereka berencana delivery makanan, sesuai janji Adel yang akan membayar Daryl dengan makan siang. Sebenarnya, ini sudah tidak bisa dibilang makan siang, sih, karena ternyata sekarang sudah menunjukan pukul setengah enam sore.

Mungkin lain kali Adel akan mengganti dengan sebutan makan malam sebagai bayarannya.

Namun Adel rasanya ingin memaki seluruh umat di dunia ini begitu ia membuka dompetnya dan tidak melihat sepersen pun uang di dalam sana. Padahal Adel sudah sangat yakin kalau ia sudah diberikan uang oleh Papanya untuk makan nanti bersama Daryl. Namun kenyataan yang ada di hadapannya sukses meningkatkan emosi Adel.

Ini pasti Rafa!

Adel menjauh dari ruang televisi tempat Daryl sedang duduk dan menonton tayangan yang ada di depannya. Ia kini menelepon Rafa dan siap memaki cowok itu begitu ia mengangkat teleponnya.

"Halo,"

"Eh, maling. Mana duit gue?" semprot Adel tanpa berpikir dua kali.

"Duit apa, deh?"

"Lo di mana sekarang?"

"Futsal," jawab Rafa cuek. "Kenapa?"

"Lo dapet duit futsal darimana?"

"Dari ... dompet lo." Rafa cengengesan, singkat.

"Lo kalo mau pake duit gue tuh ngomong dulu dong! Sekarang gue mau pake duitnya dan duitnya gak ada di dompet. Sekarang gue harus gimana?!" Adel sangat membutuhkan palu milik Thor kali ini untuk memecahkan kepala adiknya.

"Ya gimana dong ... abisnya pulang tadi Papa Mama gak ada, jadinya gue ambil duit di dompet lo deh. Siapa suruh dompet ditinggal-tinggal."

"Ya iyalah Papa sama Mama gak ada, mereka kan kerja!" Adel benar-benar tidak mengerti jalan pikiran adiknya yang ternyata jauh lebih dongkol darinya. "Pokoknya kalo lo gak ganti, gue gak bakal mau bikinin lo milkshake lagi. Awas lo!" Adel langsung mematikan sambungan telepon. Adel tahu, ancamannya tadi tidak seram, tapi Adel benar-benar bingung harus mengancam adiknya dengan apa.

Sekarang Adel harus berkata apa pada Daryl?

Gadis itu menelan ludahnya, lalu kembali berjalan menghampiri Daryl. "Daryl ... umm, kalo makannya saya masak aja, gimana? Gak apa-apa, kan?"

Daryl menoleh. "Gak makan juga gak apa-apa, Adel. Saya kan juga gak minta imbalan apa-apa. Serius, deh."

"Gak mau, ah. Masa kamu gak dapet apa-apa."

"Emangnya kamu mau masak apa?"

"Kamu sukanya makan apa?"

Daryl terkekeh. "Saya terserah apa aja. Udah dimasakin aja udah bersyukur."

Adel terkekeh. "Saya cek dapur dulu, deh. Mau liat ada apa di sana."

Adel pun pergi ke dapur, diikuti oleh Daryl. Adel menahan tawa begitu Daryl mengikutinya. Entah mengapa, lucu di mata Adel.

"Nah, ada bahan-bahan spaghetti, nih. Makan spaghetti mau?"

"Bebas."

Kini Adel mulai mengeluarkan bahan-bahan memasak spaghetti. Namun kali ini ia tidak memasak sendiri. Daryl mau membantunya, walaupun lelaki itu banyak bertanya karena ia benar-benar buta soal memasak. Daryl hanya bisa memasak Indomie dan itu juga bukan sebuah kesalahan, sih.

"Kamu bilang, kamu gak bisa masak. Ini, kamu bisa masak," ucap Daryl seraya memotong bawang bombay usai diajarkan oleh Adel.

Adel terkekeh. "Sebenernya sih, bisa. Tapi saya gak pro banget dan rasa masakan saya standar. Jadi untuk bisnis kuliner ... kayaknya belum sampe sejauh itu, deh."

"Kalo nanti saya cobain ternyata masakannya enak, kamu buka bisnis kuliner, ya."

Adel tertawa. "Gak segampang itu, Daryl." Adel teringat ucapan Mama. "Buka bisnis itu gak segampang yang dikira. Apalagi bisnis kuliner, saingannya berjamur."

Daryl mengangguk setuju. "Emang, sih. Pengusaha banyak yang ngeluh sekarang. Eh, kenapa bahasan kita jadi seberat ini sih?"

"Kamu duluan yang mulai."

"Kamu."

Adel tertawa sambil mengangkat pasta. Sebenarnya Daryl kurang nyaman menggunakan saya-kamu ke Adel, terlalu formal. Daryl ingin berteman normal bersama Adel. Tapi, entah bagaimana, Daryl juga tidak rela kalau saya-kamu diganti dengan gue-lo. Lebih akrab memang, tapi kurang begitu menyatu antara Adel dan Daryl. Kalau aku-kamu, terasa seperti orang pacaran.

Ah, sepertinya saya-kamu memang sebutan yang paling pas dari Daryl untuk Adel, begitu juga sebaliknya.

--

"Enak kok, Del. Not bad," puji Daryl lalu kembali dengan lahap menyuap spaghetti ke dalam mulutnya. Rafa baru saja pulang dan melirik-lirik ke meja ruang televisi karena ada spaghetti di sana. Adel sengaja tidak menyapanya dan mengajaknya makan, ia masih kesal dengan adiknya itu. Tapi Adel tetap menyiapkan porsi makan untuk Rafa dan juga orang tuanya sekalian.

"Bener nih?" tanya Adel lalu terkekeh. "Makasih, ya."

"Adek kamu gak kamu ajak makan?"

Adel mendengus. "Nanti aja. Saya lagi bete sama dia."

"Soal uang ya?"

Adel mengangguk santai, lalu detik berikutnya ia sadar akan sesuatu. "Kok kamu tau?"

"Suara bentakan kamu ke adek kamu tadi gak sekecil itu lho."

Adel tertawa, membuat Daryl juga tertawa. "Iya, tadi saya sebel banget. Masa dia ambil duit saya gak bilang-bilang? Untung tadi sebelum delivery makanan, saya cek dulu uangnya. Kalo gak dan keburu pesenannya dateng? Saya bisa malu sama kamu."

"Nanti kamu harus ajarin dia biar dia gak seenak-enaknya lagi sama kamu."

"Males. Udah capek juga ngasih taunya."

Daryl terkekeh. Sebenarnya, dalam hati cowok itu berandai-andai kalau saja adiknya tidak secepat itu meninggalkan dunia. Pasti akan ada selalu pertengkaran receh seperti ini di rumahnya. Dan Daryl lebih memilih itu daripada kesunyian yang ia rasakan.

Mengalihkan pikiran mengenai adiknya, Daryl kembali mengajak Adel berbincang, dan mereka semakin mengetahui satu sama lain semakin dalam.

****

Continue Reading

You'll Also Like

1M 113K 50
[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yan...
337K 8.1K 10
Winona bukan hanya menilai presentasi dan rasa untuk ulasan kulinernya, tapi dia juga menambahkan opininya tentang musik latar yang diputar di tempat...
7.7K 3K 30
[TAMAT] Hidup Nata hancur setelah tersangkut suatu kasus besar yang mencemarkan nama baiknya. Kehilangan pekerjaan dan nyaris jadi gelandangan, suatu...
1.9K 224 23
[TAMAT] "Bau ini, bau favoritku selain bau masakan ibu. Bau ini membuatku sejenak melupakan semua masalahku. Petrichor nama aromanya. Tapi seketika s...