Ruang meja makan rumah Adel dipenuhi dengan suara dentingan antara sendok, garpu, dan piring. Adel juga sedang bercerita mengenai apa yang terjadi di rumah Daryl. Sebenarnya setelah pulang dari rumah Daryl, Adel tidak sabar menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya. Namun melihat Mama sibuk beres-beres rumah dan Papa juga asyik bermain bersama Rafa, membuat Adel menunda keinginannya sampai makan malam tiba.
"Dan ternyata Bapaknya Daryl itu temennya Papa, Pa. Aku gak tau sih nama dia siapa, tapi dia recognize aku karena inget muka aku di DP WA Papa."
"Bener kan kata Papa, Ma," ucap Papa semangat kepada istrinya. "Daryl yang kita omongin kemaren itu pasti anaknya Iwan sama Novi."
Adel menatap kedua orang tuanya tidak mengerti. "Papa sama Mama omongin Daryl kemaren?"
Papa mengangguk. "Iya, soalnya namanya gak asing bagi Papa. Nama Daryl kan bukan nama pasaran, jadi Papa langsung keinget sama anaknya temen Papa itu."
"Iya, katanya Papa pernah anterin dia ke rumah sakit, ya?"
"Iya, Del. Tapi kamu belum pernah ketemu Daryl waktu kecil."
Adel terkekeh. "Kita juga diajak makan kapan-kapan sama keluarga mereka. Ajak Rafa juga katanya."
"Dih, males," sahut Rafa lalu memasukan makanannya ke dalam mulut.
"Ye, nunggu Rafa mau keluar rumah mah nunggu lebaran dulu," celetuk Mama.
"Atau gak pas futsal," tambah Papa.
Adel memutar bola matanya. "Gak penting."
"Boleh tuh kita makan-makan," ujar Mama, mengalihkan pembicaraan yang memang tidak penting itu. "Gak nyangka ya, Pa, kita dideketin lagi sama keluarga mereka dengan cara kayak gini."
Papa mengangguk. "Nanti Papa atur waktu deh sama Om Iwan. Kamu juga Del, atur-atur waktu sama Daryl."
Adel tertawa kecil. "Iya, Pa. Oh iya," Adel tiba-tiba teringat dengan tawaran Daryl untuk mengajarnya menyetir, "aku belajar nyetir mobil sama Daryl aja gimana? Dia nawarin ajarin aku tadi sore, nanti bayarannya aku traktir makan siang aja."
"Ah, itu si Daryl mah modus," celetuk Mama sambil mengambil tempe goreng.
Pipi Adel memerah. "Modus apaan deh. Daryl orangnya mah emang baik."
"Iya, sih. Emang ada cowok yang mau modus sama lo?" tanya Rafa lalu beranjak dari kursi makannya karena makanannya sudah habis. Adel hanya bisa memberikan tatapan tajam pada punggung adiknya yang berjalan cuek menjauh dari mereka. Papa dan Mama hanya tertawa menanggapinya.
--
Karena besok adalah jadwal mengajar Adel, gadis itu sudah tiba di kasur pukul setengah sepuluh malam. Sebenarnya ia tidak langsung tidur, masih bermain dengan ponselnya. Rutinitas. Biasanya sebelum tidur, Adel harus mengecek Line, Instagram, Wattpad, dan WhatsApp kalau memang ada. Adel bukan penulis Wattpad, ia hanya mengecek jika akun penulis favoritnya sudah update cerita atau belum.
Saat sedang lihat-lihat timeline Instagram-nya, layar ponselnya terganti dengan tanda telepon masuk dan nomor tidak ia kenal tertulis di sana. Jantung Adel berdegup kencang. Siapa malem-malem gini nelpon aku? Adel hanya berharap itu bukan orang jahat atau orang iseng. Detik berikutnya, bibirnya tersenyum, jangan-jangan ini Daryl?
Adel membersihkan tenggorokannya, lalu mengangkat telepon tersebut. "Halo," Adel langsung menggigit bibirnya.
"Halo, Del." Dahi Adel berkerut, ia tahu ini bukan suara Daryl. Tapi bukan berarti ia tidak kenal dengan suara bariton ini. Tapi, siapa? "Lo belom tidur?"
"I-Ini siapa, ya?"
Cowok di seberang sana terkekeh. "Gue Reno. Sombong lo gak nyimpen nomor gue."
Mata Adel membulat sempurna, bibirnya terasa kaku untuk mengeluarkan sepatah katapun, ia dapat merasakan jantungnya tidak siap menerima informasi ini. Sekeliling Adel terasa berhenti, bahkan suara jarum jam yang terus berjalan tak dapat diterima oleh telinga Adel.
Reno?
"Halo, Del? Putus-putus, ya?"
"Eh, e-enggak, kok," balas Adel cepat, suaranya tiba-tiba serak. "Kenapa telpon, Ren?"
"Gue nge-Line lo gak dibales-bales, jadi gue gak sabar, makanya nelpon lo. Kok lo gak nyimpen nomor gue, sih?"
Adel meringis. Sebenarnya tiga tahun yang lalu, Adel masih menyimpan nomor Reno. Namun setelah Reno mempermainkan hatinya layaknya sampah, Adel memutuskan untuk menghapus segalanya tentang Reno, termasuk nomor teleponnya.
"Gak gitu, Ren. Gue ganti hape baru, jadinya banyak nomor yang gak gue save." Adel lagi-lagi berdeham.
Reno terkekeh. "Iya, gak masalah. By the way, gue nelpon lo, soalnya gue mau ngundang lo ke rumah gue buat makan-makan. Lo mau kan?"
Adel menarik napasnya yang terasa sulit. "Wah, dalam rangka apa, nih?"
"Gue kan baru lulus dari sekolah penerbangan, Del. Makanya gue mau rayain ini sambil ngundang temen-temen SMA yang lain. Lo mau kan?"
"Wih, selamat ya! Sekarang gue punya temen pilot. Gila, bangga gue."
Reno tertawa. "Lebay lo."
"Kok lo lulus cepet amat sih?"
"Mungkin karena gue pinter kali, ya?"
"Dih, songong!" Reno tertawa, begitu juga Adel. Reno memang pintar dari pertama kali Adel kenal dia di bangku SMA. Sebenarnya Adel tidak begitu heran juga sih kalau Reno bisa cepat lulus.
"Jadi, gimana? Lo dateng kan? Ajak juga tuh temen-temen lo si Putri dekaka."
"Kapan emangnya?"
"Sabtu depan, jam tujuh malam, di rumah gue. Masih inget rumah gue kan?"
Walau Adel berusaha melupakan segalanya tentang Reno, tapi gadis itu masih mengingat rumah cowok itu. "Iya, masih. Ya udah, nanti gue kabarin lagi ya bisa atau enggaknya. Thanks ya, Ren."
"Sipp. Gue tunggu, ya. Bye, Adel."
"Yo, byee." Adel langsung mematikan sambungan telepon mereka. Adel menarik napas panjang lalu menghembusnya perlahan. Seketika Instagram-nya tak lagi menarik, ia langsung pergi ke Line dan chat di group dia dan teman-teman dekat di SMA-nya yang kini berada di satu kampus bersamanya.
Ngalor ngidul
adeline: guys...
adeline: tadi barusan reno telpon gue
adeline: dia ngajak gue makan ke rumahnya soalnya dia baru lulus, jadi kayak mau ngerayain gitu
adeline: dia undang temen-temen sma yang alin kok
adeline: lain*
adeline: dia juga nyuruh gue ajak kalian
adeline: menurut kalian gimana?
Putri: WAH, SERIUS?
Putri: sampe nelpon, loh
Putri: ya gue terserah lo del, lo mau dateng apa gak?
Putri: kalo gue sih mau mau aja, mayan makan gratis
Putri sent a sticker
Marcella: vvadu
Marcella: iya sih terserah lo del
Marcella: masih gimana gitu gak sama dia nya? wkwkwk
adeline: gue sih masih gimana gitu sama dia
adeline: cuma gue gak mau childish sih, masa gak dateng cuma gara-gara masalah baper
adeline: tapi menurut kalian gimana? gue ikutin saran dari kalian aja deh
Winda: wehhh masalah baper juga gak bisa disepelekan boi
Putri: a en je a yeeee
Adeline: jadi gimana nih woi? ajhajaja
Marcella: lu maunya dateng apa gak
Marcella: udah gitu aja
adeline: ya mau mau aja sih
adeline: gitu-gitu dia temen deket gue
Marcella: yauda gas
Winda: y x g kuy
Putri: eh kita diajak gak sih
adeline: diajak-_-
adeline: oke, jadi fix ya?
adeline: kalo ada batal atau apa-apa, bilang ya
Marcella: siap 86
Adel menghembuskan napas berat. Ia melihat chat masuk yang lain. Memang benar, ada chat masuk dari Reno.
Haruskah ia membalas chat tersebut? Atau tidak?
****