PRELUDE

By naaadns

418K 19.7K 2.6K

" love you like crazy! " Aku tidak menganggap diriku gila sebelum mengenalmu. Aku normal... sangat normal Ka... More

Prolog
Pencarian part 1
Pencarian part 2
pencarian part 3
Rahasia -bagian 1-
Rahasia -bagian 2-
Rahasia -bagian 3-
Mr and Mrs Scandal -1-
Mr and Mrs Scandal -2-
Mr and Mrs Scandal -3-
Trouble Maker -1-
Trouble Maker -2-
Trouble Maker -3-
Just wild and young -1-
Insert (promotion) suami simpanan
Just wild and young -2-
Just wild and young -3-
You changed my world -1-
You changed my world -2-
You changed my world -3-
Criminal of Love -1-
Criminal of Love -2-
Criminal Of love -3-
Punishment and Loyalty -1-
Prelude...introduce part of characters
Punishment and loyalty -2-
Punishment and loyalty (part 2 complete)
Punishment and loyalty -3-
Please...remember me.. -1-
please ...remember me -2-
Please...remember me -3-
The choice -1-
The Choice -2-
The Choice -3-
Eternity -1-
Eternity -2-
Eternity -3-
Romeo and Juliet -1-
Romeo and Juliet -3-
lose
Almaqhvira (pengampunan)
it's you...
the last....(final) -1-
The last (final) -2-
Prelude season 1 -end-
ekstra and ....
prelude - iridescent and redemption part 1
prelude -iridescent and redemption part 2
prelude- iridescent and redemption part 3
prelude - iridescent and redemption part 4
prelude - iridescent and redemption part 5
prelude -iridescent and redemption part 5 / continue
Prelude - iridescent and redemption / part 6-
PRELUDE - iridescent and redemption part 7
PRELUDE - iridescent and redemption/ part 8
prelude-iridescent and redemption part 9

Romeo and juliet -2-

7.4K 380 44
By naaadns

ayah....? mengapa aku harus memanggilmu ayah?

karena mulai saat ini aku akan menjadi ayahmu

kenapa?

karena aku ingin menebus kesalahanku

kesalahan apa?

....

...........

................kesalahan kami pada putra kami...kami gagal menjaga Titipan Tuhan..

Tapi aku bukan putramu...

kau akan menjadi putraku...menjadi pewarisku..satu-satunya penerusku..

ta..tapi aku tidak pantas...

aku...

aku....bukan anak kandungmu

aku tahu kau bukan anak kandungku...tetapi Tuhan mengirimmu pada kami...untuk menjadi putera kami..

ku mohon...kau adalah harapanku sekarang

mengapa aku...? mengapa kau memilihku?

....

Aku juga tidak tahu...aku hanya merasakan disini...

disini?

ya...disini.

dia...menyentuh tepat dihatiku berada.

Jadi...apa kau mau menjadi puteraku?

Ya, Ayah...

...

***PRELUDE***

javier pov

mariana terlelap dipangkuanku, ibuku yang selalu menangis dan menyalahkan dirinya, terus meracau tak keruan..bahkan ia selalu melukai dirinya disetiap aku lalai memperhatikannya, kini ia tertidur cukup lama, dengan belaian sayangku di kepalanya.

Wanita yang penuh dengan masalah, bayangannya memenuhi mataku. Setengah jam berlalu...aku putuskan untuk memindahkan perlahan kepalanya dengan  sangat hati-hati  agar seluruh tubuhnya bersandar di jok mobil dengan posisi sempurna, merendahkan sandaran mobil kemudian memasangkan seat belt sebelum meneruskan perjalanan kami.

Kami...tidak punya banyak waktu lagi.

aku tidak tahu kemana destinasi yang tepat..aku hanya ingin membawanya jauh, sejauh mungkin.

bahkan terbesit membawanya ketempat yang tak banyak warga setempat, sebuah pedalaman agar ibuku aman, tanpa berfikir dua kali..karena aku tak punya pilihan.

aku mengemudikan mobilku menuju lapangan besar, meminta bantuan jose menyewa jet khusus tanpa sepengetahuan siapapun.

Ya...kami harus lari, walau ibuku belum di cap sebagai buronan.

disana pilot bayaranku menanti, dia menyambutku dengan ramah, membantuku mengangkat ibuku untuk di tidurkan disofa besar, ku pandangi sekitar dengan degup jantung berdetak amat keras, selintas memikirkan ayahku...dan dia yang bersamanya.

kepalaku menggeleng cepat menepis rasa sedihku yang selalu tiba-tiba datang, aku tak boleh lemah pada pilihanku, walau bayangan wanita cantik bernama vanilla tak pernah singgah sedikitpun dari kepalaku, aku harus menetapkan hati.

"tuan..." sang pilot memutar setengah tubuhnya, ia menanti perintahku.

"jalan..."kataku singkat, menoleh ke arah ibuku, memperhatikan bagaimana mariana tertidur dengan alis menyatu dan raut wajah gelisah, dia merintih tak tenang sambil menyebut-nyebut nama ayahku berkali-kali. perasaan tak tenang ini makin membingungkanku, dia pasti ingin bersama suaminya...menemaninya...aku bisa merasakan perasaan ibuku, tapi tak mungkin ku biarkan ibuku berada didekat ayah, jika posisinya saat ini terancam.

tidak akan!

"william..."

"william....." dia memanggil namanya tanpa jeda, ku tutup kedua telingaku mendengar suaranya yang  lemah, aku kembali melihatnya begitu merindukan ayahku..sampai dibawah alam sadar saja ia berharap agar suaminya kembali.

Sedih melihatnya...perasaan tidak tega membuatku dilema, lalu ku alihkan tanganku merengkuh jemarinya ke dalam genggamanku.

mengusap bulir keringat berjatuhan dikeningnya,  keadaan ini sungguh membuatku ingin berteriak!

aku ingin kembali di masa mereka tertawa bersamaku dulu, di sebuah perkebunan besar milik ayahku, kami merayakan ulang tahunku yang ke 14 dan tahun pertamaku sebagai putera margot.

   aku ingin kembali mendengar tawa renyah, tawa bahagia diantara kami,  mencium aroma bunga cherry dan bersama ayahku saling berkejaran, sementara ibuku yang lebih memilih duduk tepat dibawah pohon melihat dengan tatapan menerawang, ia menggeleng saat ayah memberinya isyarat untuk bergabung, tetapi tersenyum lebar menyaksikan tingkah laku kami. aku ingin..merasakan kenangan  itu  terulang lagi dalam hidupku.

ku sandarkan kepalaku ketika ibuku sudah kembali tenang, aku mencari ponselku dan mencari log panggilan, menghubungi rico dengan penuh harap ada kabar baik tentang ayahku.

"hallo..."

"bagaimana kondisinya?"

"belum pak....dokter masih belum keluar.."

Ku pejamkan mataku mendengar kondisi ayahku masih belum ada kabar apapun, bahkan dokter sudah berada kurang lebih enam jam didalam ruangan, aku menelan liur ditengorokkanku yang mengering, ini yang kutakutkan..hal ini yang sejak tadi mengkhawatirkan fikiranku.

    Ayahku....dia terluka parah.

ku anggukkan kepalaku dengan berat hati, "beritahu aku jika ada perkembangan.." kataku mengalihkan pandangan letih ke wajah pias ibuku, dia sudah tak mengigau, dia bahkan menggenggam erat tanganku.

aku melihat baik seluruh permukaan wajahnya, terlalu dalam perhatianku sampai tak menyadari rico beberapa kali memanggil. "pak..hallo....hallo anda mendengar saya...? hallo...pak.."

"ya aku mendengarmu"jawabku, menyentuh kerutan di keningku.

"saya akan kabarkan secepatnya jika ada kabar mengenai beliau pak..."

aku kembali menggangguk meski rico tak akan melihatnya, aku mendesah jengah, selintas buah fikiranku bercabang pada mirabel...dan...

"hallo..."kataku sebelum panggilan itu benar-benar terputus. 

"ya..pak?" tanya rico cepat.

.....

aku menggeleng cepat, mengusir godaan dihatiku yang ingin tahu bagaimana kabarnya, ku usap malas keningku..mendesis kala hatiku nyaris melemah. "tidak...tidak jadi.."

ku tutup segera sambungan telpon, menyandarkan kepalaku dengan mata terbuka nyalang, mengapa aku tak mampu menguasai hatiku?!

   "tidak....aku tidak boleh memikirkanmu...tidak..."kepalaku terus menggeleng, meyakini pendirianku, mengingatkan diriku untuk mengabaikannya.

lupakan..lupakan dia calief, lupakan dia! Aku menegur diriku sendiri, perang dengan batinku sendiri sungguh menguras fikiranmu.

bahkan..aku tidak berani menyebut namanya..aku takut goyah...aku takut jika hatiku berubah dan melakukan hal yang lebih buruk yang nantinya aku akan menyesal.

"Semoga kau mengerti.."

      ****

"ayah...mengapa kau begitu menyayangiku? padahal aku bukan anakmu.."

"karena kau sangat berharga untukku javier...sudah ku katakan padamu, kehadiranmu...melengkapi kekurangan kami"

"kau pasti sangat menyayangi putramu dulu...karena wajah kami mirip, kau pasti melihat bayangannya didalam diriku, betulkan ayah?"

"ya..aku sangat menyayangi puteraku, tapi...aku tak pernah menyamakanmu...kau adalah kau javier, kau...tidak seperti dia, kalian berbeda...anggap dia sebagai kakakmu, jadi jangan pernah berfikir..aku menyayangimu karena kau seperti puteraku, tidak nak...aku tulus menyayangimu.."

"sungguh...kau tulus menyayangiku..?"

"ya...biar Tuhan menjadi saksinya..bahwa rasa sayangku padamu...bukan cuma kata kata, bukan hanya saat ini..tapi seumur hidupku, kau mengerti?"

"ya..aku mengerti. terimakasih ayah, apa kau tahu kalau aku sangat beruntung bertemu denganmu..dan menjadi putramu"

"tidak javier..aku lah yang sangat beruntung dipertemukan denganmu, nak...jangan ucapkan terimakasih pada ayahmu sendiri, jangan pernah...tidak ada kata terima kasih..atau maaf..ingat itu"

....

"Ingat javier...aku akan selalu menyayangimu..."

.....................

oh ayah....

mengalir lagi air mataku, tetes demi tetes lolos dari umpatan tanganku, aku mengerang sedih, memikirkan pria yang membuatku merasa dicintai dengan tulus, harus memperjuangkan nyawanya...tanpa aku  ada disampingnya, tanpa kehadiranku disisinya.

Dan tak menggenggam tangannya seperti ia menggenggam tanganku jika aku jatuh sakit.

maafkan aku ayah.

    tubuhku sekelibat membeku, mematung ketika sebuah sentuhan mendarat diwajahku, mengusap linangan air mataku kemudian sentuhan itu berganti melingkar dipinggangku, dia memelukku, mendekatkan kepalanya didadaku, berkata pelan layaknya bisikkan.."jangan sedih javier...jangan sedih nak..ayahmu pria yang kuat..dia romeo yang tidak akan mati dengan mudah...."

ku erat sentuhan tangan ibuku, mencium puncak kepalanya,  terbangun tanpa kusadari.

Walau agak kaget..mendengar ucapannya...aku meringis.

aku lupa...jika ayahku..pria yang kuat, dia sangat kuat.

   "dia tidak boleh mati..dia harus memarahi ibu...dia harus melakukannya sayang..."

"tapi..." ku geser pandanganku ke arah luar jendela, pemandangan dari ketinggian membuat semuanya berubah mengecil seperti kerlip bintang. "bagaimana jika dia pergi bu..?"

"tidak...karena aku sudah meminta pada Tuhan...aku memasrahkan segalanya..kalaupun aku harus menyerah akan kulakukan javier..demi dia...demi suamiku..asalkan Tuhan memberikan satu kesempatan lagi  untuknya hidup.." dia berkata tulus tanpa menangis, aku tahu dia menahan mati-matian semuanya, mencoba tegar..seperti apa yang dilakukannya selama ini.

"walau terlambat aku ingin suamiku mendapatkan kebahagiaannya javier.."

marina menghembuskan nafasnya pelan.. dia menyambung ucapanya

" aku akan mencoba merelakannya..aku ingin Tuhan mendengar doaku..aku berjanji...kali ini aku akan benar-benar menyerah"

terpisah dari suami yang mengalami kondisi sekarat akibat ulahnya...wanita mana yang bisa hidup tenang jik sampai terjadi apa apa, kesalahan yang pada akhirnya membuat ibu mau tak mau menyerah.

 pendiriannya pun sekilas mengkokohkan niat besarku..aku juga harus merelakan mereka..aku harus merelakan ayahku bersamanya.

"ya bu....aku juga sudah menyerah, Tuhan pasti akan mendengar doa kita...karena aku akan selalu bersamamu ibu..aku akan tetap selalu bersamamu..sampai kapanpun" kudekap erat sangat erat, sekarang kami berpelukkan tanpa air mata..hanya diam, mungkin menangis dalam hati masing-masing.

    terlalu lelah dengan semuanya.

"bu...tidurlah.." selorohku, memperhatikan bayangan ibuku dari pantulan kaca, wanita ini diam termenung, dia hanya mendengung pelan namun tak menutup matanya.

"bu...tidak apa apa kan jika kau hanya hidup bersamaku?"tanyaku menyisipkan pertanyaan  di dalam kediamannya, dia nampak berfikir niat yang sudah ku utarakan.

"hanya kau dan aku...bagaimana bu?"

mariana masih terdiam, dia hanya mengerjapkan mata, memenenggelamkan kepalanya lebih dalam ke tubuhku, ia memeluk erat tubuhku.

Sebagai jawaban awal...

     "ya....hanya kita"

***PRELUDE***

javier...

Javier....javier...akan kusebut namanya..setiap nama william terucap, aku tidak akan jatuh cinta untuk yang kedua kali pada pria yang sama. 

Tidak boleh...

VANILLA POV

"tolong ceritakan padaku..."

mirabel meninggikan alisnya tinggi-tinggi, ia terpaku mendengar pemintaanku serius.

jemarinya pun meraih kedua bahuku, membimbingku untuk duduk, dia meraih tanganku, melemparkan pandangan tajamnya yang penuh kata-kata, mata yang seakan sanggup berbicara.

      "pertama kali aku mau datang ke sebuah pesta kebun,dan pertama kalinya disana aku menemui javier datang bersama paman, saat itu aku sudah tahu,..dia bukan javier yang sebenarnya...aku cepat membaca karakter orang-orang di sekitarku, dia...memang memiliki wajah yang sama namun keduanya berbeda"

"berbeda?"tanyaku menyela walau mengulas cerita lama..aku masih saja terkejut, mirabel mengangguk sambil membayangkan kenangan dikepalanya.

"javier yang ku kenal...dia sangat urakkan, dia si pembuat keributan.... rajanya  masalah...tetapi anehnya dia selalu bersikap manis padaku, dan javier yang sekarang ini berbeda..dia memang tak membuat onar..hanya sesekali membuatku kesal tetapi dia memiliki sifat berbeda, dia selalu menjaga jarak...menjaga sikapnya, dengan alasannya yang sama..tidak ingin jatuh cinta padaku karena aku saudaranya atau karena  jeanita cinta pertamanya..jean, kau pasti pernah mendengarnyakan?!"

ya...aku bahkan tahu seperti apa wujudnya, aku tahu perpisahan mereka...dan javier hancur karenanya.

"aku tahu keluarga margot mempunyai sebuah rahasia, aku tidak mudah ditipu, aku sangat mengenal putra mereka...kami lumayan dekat..awalnya aku sedih saat tahu javier yang asli telah pergi..tapi lama lama aku tak perduli siapa javier asli atau palsu, karena semakin aku mengenal javier...aku merasakan  tenang saat bersamanya, dilindungi, diperhatikan, dan dianggap...dia bahkan menceritakan kisah ayah dan ibunya, dia sangat jujur...sampai melanggar janjinya untuk tak menceritakan statusnya pada siapapun..."mirabel  menerawang kilas kenangannya bersama javier muda. sudut bibirnya terangkat membentuk garis tipis..pandangannya yang tajam melunak, manik matanya bergetar..

"mendengar ceritanya...dulu aku tak tahu....apakah kisah romeo dan juliet itu benar benar nyata.."lanjut mirabel, dia agak sanksi sambil memandang jauh pemandangan hampa yang sama seperti isi fikirannya.

Aku tetap diam, hanya menjadi pendengar baik menyimak cerita mirabel, dengan sedikit berdebar dan penasaran.

"Jadi....saat itu aku lari dari pesta ke gudang penyimpanan milik keluarga margot, aku menangis karena dipaksa ini dan itu oleh orang tuaku...dan siapa sangka dia muncul menemuiku..dia bilang akan menceritakan suatu hal menarik asalkan aku diam..."

"Bagaimana kau menemukanku?"

(Sambil menunjuk ke arah kepalanya)

"Ayah pernah mengajariku..jika kau tertarik pada seseorang...kau akan mudah menemukannya, jadi ku gunakan saja instingku...orang pendiam seperti mu pasti akan mencari tempat tersulit ditemukan ya seperti gudang pengap ini..ah..aku juga mencium bau berry yang kau curi dari jose...kau makan terlalu banyak! Sampai gudang ini jadi semakin bau asam..."

(Dengan percaya diri...dia duduk disampingku...)

"Kau tertarik padaku...dan mencariku sampai kesini..itu tandanya kau menyukaiku, benar kan! Tapi maaf aku tidak pernah tertarik pada tuan muda seperti mu! Kau bukan tipeku!"

"Aku juga tidak pernah tertarik pada nona muda keras kepala dan pendiam sekaligus aneh sepertimu..lagipula sudah ada gadis yang ku sukai.....jadi jangan sok terlalu percaya diri"

"mmm..jadi sudah ada yang kau sukai?"

"Ya...tapi aku belum cukup umur untuk menikahinya...dia akan menungguku"

"Maaf...aku kira kau menyukaiku..."

"Aku suka..tapi sangat sedikit,jujur saja kau cantik seperti ibuku...dia saaangat cantik, dan ayahku juga dia saaaangat tampan, mereka luar biasa!"

"Ya keluargamu saaaaaangat menarik...tidak seperti keluargaku, kaku...terlalu memaksakan ini dan itu...andai saja aku jadi anak paman dan bibi...aku pasti bahagia sepertimu..."

"Mereka tidak sebahagia yang kau lihat..."

"Apa...?! Hei kenapa berkata seperti itu? Semua orang tahu kalau orang tua mu sangat serasi..mereka selalu terlihat bahagia..dan aku setuju kalau mereka pasangan hebat..mereka idolaku"

"Tidak...kau tidak tahu yang sebenarnya, ibu dan ayahku seperti memerankan tokoh romeo dan juliet.."

"Romeo dan juliet???...mereka?!!"

"Dengar ya...jangan sampai ada yang tahu! kalau kau ceritakan pada orang lain, aku tidak akan mencarimu lagi...!"

"Janji...aku janji padamu!!!"

(Aku terlalu penasaran...sampai lupa motoku, jangan berjanji jika kau tak bisa berjanji..)

"Dan janji...kau akan diam dan tak akan menangis lagi...!"

"Ok..janji!"

"Akan ku pegang janjimu...jadi yang kau tahu selama ini ada benarnya dan tidaknya...ayah dan ibuku menikah demi kebaikkan masing masing....bukan karena cinta"

"Se..serius?!! Kau...tahu dari mana?"

"Ayahku yang bilang sendiri..."

"Kalau begitu...itu bukan kisah romeo dan juliet...kisah cinta legenda itu..menceritakan kedua tokohnya saling mencintai, karena permusuhan keluarga..cinta mereka berakhir dengan saling bunuh diri atas nama cinta...lalu kenapa kau menyebut orang tuamu romeo dan juliet?!"

"Makanya dengarkan ceritaku dulu sampai habis..jangan langsung dipotong pipi kentang!"

"Habis...ceritanya berbanding jauh..tapi lanjutkan mulut paprika, maaf ya aku suka heboh sendiri.."

"Kalau kau potong lagi...aku tidak akan melanjutkan ceritanya, aku akan diam..!"

"Baiklah..cepat ceritakan lagi tuan javier yang mudah sensitif "

(Dia menarik nafas dalam dalam...menyandarkan kepalanya di tong besar sambil mendongak menatap cahaya lampu yang meredup)

"Ayah bilang...dia memang tidak pernah mencintai ibuku, tapi dia sangat menyayanginya...dia seakan melihat jiwanya terperangkap didalam diri ibuku. Hidup berdampingan bersama istri yang tidak dicintainya...adalah ujian terberat ayah untuk menjadi seorang yang kuat. Dia berfikir..mencintai sama halnya dengan belajar..menyukai...menyayangi...mungkin dengan dasar itu cinta akan tumbuh. Keluarga mereka memang akur...tidak ada yang berusaha menghancurkan hubungan mereka seperti kisah romeo dan juliet umumnya, tetapi janji ayahlah yang sama...tragis untuk hidupnya.
dia memberitahuku, dia akan mati..jika ibuku mati...dia akan terbunuh jika mencintai orang lain. Ayah bilang...dia tidak akan bahagia selama ibuku tak bahagia...dia bahkan melawan takdirnya jika suatu saat nanti akan ada yang di cintainya...ayahku mengambil sumpah yang berat...untuk menggantikan rasa cinta yang tak bisa diberikan pada ibuku.

Dia bilang...cukup ayah yang menderita, jangan ibuku...jangan putranya...dia tidak ingin kami menderita dan dia juga bilang...dia akan menjadi romeo untuk ibuku selamanya..dia akan memuja ibuku seperti layaknya memuja juliet..dia berani mempertaruhkan nyawanya agar ibuku tahu...dia memang tidak sempurna..tapi dia akan mencoba untuk mengurangi kegagalannya..menutupi kekurangannya sebagai suami..karena itulah ayah mengikat janji pada ibuku..sebagai ganti rasa cintanya yang tidak pernah bisa tumbuh..
Kami tidak tahu apakah cinta itu akan tumbuh nantinya..aku hanya berdoa, ayah jatuh cinta pada ibuku...dan mereka menjadi romeo dan juliet yang sesungguhnya...yang tidak perlu berujung tragis"

(Tanpa sadar...air mata sudah membanjiri wajahku)

"kau...kenapa menangis?"

"Ayahmu keren..paman sangat hebat!"

"Ya...dan aku sangat mengaguminya, kau tahu...ayahku membangun sebuah taman, dia namakan mariana...diambil dari nama ibuku, dia memang tidak pernah memberikan bunga seperti pria romantis lainnya dengan tangannya sendiri..dia memintaku untuk menemaninya..bersama sama menanam berbagai jenis bunga...untuk dihadiahkan pada ibu jika suatu saat nanti dia berhasil mencintainya. Dia selalu menjaga tanaman itu setelah pulang kerja..atau sebisanya...tanpa sepengetahuan ibuku, sampai suatu hari ibuku cemas dan khawatir, dia mencium aroma bunga dan beberapa kelopak yang menempel di jasnya..ibuku mengira ayah bertemu dengan wanita lain dan memberi wanita itu bunga.yah..tapi dasar
Ayah, dia tetap memintaku  untuk diam dan menjaga rahasianya...meskipun ibu sangat cemburu, dia terus menjaga taman itu..walau hatinya masih belum tumbuh meski dari musim ke musim, dia tetap bertahan...dia selalu mengganti tanaman yang layu,

katanya....aku akan terus berusaha...selama aku mampu...aku tidak akan menyerah..kalau pun hatiku belum bisa mencintainya..itu artinya, taman ini akan menjadi rahasia kita..jangan sampai ibu tahu, ayah tak ingin mengecewakannya... dia bilang seperti itu padaku"

"Jadi....dia belajar mencintai dengan membangun taman bunga? Dimana? Apa benar..paman menanam semuanya?"

"Ya! Semuanya...dan setiap dia gagal..dia akan menambah jenis bunga baru,,entah sudah berapa ribu tanaman yang digantinya karena layu..sampai saat ini dia masih mencoba...dan aku sebagai saksi atas usahanya, berjanji tidak akan memberitahu lokasi taman itu pada siapapun...kecuali...ibu yang menemukannya sendiri"

"Andaikan aku sudah besar...aku pasti jatuh cinta pada ayahmu, dia sempurna javier...dia sangat sempurna..."

"Bukan itu saja...ayah melakukan banyak usaha, dia memakai seluruh password  dengan nama ibuku...seluruh isi ponselnya hanya foto ibuku, dan setiap pergi bersamaku..dia membelikan sesuatu yang disukai ibuku, dia ingin belajar mengingatnya...hingga tidak ada wanita lain difikirannya, dan gilanya seorang william..ayahku yang super sibuk itu, dia pernah menyempatkam waktu untuk mendaki gunung...mengambil bunga edelweis hanya karena ibuku bilang bunga itu lambang cinta abadi. Kau tahu ayahku akan dengan mudah tanpa perlu mendaki gunung...tapi lagi lagi dia bilang usaha, dia harus mencoba, ia ingin membuat ibuku bahagia..aku yang khawatir..lagi-lagi harus menjaga rahasianya menaiki gunung, bahkan sering ku temukan ayah selalu memandang ibuku sampai istrinya tertidur, mengusap tangan ibuku kewajahnya berulang-ulang...mencium tangan ibuku, dia selalu berbisik...semoga hati ini untukmu...jika tidak...nyawa ini untukmu..."

"Sudah sudah! Mendengarnya...tragis sekali menjadi ayahmu...dia terlalu baik atau terlalu bodoh sih.! Cintakan tidak dipaksakan...kalau ayahmu bertahan bukankah ibumu juga akan tersiksa....! Mana ada orang yang tahan dengan cinta palsu...dan nyawa jadi taruhannya. Romantis sih tapi..itu mengerikan..apa ada kisah seperti itu..kau tidak mengada-adakan!"

"Untuk apa aku berbohong...kisah itu memang ada kan sudah ku ceritakan tadi..jadi jaga mulutmu ya. Ini rahasia keluargaku..doakan ayah dan ibuku saling mencintai, biasanya doa orang tersiksa sepertimu selalu terkabul...!"

"Sialan kau!!! Kau itu tidak seperti ayahmu yang sangat menghargai wanita!!! "

"Kau salah...aku dan ayah saaaangat mirip..!!!"

***

Ku ikuti gerakkan mata mirabel yang sekilas merendah saat kepalanya merunduk, mendengar ceritanya hatiku bergetar.

    Terlalu besar usaha william mencoba mencintai mariana...tapi mengapa, hanya melihatku dia bisa mencintaiku? Mengapa william?

Aku jauh dari kata cantik dibandingkan mariana, aku tak sesabar mariana...aku tak setegar dirinya.

     Tapi mengapa...kau memberikan hatimu padaku?

"Ku harap kau tidak jatuh cinta lagi padanya..."ujar mirabel menarik pandanganku yang sempat kabur.

Aku menggeleng perlahan...bukan karena berhasil tidak jatuh cinta, tapi karena bingung "entahlah....aku tidak tahu"

Selepasnya mirabel tak berkata apa-apa, dia cukup paham kediamanku karena hatiku sedang bimbang.

Di saat kebiusan menjadi pelengkap diantara kami, pintu yang sedari tertutup terbuka, beberapa dokter dan suster yang mengekor dari belakang keluar.

Memasang wajah yang sulit ditebak apa artinya, mirabel dan aku segera menghadang langkah mereka, mirabel yang lebih dulu bertanya "bagaimana dokter? Bagaimana kondisi pasien?!"tanyanya cemas, aku meremas-remas jemariku berharap dokter ini mengatakan kabar baik. Urat dileherku menegang sampai rasanya sulit untukku mengambil nafas.

Aku panik..gugup...dan takut mencermati sosok dokter yang sepertinya sudah sangat senior.

Dokter itu mendesah,matanya mengerjap ragu lalu sekemudian tersenyum tipis.

    "Beliau sudah melewati masa kritis..."katanya bersyukur, rona kebahagiaan yang tidak bisa ditutupi karena menyelamatkan satu nyawa.

    Rona yang menyebar di wajah mirabel dan wajahku, rico yang berdiri tak jauh dari kami menghela nafas lega dia nampak mencari-cari ponselnya namun...gerakan tangannya terhenti saat si dokter berkata lagi.

    "Tapi pasien mengalami koma..."lanjut dokter menjauhkan tatapannya dari tatapan mirabel yang melebar dan mataku terbelalak, tanganku yang sempat menutupi mulut karena terlalu senang perlahan turun kedadaku.

   "Koma?"tanya mirabel nada suaranya meninggi, ia tak menyangka masih ada beban yang belum bisa sepenuhnya membuat kami tenang.

Mirabel mendengus, melirikku dengan tatapan sedih. Aku tak bisa mengangkat kepalaku lagi selain tunduh menatap jemari kakiku. Aku yang masih memakai alas kaki dari hotel tak tahu harus bagaimana.

Sampai jemari itu menyentuh pundakku lagi.

    "Walau koma...berarti masih ada harapan hidup"ujar mirabel berusaha menghiburku.

   "Dokter miranda...bisakah saya berbicara hanya dengan anda, saya ingin menanyakan riwayat pasien..dan mendiskusikan beberapa hal pada anda" dokter bertampang tidak terlalu tua dan tidak bisa dibilang muda ini meminta kesediaan mirabel untuk mendiskusikan apa yang tidal bisa ku ketahui atau pun rico.

Mirabel awalnya ragu, ia sempat melirikku lagi. Mungkin tak enak karena aku yang berharap banyak kini kecewa dengan berita william yang mengalami koma namun tak bisa mendengar detail apa yang terjadi dengan pasien.

Maka...saat itu ku tepis rasa ingin tahuku, aku menyentuh balik tangan mirabel, melemparkan pandangan setuju agar ia menerima keinginan dokter.

    "Baiklah dokter...tapi...kapan pasien boleh dijenguk?" Aku tahu mirabel sengaja menanyakan itu untuk membuka akses agar aku bisa melihat william.

   "Setelah tujuh jam berikutnya...Ayo dokter miranda...ikuti saya" sebelum kepergiannya dokter tersenyum pamit menuju ruangan lain sementara mirabel memberikan anggukkan padaku.

Dia ingin aku percaya...semuanya akan baik-baik saja.
...
Aku dan rico sama-sama berdiri berisisian tanpa bercakap-cakap, hanya terdiam melepas beberapa dokter, suster dan mirabel menghilang dipertigaan koridor.

Kami hanya diam...menunggu waktu berputar cepat agar aku menemui william, melihatnya...aku ingin sekali menemuinya.

Mencari jawaban mirabel..apakah aku jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya?! Lalu....bagaimana dengan javier? Dia berjanji akan kembali...

Tapi sampai kapan aku harus menunggunya...?!

***Prelude***

"Koma?"aku mengulang apa yang kudengar, rico menyambung kalimatnya dengan penjelasan lainnya.

Aku tak mendengar baik apa yang disampaikannya lewat telepon, fikiranku mengarah ke hal lain. Orang koma...tandanya tertidur nyenyak tanpa respon apapun..seluruh syarafnya mati..tubuh ayah mungkin tidak kuat hingga akhirnya koma. Dan kalaupun sadar dari koma, pasti ada dampak, hanya saja..dampak seperti apa?! Aku tidak tahu.

"Terimakasih rico...kabarkan aku secepatnya jika ada perkembangan lainnya" ku hela nafas panjang, menurunkan posisi tubuhku merendah dari sandaran dinding,  kubiarkan ponselku menggantung ditanganku.

    "Koma...?!"

Aku menoleh ke arah suara, ibu berdiri ditempat yang seharusnya dia tak ada disana..seharusnya ia tertidur nyenyak ditempat tidur yang sudah kusedikan.

Kami memilih singgah di rumah pedesaan, rumah yang tidak cukup besar tapi cukup nyaman ditinggali.

Aku terperanjat dari tempatku menghampiri ibu, segera meraih tangannya dan tubuhnya ke gendonganku.

"Ibu harus istirahat...jangan keluar dulu..udara sangat dingin bu.."
Membawanya kembali ke tempat tidur.

    "Javier...temui ayahmu nak.."ujar ibu mengamit lenganku, dia menatap dalam-dalam. Ekpresi memohon yang tak bisa ku hindari.

   "Tapi bu...aku sudah dapat kabar dar..."

"Kabar tidak cukup jika kau tidak melihatnya langsung sayang...ibu mohon...temui ayahmu" sorot matanya berubah redup, perubahan yang tidak kusuka.

"Ibu...lalu siapa yang akan menemanimu Kalau aku kesana...aku akan meninggalkanmu sangat lama bu..aku tidak akan membiarkanmu sendirian bu..tidak"sanggahku cepat. Hendak menarik diri namun ibu menahanku, dia meraih wajahku.

Merangkup wajahku, caranya meluluhkan hatiku "pergilah..ibu bisa menjaga diri, lagipula ibu tidak bisa kemana-mana..ibu akan menunggumu disini"

Aku menunduk bingung, benar jika ayah saat ini lebih membutuhkan dukunganku..tapi..jika sesuatu terjadi  pada ibu, bagaimana?
Ku pandang lurus ke dalam matanya. Dia tersenyum lebar demi meyakinkanku "ku mohon javier...percayalah pada ibumu, ayah lebih membutuhkanmu saat ini"

Perkataan ibuku memang benar, ayah lebih membutuhkanku. Hanya masalahnya..ada seseorang yang tengah ku hindari, walaupun aku memiliki janji untuk menemuinya. Tapi tidak disaat aku mencoba untuk merelakannya...disaat aku belajar melupakannya.

     "Sayang...kau sayang ibukan?"

Ku lihat lagi siapa yang menanyakan seberapa besar rasa sayangku padanya.  "Tentu saja bu...aku sangat sangat menyayangimu..."aku meraihnya kedalam pelukanku, memejamkan mata mencium aroma magnolia.

Harum ibuku...

***Prelude***

Katakan aku plinplan..ya aku sangat plinplan, selalu saja ada hal yang menggoyahkan keyakinanku.

    Menjelang subuh aku meminta pilot yang siap menantiku untuk datang ketempat dimana ayah dirawat.

Segalanya sudah ku rancang seapik mungkin, menyembunyikan ibuku ditempat yang tidak dikenali. Dan merawat ayahku ditempat yang jauh dari sorotan.

Aku bahkan mengambil resiko besar dengan meminta bantuan pihak hotel untuk menghapus jejak kami semuanya dari cctv ataupun daftar tamu. Menutup mulut para pengunjung dengan sogokkan yang amat besar.

Semua kulakukan demi ayah demi ibu dan demi dirimu.

    Kusandarkan kepalaku ditepi jendela, menanti fajar menyambut..keluar dari persembunyian gelapnya malam, alunan nafasku terhembus patah-patah, dadaku sedikit sesak,  Sudah beberapa hari ini aku tak pernah tidur dengan tenang.

Terlalu banyak dosa yang ku perbuat, semoga Tuhan memaafkanku.

   Perjalanan yang cukup memakan waktu kurang lebih dua jam itu landas di lapangan  yang cakupannya cukup luas. Aku sengaja meminta diturunkan ditempat yang jauh dari lokasi ayahku, meminta jose mengatur seseorang untuk membawakan motor.

Aku mengendarai dengan sangat hati-hati melewati sepanjang pelosok yang jalanannya cukup rumit dilewati, dihiasi jejeran pohon-pohon jati menjulang  tinggi disisinya semak belukar yang amat mengganggu, dan dengan sabanya diujung sana kutemukan jalan tembusan menuju jalan besar.

Daerah ini memang tidak begitu ramai, perumahan jaman dulu yang suasananya sepi.

Tempat yang sangat cocok untuk seseorang menyembunyikan diri, ku hentikan motor besar ini disamping pagar tembok setinggi tiga meter yang amat kokoh. sejenak memperhatikan detail rumah dan ukiran-ukirannya yang tidak mencolok. 

aku berjalan perlahan mencari pintu samping, bersama mentari pagi menerobos kedalam rumah yang sangat damai, hanya ada bunyi siutan burung-burung diatas langit dan suara pepohonan beradu angin menyertai kedatanganku.

melangkah mengendap-endap bak pencuri, dalam rasa raguku mataku bergerak kesana kesini mencari sosok rico, sayangnya meraba-raba bentuk dan kondisi rumah yang tidak familiar sangat sulit. dengan detak jantung bertempo lebih keras, aku menjaga setiap langkahku sambil menggerakkan tanganku mencari ponsel disaku celana, setelah dapat buru-buru ku cari pesan percakapanku dengan detektif kepercayaanku, membuka gambar yang menampilkan rangkain denah lokasi atau tempat yang dikirim rico saat diperjalanan, semua pergerakkan dirumah ini sengaja kuminta dalam bentuk versi gambar agar aku mudah mengenali tempat ini.

Aku terus menggeser gambar yang dikirim rico, tidak semuanya kulihat karena sesampai diruang utama aku spontan merunduk dikejutkan sosok mirabel  yang muncul melewati lorong  bersama salah satu dokter, mereka nampak berbincang-bincang  serius, entah apa yang dibicarakan ..tapi aku yakin tak lain masalah kondisi ayahku, dari balik pilar besar aku terus mengamati mirabel, menunggunya.

mencari waktu yang tepat untuk menanyakan banyak hal, dan juga berterimakasih atas bantuannya karena dia mau mendampingi ayahku.


Di sisi lain...tiba tiba mbul perasaan aneh, seperti ada yang mengamatiku. Aku menoleh cepat dan seorang suster tersenyum ramah sambil memberikan anggukan padaku, aku segera balas mengangguk.

Ya Tuhan.... ku buang nafasku, beruntung karena hanya suster yang melihatku.

semoga..aku tak menemuinya...gadis yang pasti sudah mengecap ku sebagai pecundang yang ingkar janji, semoga...aku bisa melihat ayah walau sebentar dan kembali dengan aman, aku memang menjadi pecundang sejati tapi sungguh aku tidak boleh menemuinya.

bisa-bisa goyah hatiku jika sampai kami bertemu dan semuanya menjadi runyam kalau dia menanyakan banyak hal yang belum tentu mampu ku jawab.

     "ayah..."desahku ringan, menggenggam erat ponselku, aku termenung...menenangkan isi kepalaku yang sekelibat memikirkan sebuah ide.

sambil terus mengamati  keadaan sekitar ku cari secepat mungkin nomor rico, memanggilnya.

"ya...hallo pak..."jawan rico selalu sigap dipanggilan pertama.

 "hallo....rico menjauhlah jika kau berada di dekat vanilla.."

ARGHHH...sialan!!!

akhirnya tersebut juga namanya, sudah semalaman aku berlatih untuk tak menyebut nama itu tapi bodohnya terucap juga.

Ternyata...aku belum siap kehilangan setiap tentang dirinya.

Terkadang tanpa ku minta bayangan  wajahnya dan bayangan samar tubuhnya seusai mandi yang datang begitu saja dadaku jadi sesak bukan main....apa aku sanggup melupakannya seperti melupakan jean? bahkan jean yang sudah lama saja masih sering muncul dibenakku.

Oh Tuhan...sepertinya aku tidak berbakat menjadi playboy!

"Pak...hallo pak.."sapa rico, terbiasa menyadarkanku yang selalu terbawa lamunan. Aku mendeham sebelum kembali bertanya.

"dimana posisimu?"tanyaku menelan liur canggung...semoga rico tak menyadari betapa ia sering ku abaikan, sekilas aku memperhatikan baik-baik mirabel yang masih sibuk bicara, mendengar suara rico yang agak putus-putus

"di depan ruangan tuan william...nona vanilla dia.."

"jangan sebut namanya...!!"

"Ah...?!"

argh..sebenarnya permainan apa yang sedang kau mainkan javier?! apa segitu antinya sampai menyebut namanya saja kau tak mau.

"Hallo....hallo pak, bapak bicara apa tadi? An..anda mendengar saya?"

"Ya rico...aku mendengarmu"

" maaf...tadi anda bicara apa pak?"

"tidak...lupakan! Dengar Rico...saat ini aku berada didekatmu..temui aku sekarang...aku tidak jauh dari ruang utama"kataku segera menoleh lagi menyelidiki mirabel, mengechek pembicaraan mereka yang nyatanya masih belum selesai. Dalam hati Aku bertanya-tanya  sebenarnya apa yang mereka bincangkan sampai seserius itu.

Apa sesuatu terjadi pada ayahku?

    ****

"Tolong....alihkan perhatian...." kuhirup nafas panjang-panjang, mengumpulkan satu udara dimulutku menjadi gembungan besar, lalu membuang sebal demi melanjutkan kata-kataku.

"Aku ingin melihat ayahku...tapi tolong ajak dia bersamamu...."kataku masih enggan menyebut namanya.

Semoga rico mengerti perintahku kali ini.

Bukan karena aku membencinya...tidak. aku tidak pernah membenci wanita yang menjadi penyemangat hidupku itu..hanya...

Aku takut jika terbiasa memanggil namanya...kenangan demi kenangannya akan semakin sulit ku hapus.

"Siapa yang harus saya bawa tuan?"

    "Maksudku...bawa dia bersamamu...bukan mirabel...kau tahu siapa yang ku maksudkan?" Alis sebelah ku meninggi ketika rico berusaha mengulum senyum heran diwajahnya.

  "Saya tahu..pasti maksud anda nona va..."

"Ya dia! Jadi...ajak dia kemana saja...sampai aku pergi dari sini" rico yang cepat tanggap dan pandai memahami kata-kataku mengangguk sangat pelan..seperti berfikir maksud dari perintahku.

"Kemana saya harus membawanya dan dengan alasan apa pak?"tanyanya polos, Entah ini sengaja memancingku atau apa. Rico tampaknya haus akan informasiku, suaranya diselipi kejahilan yang malah membuatku berkata sekenanya.

    "Kemana saja...kau mau ajak nonton, makan atau apapun yang masuk akal...pokoknya bawa dia sampai aku menyuruhmu kembali. Kau mengerti!"tekanku malas memperpanjang obrolan yang hanya menguras banyak waktu.

    Rico tersenyum kecil, ia menyipitkan pandangannya..raut tak puas itu semakin mengejekku "saya mengerti pak...tapi...disini tidak ada bioskop atau restaurant... setahu saya hanya ada perumahan warga yang sepi dan hutan belantara...tidak ada taman, mall atau supermarket anda mau saya membawanya ke salah satu rumah warga untuk berkunjung atau berjalan berduaan ke hutan belantara?"

Sialan!

Ya! Aku yakin rico sengaja memancing emosiku, memanas-manasiku lewat candaannya yang berhasil membakar hawa cemas dikepalaku.

    "Ku bilang cari yang masuk akal!bukan ke rumah warga atau hutan belantara! Kalau begitu cepat bawa dia melihat kolam ikan disamping rumah... atau perkebunan buah tak jauh dari sini...Kau mengerti rico...jangan bertanya lagi! aku tidak sedang berminat diajak bercanda"kataku geram, berpaling kearah lorong yang disana terdengar suara mirabel.

Rico mengangguk faham, ia mengulum senyumnya. Tapi sialannya kembali menyapaku...

"Ohya pak...."

"Apalagi rico?! Aku sudah bilang aku tidak ma...."mulutku terhenti berkoar menatap segelas kopi dalam wadah gelas kertas tertutup disodorkan rico.

Sedikit kepulan asap dari lubang hisap menebarkan aroma kopi robusta.

Aku menatapnya bingung,  tetapi dia malah kembali tersenyum tipis.

    "Cuaca disini sangat dingin pak segelas kopi bagus untuk menghangatkan perut anda..."katanya dengan nada sopan.

Aku meninggikan alisku, menelisik kopi ditangannya. Hanya satu?

"Tidak...terimakasih"

Rico sekilas terlihat kecewa tetapi dia tetap tersenyum meski kopi ditangannya ku tolak,

"kalau begitu saya pergi dulu pak...."dia berlalu cepat tanpa menoleh, ditawari kopi hangat dipagi hari dalam keadaan dingin..?

Siapa yang menolak...hanya saja jika ia menyerahkan bagiannya untukku.

     Rasanya perutku pun akan menolak..mana aku tega!

Jujur dalam hati aku sangat berterimakasih pada rico....dia begitu perhatian, dan  bisa diandalkan....tetapi aku tidak perlu kopi. Cukup menjadi orang kepercayaanku dan tidak aneh aneh membawanya ke rumah warga atau hutan belantara...aku sudah sangat senang.

Memikirkan sikap usil rico padaku ada rasa cemburu, takut, marah dan lucu...sampai tak sadar, aku tersenyum.

     Senyum pertamaku....yang beberapa saat seperti menghilang, hilang oleh kepedihan yang sudah sudah.

Terimakasih rico....walau caramu membuatku tersenyum cukup unik.

Sangat unik!

***
Tanpa membuang waktu lagi aku berjalan cepat menuju kamar dimana ayah berada. Kamar di atas lantai dua dengan pencahayaan terbaik, manik mataku bergerak membaca tiap sudut ruangan.

Tempat ini akan sangat membantu menjaga kondisi ayah, ruangan yang memiliki udara sangat segar, bersih dan nyaman....bunyi alam menenangkan fikiran dan aroma bunga lilia serta khas bau dedaunan, cocok untuk tempat pemulihan, apalagi ditunjang dasar Bangunan dan tata ruang yang sederhana lalu ukuran kamar sangat luas dengan sebuah pintu berbahan kayu jati yang diatasnya tersambungan gabungan kaca buram.

    Aku melangkah hati-hati tanpa menimbulkan suara, tidak ada gerak geriknya...mungkin rico sudah membawanya pergi.
Aromanya saja tidak tercium..

Sesampai tepat didepan pintu kamar ayahku di rawat, atas permintaanku para penjaga yang dengan setianya berdiri menjaga kamar ayahku, Mereka menyapaku ramah begitu ramah sekali, hingga aku kembali tersenyum alakadar.

Sempat ragu...karena tadi tak jadi bertanya pada mirabel. suster bilang dokter miranda sedang fokus mendiskusikan pengobatan terbaik untuk ayahku agar cepat pulih.

    Pada akhirnya ku ambil nafas, menambatkan jemariku di kenop pintu. Memutarnya perlahan, melihat sosok yang terakhir kalinya kulihat bersimbah darah. Kini ia tertidur pulas, terbaring tanpa daya di atas ranjang besar setinggi setengah meter.

Aku melangkahkan kakiku memasuki ruangan, ada dua suster yang tengah berjaga nampak sibuk merapikan beberapa alat medis ke dalam nakas. Seperti yang lainnya mereka segera menyapaku lalu pamit undur diri.

   Ketika suara pintu ditutup terdengar sedikit samar, perasaan tak menentu yang kurasakan karena terus memikirkannya perlahan menguar.

Kupandangi wajah putih pucatnya dengan rona menguning, terpejam diantara balutan perban di tangan dan juga bagian terfatal didadanya yang dilapisi pakaian serba putih....tadinya aku sempat mengira hanya ada harapan tipis untuk ayahku hidup.

Tapi seperti yang ibu bilang...ayah adalah romeo,  dia kuat...pria penyayang yang sangat baik hati. Semua orang akan mendoakannya...tentu saja dia akan selamat.

Namun....alat oksigen dimulutnya untuk membantunya bernafas dan berbagai alat medis menancap di tubuhnya, serta alat transfusi darah yang terpasang membekukan tubuh dan fikiranku yang hanya memandangnya dalam-dalam.

    "Ayah....."dengan suara lirih dan lembut kusebut namanya, masih tak habis fikir...disajikan pemandangan terpedih selama aku hidup, sosok malang ayahku.

William...istilah kasarnya kondisinya saat ini tak ubahnya mayat hidup, yang kini hanya menghembuskan nafas demi mempertahankan nyawanya. Seluruh syaraf yang tidak berfungsi,  hilang kesadaran.

sedih mengetahui ayahku yang selama ini sangat kuat...selalu menjaga pola makannya dengan baik, meminum vitamin hingga ia jarang terlihat sakit dan hobbynya yang rajin berolah raga, selalu membuatnya nampak sehat bugar dan penuh kharismatik, tetapi sekarang.

     Dia terbaring lemah tanpa bisa melakukan apapun yang disukainya, dan semakin lama ku perhatikan...semakin nafasku tercekat, hatiku tak kuat menahan air mataku jatuh menetes dipipiku.

Sedih karena aku tak bisa melakukan apa-apa untuknya, sedih karena aku hanya bisa meratapi betapa menyedihkan ayahku.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain menyentuh wajahnya, mendekatkan bibirku untuk mencium keningnya, mengusap helaian demi helaian rambut ayah dengan  curahan kasih sayang yang kumiliki.

   " bangun ayah...bangun....aku disini ayah...putramu di sini, sadarlah...ku mohon bangunlah ayah...aku sangat merindukanmu"kataku ditelinganya, berbisik pelan meski pesanku belum tentu berhasil menyadarkannya.

Aku berharap Tuhan mendengar kata kataku...memberikab keajaiban pada ayahku.

Meski harapan ku sangat kecil..

setidaknya....aku sudah mencoba dan selalu percaya jika ketulusan hati akan menjadi doa terbaik....penyemangat positif pada jiwa pasien.

       "ayah...ibu berpesan....bangunlah, marahi dia....dan...maafkan ibu ayah...maafkan dia....kembalilah bersamanya...atau...."

Bola mataku bergerak memperhatikan dia diam seperti patung, hanya haluan nafas terdengar pelan.

"Atau....atau tidak bangunlah untuk bersama dengan orang yang kau cintai...ibu sudah menyerah ayah"
kataku sungguh sungguh, meraih tangannya, mencium  tipa jemari ayahku kemudian menempelkannya ke wajahku, menahan getar tubuhku untuk tetap tegar.

Walau menyakitkan....

"Tingkat kesadaran penderita koma tergantung dari seberapa besar bagian otak yang masih berfungsi, dan keadaan ini biasanya berubah seiring waktu, dan ketika berangsur sadar, pasien yang awalnya tidak bisa merasakan rasa sakit akan mulai merasakan rasa sakit, kemudian mulai menyadari keadaan di sekitar, dan akhirnya mampu berkomunikasi. Namun peluang sembuh dari koma akan sangat tergantung dari penyebab koma itu sendiri....itu yang ku bahas dengan dokter...maaf kau jadi lama menungguku, tadi suster memberitahu kedatanganmu javier"

Aku mengangkat kepalaku kala mendengar suara yang ku kenali ternyata sudah berada dibelakangku.

    Kepalaku bergerak mencari bayangannya dan dia melangkah maju mengusap lembut puncak kepalaku "apa kau baik baik saja?"tanya mirabel menatapku dalam.
   
Ku lepaskan jemari ayah, menalaan kata-kata mirabel "apa yang membuat ayahku koma?"tanyaku mengalihkan topik.

Mirabel mengerucutkan bibirnya, disertai mata indahnya menyipit sebal.

Sadar aku terlalu ingin tahu dia merubah ekpresi diwajahnya secepat membalikkan tangan

" koma bisa terjadi karena banyak hal javier...seperti Stroke, cedera berat di kepala, diabetes, Infeksi pada otak, misalnya meningitis dan ensefalitis. Ya atau keracunan, misalnya akibat karbon monoksida. Bisa juga karena overdosis alkohol atau narkoba...
Atau juga...Kekurangan oksigen, kejang, tumor pada otak, kegagalan organ hati dalam bahasa kedokteran kami menyebutnya koma hepatikum..maaf karena aku masih belum tahu, dokter alfon memintaku...menanyakan riwayat pasien  pada keluarganya, dan aku bilang saja ayahmu tipikal orang yang cukup ketat akan kesehatan...tetapi...dia punya kebiasaan alkoholik yang sulit dihentikan. Kau pasti tidak tahu itu kan?"

Mendengar ulasan penyebab koma dan kebiasaan buruk ayah yang lolos dari pengamatanku, aku mendesis kesal.

Kesal karena orang lain lebih tahu sementara aku putranya merasa kecolongan.

    "Sungguh aku tidak tahu....."aku sangat menyesal.

    "Karena itu kau harus mencari tahu...semua minuman yang diminumnya dan obat-obatan vitamin atau suplemen yang selama ini dikonsumsinya...karena dokter alfon bilang...semakin kau tahu riwayat pasien semakin besar harapan penyembuhan.."mirabel menepuk bahuku, dia menarik tubuhku perlahan kedalam pelukkannya.

Memberikan sentuhan sayang demi meredam emosiku.

     "Aku juga ingin paman sembuh....jadi cepat cari tahu semuanya javier"

Aku mengangguk angguk kepalaku, membalas pelukkan mirabel.

Tubuh mungilnya yang ikut bergetar...berusaha tegar dihadapanku.

      "Aku akan cari tahu....dan segera menghubungimu..."kataku sambil melirik ayah, melepas pelukkan mirabel dan mengganti mengusap sayang wajahnya.

   "Aku pergi dulu...."

"Ya...Hati hati...."

"Ya...."jawabku lembut, berjalan cepat melangkah besar besar keluar dari kamar ayah menuju halaman rumah.

Aku sempat menghentikan langkahku, menoleh ke jendela kamar dimana ayah berada.
Menghela nafas cukup panjang karena semua penjelasan mirabel, kemudian kembali melangkah ke tempat motorku terparkir.

    Baru beberapa langkah mendekati motor besar berwarna hitam legam, menunggangi jok motor yang menjadi temanku menjelajahi area sulit. Mataku melebar dikejutkan segelas kopi tergelatak diatas speedo meter  motor.

    Aku mendecak heran mengambil gelas kopi yang sudah dingin, rico pasti sengaja menaruhnya.

Tetapi..

Perlahan ku putar bungkus kopi yang terdapat sebuah tulisan " temui aku..."

Apa maksudnya?

   Aku tak mengerti, namun disaat bingung menggelayutiku sebuah sentuhan menyisip, ruas jemarinya meraba pinggangku dan kedua tangan itu melingkar, memelukku dari belakang.

Memicu detak jantungku mengeras, iris mataku pun menciut merasakan sentuhan ini.

    Sentuhan yang hanya dia pemiliknya.

Terbaur bersama nafasnya yang menderu, bahkan aromanya bukan lagi bayanganku.
Tercium kuat.

    Aku menurunkan pandanganku, melihat jelas jemarinya tertaut erat di perutku. Jemari yang kuhindari....jemari yang tak ingin kulihat....jemari yang terasa begitu kuat getarannya.

Dan terdengar isak  tangis kekecewaan menguar dari mulutnya.

    Ya Tuhan...dia menemukanku.

"Kenapa menghindariku? Padahal aku sangat merindukanmu....kenapa menghindariku?"tanya pelan diantara tangisnya yang tertahan.

Kubusungkan dadaku yang sakit seketika, melepas jemarinya. Memutar setengah tubuhku.

      Memberanikan diri menatapnya....dia yang kukira pergi, menemukanku. Kusentuh wajahnya...telapak tanganku menadah air matanya yang terus mengalir. Bentuk kerinduan besarnya padaku.....yang kuabaikan. Yang ingin kulupakan....namun malah mencariku.

"Kenapa javier? Apa salahku?" Tanyanya dengan wajah sedih membuatku serba salah.

Aku menggeleng pelan..

"kau berjanji akan kembali....tapi mengapa menghindariku?"tanyanya makin deras air matanya.

Aku hanya bisa menggeleng, tak mampu berkata apa apa. Menarik tubuhnya masuk kedalam dekapanku.

     "Kenapa?"tanyanya lirih, suaranya kalah akan tangisnya yang tertahan didadaku.

Ku usap kepalanya....aku menyesal.

    Karena setiap caraku ternyata salah...selalu berujung air matanya.

       "Maafkan aku vanilla.....maafkan aku...."

***

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

1M 13.9K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
349K 31.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
5.2M 281K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
231K 16.4K 28
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...