PRELUDE

By naaadns

418K 19.7K 2.6K

" love you like crazy! " Aku tidak menganggap diriku gila sebelum mengenalmu. Aku normal... sangat normal Ka... More

Prolog
Pencarian part 1
Pencarian part 2
pencarian part 3
Rahasia -bagian 1-
Rahasia -bagian 2-
Rahasia -bagian 3-
Mr and Mrs Scandal -1-
Mr and Mrs Scandal -2-
Mr and Mrs Scandal -3-
Trouble Maker -1-
Trouble Maker -2-
Trouble Maker -3-
Just wild and young -1-
Insert (promotion) suami simpanan
Just wild and young -2-
Just wild and young -3-
You changed my world -1-
You changed my world -2-
You changed my world -3-
Criminal of Love -1-
Criminal of Love -2-
Criminal Of love -3-
Punishment and Loyalty -1-
Prelude...introduce part of characters
Punishment and loyalty -2-
Punishment and loyalty (part 2 complete)
Punishment and loyalty -3-
Please...remember me.. -1-
please ...remember me -2-
Please...remember me -3-
The choice -1-
The Choice -2-
The Choice -3-
Eternity -1-
Eternity -2-
Eternity -3-
Romeo and juliet -2-
Romeo and Juliet -3-
lose
Almaqhvira (pengampunan)
it's you...
the last....(final) -1-
The last (final) -2-
Prelude season 1 -end-
ekstra and ....
prelude - iridescent and redemption part 1
prelude -iridescent and redemption part 2
prelude- iridescent and redemption part 3
prelude - iridescent and redemption part 4
prelude - iridescent and redemption part 5
prelude -iridescent and redemption part 5 / continue
Prelude - iridescent and redemption / part 6-
PRELUDE - iridescent and redemption part 7
PRELUDE - iridescent and redemption/ part 8
prelude-iridescent and redemption part 9

Romeo and Juliet -1-

5.7K 330 25
By naaadns

...memintaku pergi

Meninggalkanku dengan orang-orangnya...untuk menjaga william.

Cinta pertamaku yang berlumur darah...sekarat dihadapanku.

Apa yang ada difikiranmu javier???

***

William...

Melihatmu terkapar tak sadarkan diri... jantungku seperti mencelos dari ragaku..nafasku terasa sakit melihatmu ...menyaksikan pengorbananmu yang begitu besar untukku...

Untuk wanita seperti ku

Yang tak bisa berkata apa apa!

Katakan aku gila..

Jika saat ini...

Aku ingin meraih tubuhnya

memeluknya erat...

Aku ingin darah itu berhenti mengalir...dan merasakan bagaimana sakitnya peluru bersarang didadamu.

Sejenak aku memandanginya...resah yang tak hentinya menekan detak jantungku, begitu juga pertanyaan yang tak kusangka mengambang dibenakku.

Aku bertanya tanya..

Hatiku memang sudah tertaut pada putramu..tapi melihatmu seperti ini..sesuatu di bagian diriku terasa sakit..hingga aku mengelus dadaku dan sesak... hal ini menjadi pertanyaanku.

Mengapa aku seperti ini..mengapa aku masih memikirkanmu disaat aku seharusnya melupakanmu..

Melihatmu terluka parah..aku sungguh sungguh takut kehilanganmu...

... cinta pertamaku.

...William

Bangunlah....

Bertahanlah....aku mohon.

Jangan mati karenaku...

Jangan pergi william...

Hatiku tak mengizinkanmu pergi...!

***Prelude***

Vanilla pov

Entah siapa kedua orang ini, yang wanita bernama mirabel sibuk memasang alat oksigen ke mulut william dengan gerakan lihai kemudian ia memasang perban lipatan didada william. Dan yang pria sibuk memfokuskan pandangannya kearah jalan, sesekali melirik kearah kami.

Aku tak bertanya siapa mereka..yang ku tahu dari cara wanita cantik ini memperhatikan william dan mengumpat berbagai kekesalan serta air mata yang jatuh sudah beberapa kali disekanya, menunjukkan betapa sedihnya dia.

Sama sepertiku..dan kurasa wanita ini sangat mengenal william.

Ku genggam erat tangan william, jemari itu tak lagi bergerak, jemariku berpindah ke bagian nadinya, ya Tuhan semakin lama denyut nadinya semakin melemah.

Semoga dalam perjalanan ini..pria malang disampingku masih mampu bertahan.

Bertahanlah william... ucapku dalam hati, memohon ada keajaiban terjadi.

Aku percaya Tuhan maha mendengar...Dia tahu dimana aku mencoba tegar dan saat aku tak lagi mampu...aku menumpukan banyak harapan padaNya.

"Bertahanlah romeo..."wanita didepanku melayangkan pandangannya dalam kearahku hingga ku angkat kepalaku membalas tatapan singkatnya.

Romeo...?

Mengapa ia menyebutnya romeo?

Entahlah mungkin itu hanya panggilan, aku tak perduli kecuali panggilan itu bisa berarti untuk william.

mirabel tak mengatakan apapun lagi, sorot matanya beralih fokus pada william, menimbulkan hawa takut dalam diriku.

Apakah william sangat parah?

Apakah kondisinya seperti ini masih bisa diselamatkan?

Kemana sebenarnya kami akan membawanya pergi? Sudah dua rumah sakit dilewatkan begitu saja.

Mengapa mereka tak membawa kesalah satunya? Disana sudah pasti ada ruang UGD yang siap membantu william.

"Ta..tadi ada rumah sakit..kenapa tidak membawanya kesana?"tanyaku akhirnya bersuara, ku eratkan jemariku karena heran.

Si wanita diam saja..kelihatan sekali mengacuhkanku. Sejak awal dia seperti tak ingin berkomunikasi denganku, mengabaikanku secara terang-terangan.

Pertanyaanku nyatanya cuma angin lalu sampai rico yang dibangku kemudi menjawab walau pertanyaan itu tidak ku tujukan padanya.

"Sebentar lagi kami sampai nona...beliau tidak boleh masuk ke sembarangan tempat..."ujar rico menambahkan kecepatan mobilnya.

Aku mendecak heran mendengar kata-kata yang tidak masuk akal!

"Tapi..tapi dia sekarat!!!"seruku melotot, tak mengerti jalan fikiran mereka.

"Saya hanya melakukan sesuai perintah nona..."balas rico, alisnya mengerut memperhatikan sekilas wajahku dari kaca mobil.

"Perintah?! Siapa yang membuat perintah segila ini!!"

Nyawa manusia taruhannya!!!

Ku buang nafas benci keudara, amat benci!!!

Mataku mengerjap..masih tak faham, Aku mendesah frustasi melihat william semakin pucat.

"Kau..kenapa kau diam saja?! Lihat dia...dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Lihat dia!!"bentakku jengkel, mirabel terpaku dengan tangan terus mengusap lengan william.

"Kecilkan suaramu...!"serunya membalas ucapanku, aku menjengit geram mendapati wanita angkuh ini seakan akan william sanggup bertahan hanya dengan oksigen di mulutnya dan perban yang sementara menyumbat pendarahan didadanya.

"Peluru itu..menembus tepat dijantungnya! Dibagian terfatal!"kataku menekan setiap di nada suaraku dengan suara pelan.

Aku tak takut beradu mulut dengannya asalkan mereka sadar apa yanh kutakutkan jika william sampai tak selamat.

dia yang memiliki kemampuan di bidang medis sengaja kusindir, menunggu? Bersabar? memangnya nyawa itu mainan? Orang awam sepertiku saja mengerti tapi Mengapa dia yang lebih faham malah tak bergeming.

"Aku tahu..."jawabnya dengan nada tak kalah ditekan namun bervolume rendah.

Wajahnya sekilas memerah, berusaha menahan emosinya lewat hembusan nafasnya yang naik turun.

Ku alihkan pandanganku ke arah lain...sepertinya wanita ini merasakan apa yang kurasakan hanya saja...dia tak ingin menampilkan kemarahannya.

Aku tahu...

Sekilas ku lihat urat ditangannya menonjol dikepalan tangannya.
Dia pun berusaha terlihat tenang walau sebagian tubuhnya mengatakan lain.

Ku perhatikan lagi keringat dingin mengalir di kening william...anak jemarinya yang mengerut.

demi apapun aku bisa gila, aku tak bisa tenang seperti dua orang ini. Aku tipikal cemas yang gemetar hebat saat tahu nyawa manusia sedang di ujung tanduk berada didepanku. Kondisi william yang makin memburuk membuat seluruh syaraf ditubuhku menegang dan akhirnya sulit berfikir.

Bodohnya aku tak bisa apa-apa!

Aku bukan dokter..aku hanyalah pengamat yang ketar ketir dengan emosiku sendiri.

Pada akhirnya Hanya doa yang sanggup kubisikkan ditelinga william, meski aroma darah bau aneh keluar dari tubuhnya.

Aku meneruskan tiap kalimat suci ditelinganya..dan sebuah kata-kata...tanpa sadar ku ucapkan isi hatiku padanya.

Kulitnya yang semakin memucat..sedikit menguning makin memompa detak jantungku yang sejak tadi bertalu-talu. Ya Tuhan...aku meraih tangannya. Meremas-remas tiap jemarinya untuk merasakan sentuhanku.

Bertahanlah william...jika kau lelah dengan semuanya...setidaknya bertahanlah sebentar untuk mendengar permohonan maaf dariku.

Ku mohon...william

***

Sesampai disebuah tempat asing yang cukup mengejutkanku...william segera disambut beberapa dokter dan beberapa suster berdiri dimuka pintu.

Mereka memindahkan tubuh william ke ranjang beroda, membawanya cepat memasuki lorong panjang. Mirabel melewatiku kemudian menyusul cepat langkah salah satu dokter dan berjalan disampingnya menjelaskan bagaimana kondisi william.

Lalu supir kami yang sepertinya punya peran penting lainnya tengah sibuk membuat laporan pada javier.

Pria yang sangat tega meninggalkan ayahnya hanya demi ibunya si pembunuh, aku tahu...dia memintaku bersama william, untuk melindungi mariana...wanita yang paling menyayangiku tidak kusangka selama ini menipuku mentah-mentah.

Kebaikkannya menjadi masalalu termanis dalam hidupku, jika saat itu william tidak datang menolongku...pasti aku yang terkapar didalam sana...aku yang terluka bukan william.

Ku hembuskan perlahan nafas mengendap berat didadaku, menatap keseliling tempat yang begitu besar dan sepi dari keramaian.

Mengapa mereka membawanya kesini?

Apa karena william orang penting...orang termashyur dinegara ini. Pria sorotan awak media meski dia bukan seorang aktor, pria yang menjadi buah bibir masyarakat??

Siapapun mengenal siapa william margot. Aku tahu itu! Aku selalu melihatnya didaftar orang-orang penting dan hebatnya masuk ke jajaran orang paling berpengaruh di Dunia.

Mengerikan jika mengetahui pencintraan dirinya yang setebal buku cerita.

Tapi...apakah mereka akan menutupi william yang sekarat hanya demi reputasinya atau...demi istrinya.. mariana? Agar kejahatannya tidak tercium polisi?!

Aku berdiri dengan buah pemikiran macam-macam dikepalaku..apa mariana sebenci itu padaku sampai ingin membunuhku?!

Apa dia tahu...jika selama ini kakakku mempunyai hubungan dengan william...?

Mengapa dia diam? Mengapa dia terus diam jika dia terluka?!

"Ya Tuhan...aku harus bagaimana menghadapi semua ini?...semuanya terlalu berat untukku..."tanyaku miris menggigit keras keras bawah bibirku, kembali menangisi semuanya seorang diri.

Aku harus bagaimana?

***Prelude***

Shawn pov

Aroma wine berakohol berat...tercium pekat menyengat dari sudut ruang yang pintunya sengaja dibiarkan setengah terbuka, terdengar alunan sad violin, melodi pelengkap kehampaan, mengiringi kesendirian wanita yang disibukkan melukis.

Sampai ia tak menyadari kehadiranku menyusup kedalam ruangan, aku berdiri tak jauh darinya.

Memperhatikan gerakan lihai tangannya menuntun sapuan kuas diatas kanvas..ya walau jemarinya masih tegang karena luka disekujur tubuhnya.

Wanita dengan luka yang belum sepenuhnya sembuh itu, bersenandung sambil menyapu kuas bercat hitam ke atas kanvas yang tak lagi putih..gambaran setengah jadi, dan lagi-lagi gambar yang sama..desahku.

Aku memandanginya dengan seksama..tubuhnya yang mungil dan seulas wajah rapuhnya menyamai dari objek yang digambarnya.

Setangkai mawar hitam dengan banyak kelopak berjatuhan dibawah bayangan bunga.

"Mawar hitam lagi?"tanyaku pada cateluna, dia tak menoleh dan seakan sudah terbiasa dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Cateluna terus bersenandung mengikuti ritme lagu.

Membuatku diam dari setiap pertanyaanku..

Betapa cantik dan sekaligus menyedihkan pemandangan ini...pemandangan yang memabukkan lebih dari sebuah minuman berakhol.

"Katakan sesuatu aku bukan patung..."ucapku meremas bagan ponsel dijemariku, bersiap mengatakan tujuanku menemuinya.

Sebuah berita yang tak bisa ku tutupi walau aku sangat ingin menutupinya.

Cateluna memiringkan wajahnya sedikit, matanya bergerak malas kearahku.

"Kau bisa melihatnya untuk apa bertanya..."sahut cateluna mendengus diakhir kalimat.

Ku hela nafasku...dia selalu marah jika di ganggu apalagi dengan pertanyaan tidak penting!

Ku busungkan dadaku sambil melangkah lebih maju. Aku meletakkan kedua tanganku dibahunya, menekan sentuhanku seiring kepalaku yang merendah disamping telinganya.

"Aku benci mengatakan ini...aku juga seorang peseni luna..aku tahu media ini adalah obat kita. Tapi...jika kau terus menggambar mawar hitam...aku merasa gagal dalam menjagamu...tidak ada warna cerah...hanya hitam simbol keabadian..kekekalan...luka..kesepian...kehampaan..seperti itukah hatimu saat ini?"tanyaku mengeratkan jemariku, menanyakan isi hatinya walau tanpa dijawab...aku tahu jawabannya.

Cateluna mendesah kesakitan atas luka yang tak sengaja tersentuh olehku...dia mengambil jemariku untuk menyingkir dari bahunya.

"Aku butuh udara..."ujarnya sedikit jengah, berusaha berdiri namun tertahan jemariku yang kembali memegang bahunya.

"Shawn!"seru cateluna mengerang tak senang..merasakan tiap jemariku bukan hanya menyakitinya. Akan tetapi...ia ikut merasakan getar dijariku.

Kedua mata luna meredup..dia diam membiarkan tubuhnya berada dipengawasanku.

Aku belum siap..tapi tak bisa kututupi kecemasanku.

"Berjanji padaku luna..."pintaku menarik nafas dalam-dalam. "Berjanji padaku..apapun yang terjadi kau akan bersamaku..."kataku berat.

Cateluna mendengus lemah, di tariknya nafas dalam-dalam sebelum balas bertanya.

"Ada apa shawn?"tanyanya sesuai dugaanku, ketakutan yang melanda jiwaku makin berkecamuk. Peganganku makin menguat..seakan aku takut jika ia jatuh atau malah lari dariku.

"Shawn...?!"ulangnya meninggi.

Ku tundukkan wajahku, menarik wajah cateluna agar mendongak menatapku. Melihat kedua mataku memerah...dan sosokku yang jarang terlihat sedih didepannya. Mencoba menutupi ketakutanku, jadi lewat tatapan pilu dimataku kusampai apa yang kuresahkan.

"Aku berjanji..."ujar cateluna..dia mengerti cepat bagaimana pria dibelakangnya begitu ketakutan.

Ujung bibirku melengkung tipis, aku tersenyum dan mencium kening lalu turun ke kedua pipinya dan saat dibibirnya...

Ku katakan isi hatiku "aku mencintaimu...sangat mencintaimu sahabatku..temanku...wanitaku..."ucapku lirih kemudian melumat lembut bibirnya.

Melepaskan ciumanku perlahan..menyimpan kejadian ini didalam ingatakanku.

"Shawn...apa yang terjadi?"tanya cateluna meraih wajahku untuk disentuhnya.

Debar aneh menguasai ragaku, rasa bimbang menggelayut saat mulutku terbuka.
Kupegang erat tangannya diwajahku.

"Dia...dia sekarat..."kataku dengan terpaksa mengakui apa yang kudapat dari informanku mengenai william.

Kedua manik mata cateluna bergetar, alisnya mengerut bingung disusul wajahnya memanas dalam hitungan detik.

"Siapa?...siapa yang kau maksudkan?"tanyanya mencium aroma gelisah dari diriku.

Kupejamkan mataku sejenak..keraguan mengusik fikiranku, namun rasa itu hilang ketika cateluna meraih kepalaku. Membelai lembut.

"Siapa yang sekarat shawn? Katakan..."pintanya lemah. Hanya ada dua sosok yang di cintainya...dan salah satunya pasti terluka.

Aku mengangguk pelan, membuka mataku perlahan "william...dia sekarat demi adikmu...orangku bilang...dia tertembak mariana..demi melindungi vanilla..."terungkap sudah kecemasanku, yang mendengar mematung lalu mengerjapkan matanya yang seketika memerah.

Hembusan nafasnya meninggi dan kuas yang disentuhnya jatuh ke lantai.

Aku meraih wajahnya untuk tetap berada dipandanganku...namun dugaanku yang lain terbukti.

Dia menepis tanganku kemudian berjalan luntang lantung keluar dari ruangan ini.

Aku tahu dia akan pergi...

Dia pasti pergi meninggalkanku, demi dia.... demi william!

Melupakan janjimu...

***Prelude***

Javier pov


A

ku menatap hampa ke sepanjang jalan didepanku, mengemudikan mobilku dengan kecepatan tinggi namun tetap hati-hati.

Salah satu tanganku memegang erat jemari mariana yang terus bergetar, tangannya berkeringat dengan ketakutan dan gelisah yang menjadi-jadi. Bunyi gemeletuk dari benturan giginya sampai terdengar jelas ditelingaku.

Aku tahu ibuku tidak akan baik-baik saja setelah mengalami ini semua, rasa traumatik dalam dirinya bercampur dengan penyesalan yang tak bisa diubah.

Kenyataan dia menembak ayahku adalah kesalahan paling fatal dalam hidupnya, sehingga wanita ini tak hentinya meneteskan air mata.

Tak ada kata-kata penghiburan dari mulutku yang justru menobatkannya sebagai pembunuh.

sepeninggalan kami dari hotelpun dia lebih banyak merenungi kebodohannya, kemalangan suaminya dan semua rasa ego yang sudah membutakan mata hatinya.

Aku tak tahu kemunculan ibuku yang tiba-tiba dan mengapa nekat untuk menembak vanilla.

Yang kutahu...kami sama sama kehilangan seseorang paling berharga.

Ayahku...

William gerald margot.

Dia mengalami keadaan paling berat dalam hidupnya, berjuang mempertahankan diri dari masa kritis.

Aku sebagai anak hanya mengharapkan kabar baik dari rico, dan memintanya menghubungiku setiap ada perkembangan mengenai ayahku.

Earphone terpasang di sebelah telingaku belum mendapatkan panggilan masuk..itu tandanya kecemasanku masih berlanjut.

Kepanikkanku belum usai...dan justru makin bertambah saat kutatap ibuku yang membenturkan kepalanya berkali-kali di dashboard.

"Ibu!!"seruku kaget, memutar kemudiku agar menepi dan menginjak rem.

Namun dia tak henti-hentinya membenturkan kepalanya dengan air mata bercucuran...dia mengatakan "selamatkan dia Tuhan...ambil nyawaku saja...ku mohon selamatkan dia"isaknya dalam berulang-ulang.

"Ibu..!" Teriakku marah, segera menempelkan tanganku diatas dashboard, tanganku yang lain menahan gerakan tubuhnya, menahan kepalanya untuk tak lagi dibenturkan.

"Aku...aku pantas merasakannya javier...! Lepaskan aku javier!!! Aku pantas...!"ungkapnya menjeritkan tangis besar.

Kuraih tubuhnya yang rapuh kedalam pelukkanku.

Hal inilah yang kutakutkan...

Jiwa ibuku terguncang, fikirannya tak stabil yang pasti merusak dirinya.

Inilah ketakutanku..hingga aku meninggalkan ayahku.

Aku tak ingin kehilangan kalian...aku tak sanggup melihat kedua orang tuaku hancur dan mati bersamaan.

Aku tak mampu jika menerima kenyataan itu...! Kenyataan tragis didalam hidupku.

Ku usap lembut kepalanya, menenangkan hati ibuku..walau aku bukan anaknya...aku merasakan sakit mariana atas apa yang terjadi.

Di khianati....

Dikecewakan...

Dilukai...

Dan tetap mencintai...tetap sabar...hingga hilang akal sehat ibuku atas cintanya.

Mencoba baik-baik saja karena semua itu...aku jamin tidak semua orang bisa melakukannya.

Aku berani taruhan...belum mereka setegar ibuku.

Saat ini...dia memang salah, dia berdosa. Tapi tidakkah mereka tahu...membunuh apa yang kau jaga selama ini...seperti membunuh dirimu sendiri.

Ku dekap erat tubuh mariana...dia terus menangis, dia meratapi kesalahannya...dan keadaan ayahku yang tak bisa diketahuinya.

Bimbang...

Ia tak tahu harus melakukan apa.

Dan aku tak bisa membawanya kepihak berwajib untuk menghakimi mariana.

Ibuku...
jangan pernah berani menghakiminya...!

dia ibuku...sejahat-jahatnya dia, dia tetap ibuku... tangan inilah yang berusaha meraih anak ingusan tak memiliki status sepertiku.

Dia membebaskanku dari luka derita yang sudah digariskan kedua orang tua kandungku.

Dia yang menyayangiku..

Anak mana yang tega menjebloskan ibunya ke balik jeruji besi, apalagi dalam kondisi hancur dan nyaris gila!

Katakan aku melindungi kejahatan..aku tidak perduli.

Tapi mengertilah posisiku.

Ku mohon!

Dengarkan aku...

Anak mana yang mau bersaing cinta dengan orang tuanya sendiri?!

Anak mana yang kuat saat harus mengatakan pembunuh pada orang tuanya sendiri..

Anak mana yang mau melihat orang tuanya dihakimi orang-orang..

Dan anak mana yang kehilangan orang tuanya untuk yang kedua kalinya?!

Katakan padaku...

Kau pun tak akan mau...

Kau tak akan sanggup.

***

"Kenapa kau masih bersamaku?"tanya mariana lirih saat pelukkan yang sangat lama berhasil menghentikan air matanya.

"Aku tidak ingin kehilanganmu..."kataku pedih, mengusap air mata ku sebelum jatuh diatas kepalanya.

Tatapan hampa mariana...melebar mendengar ucapanku. Lalu dia kembali menangis..akhir-akhir ini kami sering meneteskan air mata.

.....untuk semuanya.

"Aku membunuhnya..."sela mariana berat.

Aku menggeleng kecil, mengusap lagi kepalanya "tidak...selama ayah belum mati...kau tidak membunuhnya"kataku menahan getar dibibirku.

"Tapi kau bilang aku pembunuh..."sela mariana mengingat ucapanku yang reflek melukainya.

Aku menelan kepedihan akan ucapanku sendiri.

"Maaf...maafkan aku..." ku kecup kepala ibuku penuh penyesalan, menghangatkan tubuhnya.

Mariana meremas lenganku, mengusapnya dengan gelengan kecil "aku bersalah javier...tapi mengapa kau malah membawaku pergi...seharusnya kau menghukumku nak..."gerutu mariana dibalik kesedihannya.

Ku hirup aroma bunga magnolia tubuhnya...harum ibuku..harum yang juga disukai ayahku.

"Karena aku menyayangimu...dan ayah pasti setuju jika aku melindungimu...dia sangat perduli padamu...kami sangat menyayangimu..." aku berbisik lirih.

Memicu air mata itu terus berjatuhan...

"Aku tidak pantas mendapatkannya...lihat apa yang kulakukan javier!"

Aku tahu! Aku pun marah atas tindakan gilanya yang mencoba membunuh wanita yang kucintai...tapi aku tak bisa melupakan alasan mengapa ia seperti itu.

Cinta...cintanya terlalu dalamlah jawabannya.

"Cukup bu....jangan menyalahkan dirmu terus menerus...semua sudah terjadi..sekarang tenangkan dirimu...bantu aku untuk menjaga keutuhan keluarga kita bu...doakan ayah...doakan dia.."

Langit merubah warnanya dari abu-abu menjadi gelap pekat memudar...perlahan lahan menenggelamkan para bintang.

Aku sudah sejauh ini membawa ibuku pergi.....aku tidak bisa setengah setengah dalam melangkah.

Semua sudah kulakukan...menghapus jejak ibuku...menutupi kondisi ayahku, demi keluargaku.

Meninggakanmu...vanilla...

Aku harus meninggalkanmu..

Aku harus belajar melupakanmu..

Aku yakin aku bisa....hatiku belum terlalu jauh mencintaimu.

Aku pasti bisa merelakanmu...

Membuang kegialaanku akan dirimu...walaupun itu berat...

Aku harus kembali memilih...

Terjebak di posisiku yang sama saat dulu bersama jeanita.

Aku kembali di sudutkan pada pilihan.

Walau kali ini lebih berat...rasaku padamu bukan perasaan biasa vanilla.
Tetapi...

Andai kau tahu vanilla

Aku selalu lemah jika itu untuk orang tuaku..

Karena mereka...sangat berharga...

Tanpa mereka, aku bukan apa-apa.

***PRELUDE***

"Istirahatlah..."seseorang berkata disampingku, aku menoleh kearahnya yang nampak serius melihat jauh pemandangan didepan sana..langit sore terbungkus awan mendung.

Aku dan mirabel berdiri diruang tunggu tak jauh dari ruangan dimana william ditangani para dokter, waktu sudah lama berlalu...kurang lebih sekitar enam jam..tapi belum ada satupun dokter yang keluar ataupun suster yang masuk.

Membuatku semakin merasa bersalah...semakin takut..cemas..bingung..marah dan kesal hingga tak bisa mengangkat kepalaku.

Tubuh dan kakiku lemas seperti agar-agar...fikiran ku terus berkecamuk dari satu ke lainnya.

Rasanya sulit..menerima mimpi buruk ini menjadi nyata.

Aku sungguh ingin waktu terulang...dan disana tidak ada william, biarlah peluru itu menancap didadaku.

Biar aku yang merasakan sakit itu.

Tapi...

Menangis sebanyak apapun...menyesali keadaan sebesar apapun...memohon mohon untuk menggantikan posisinya..

Tetap tidak bisa.

Mirabel yang ku kira angkuh..ku kira dia tipikal wanita kaya yang sinis dan sulit didekati. Tiba-tiba meletakkan tangannya dipundakku.

"Aku tahu cerita romeo dan juliet..kau mau dengar?"tanya nya setelah memintaku beristirahat.

Kini dia membuka topik obrolan panjang yang membuat alisku meninggi.

"Romeo dan juliet?"tanyaku heran..seingatku, dia menyebut william dengan sebutan romeo.

Apa romeo dan juliet adalah kisah versi william?

Ku telan salivaku bulat-bulat, mengusap wajahku dari air mata yang sudah mengering. Menghembuskan nafasku yang sejak beberapa jam lalu agak sesak.

"Aku pernah dengar kisah itu..."kataku datar, meremas remas jemariku. Menunjukkan setengah rasa tak tertarik, walau dalam hati begitu penasaran.

Kisah apa...yang dimaksudnya.
Menangkap keinginan tahu di wajah polosku, mirabel melipat tangannya dibawah dada. Dia menghela nafas bercampur senyum dingin yang sulit ku artikan.

Senyum yang sama seperti senyum william. Mungkin...dia ada hubungan darah dengan william, garis wajah dan sikap mereka khas keluarga margot.

"Apa..?"tanyaku heran, meliriknya lama lama mengulum senyum dingin menjadi desahan lelah.

"Ini bukan kisah romeo dan julit versi dunia...ini kisah paman dan bibiku...yang memiliki kisah cinta setragis romeo dan juliet..."ungkap mirabel, menyenderkan kepalanya di dinding.

Dia memejamkan matanya...sambil terus berbicara meski aku tak memintanya.

"Aku tahu bibi sudah kelewatan...aku pun marah padanya..tapi demi Tuhan...kau akan merasa sedih jika menjadi dia...atau menjadi pamanku" perlahan lahan dihelanya lagi nafas jengah ke udara.

Ku pandagi leher jenjang itu ..ada yang aneh. Seperti ada bekas luka dibagian sana..bagian yang mencuri perhatianku, sekilas disentuhnya dan ia berkomentar seperti penebak handal.

"Kau lihat luka ini...aku pernah berbuat bodoh dalam hidupku...aku terlalu mencintai tunanganku...sampai akhirnya aku memutuskan untuk bunuh diri..aku marah pada semuanya...dia berselingkuh dengan gadis lain disaat pernikahan kami hanya menghitung jam. Sakit....sampai aku kehilangan akal sehatku...aku tak berfikir jauh seperti biasanya...aku selalu mengurung diri disebuah tempat dimana aku bisa sendiri. Tapi william..dan puteranya..mereka selalu mudah menemukanku, dan mereka menyelamatkan hidupku..."dia bercerita panjang lebar..tentang dirinya membahas goresan luka yang masih tanda tanya buatku.

"Kau...mau bunuh diri?"tanyaku terbelalak.
Dia mengangguk pelan "dokter kejiwaan juga manusia kan..."

Dokter...?

Mataku berkedip mencari kesinambungan kata-katanya dan juga tindakannya saat menolong william.

Ternyata benar..dia adalah seorang dokter, tapi apa maksud dari ucapannya.

Dokter kejiwaan juga manusia?

"Ini luka gantung diri....tapi digagalkan romeo...lalu putranya yang suka membuat mantan tunanganku cemburu merawatku...mereka sibuk mengurusku. Yang selalu tidak bisa dekat dengan kedua orang tuaku sendiri..."mirabel mengusap luka hasil percobaan gantung dirinya, membuka matanya perlahan.

Ia menoleh mendapatiku terpaku pada mataku yang sedih memandang lukanya.

Dia berdeham, membuka ikat rambut hingga rambut panjangnya terurai menutupi lehernya.

Luka yang sengaja ditunjukkan walau hanya sebentar namun menyisakan rasa kasihan.

"Aku tahu kau pasti bingung...mengapa aku malah menceritakan kisahku..."selintas mirabel menyentuh keningnya sendiri, dia merubah raut sedihnya secepat hantaran kilat. Wajahnya kembali normal...senormal cara pandangnya yang seakan akan tak tertarik pada pergerakkan dunia

Sementara aku yang terlanjur dibuat penasaran mengulurkan tanganku kehadapannya.

"Kenalkan aku vanilla..."kataku dengan senyum tipis, gurat sedih terpampang jelas diwajahku.

Dan mirabel...ahli kejiwaan yang rupanya juga pernah hancur memandang jemariku, ia mendecak tawa heran lalu menerima uluran tanganku.

"Duo ayah anak itu memanggilku si kelinci dan salah satunya mirabel...nama asliku sangat panjang. Terserah kau mau memanggilku seperti apa..."katanya tak mau ambil pusing.

Percakapan dan pengenalan canggung ini memang terjadi begitu saja..awalnya ku kira akan mati kutu ditempat sambil terus menunggu kondisi william, dan terjebak bersama si angkuh yang kerap tanpa ekpresi mirabel.

Namun....dia tak seperti bayanganku.

Dia mudah didekati...terbuka...ya walaupun sedikit misterius.

"Apa kau masih mau mendengar kisah romeo dan juliet?"tanyanya masih melontarkan tawaran yang belum sempat mendapat persetujuanku.

Jam berdentang tepat dipukul 11 malam...satu jam lagi...mengarah pukul 12 malam...pas 7 jam jika william belum keluar.

Dan tandanya....berita buruk untukku, atau mungkin sebaliknya...entahlah, aku menghirup nafas panjang...

Membuangnya perlahan.

Menatap dalam-dalam bola mata mirabel, dia masih menungguku.

"Ceritakan padaku...semua tentang william...romeo mu... romeo dan juliet versi william..."kataku melingkarkan senyum getir.

Dia mengangguk melepaskan tanganku, "aku akan cerita...tapi jangan sampai kau jatuh cinta lagi padanya...."

"Apa...?! Apa maksudmu..."

"Kau tidak boleh jatuh cinta lagi padanya.....karena cerita ini...alasan mengapa mariana begitu mencintainya...dan javier begitu menyayangi william...."dia mengerutkan alisnya, keseriusan yang belum pernah kulihat di wajah mirabel.

Menguatkan dia tidak main-main...

Apa sebaiknya aku tidak perlu mendengar cerita itu...aku tidak boleh jatuh dilubang yang sama...

Aku tidak boleh jatuh cinta lagi pada cinta pertamaku. Tapi...

"Vanilla...."

"Ceritakan...tolong ceritakan..."

"Kau yakin? Kau bisa mengendalikan hatimu?"

Entahlah....namun aku akan berusaha menyebutkan nama javier berkali-kali disetiap dia menyebut nama william.

"Tolong...aku ingin tahu tentang william...dia cinta pertamaku...aku ingin tahu...cerita yang membuatku menunggunya sangat lama...yang membuatku tidak bisa berpaling dari pria lain...tolong ceritakan padaku"

Mirabel terperanjat mendengar william cinta pertamaku langsung dari mulutku, dia mengatur nafasnya dengan ritme teratur..

"Aku bukan pencerita yang baik...jadi tolong dengarkan...karena aku tidak bisa mengulang ceritanya..."

***to be continue

Terimakasih




Continue Reading

You'll Also Like

1M 48.3K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
1M 46.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
715K 139K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...