PRELUDE

By naaadns

418K 19.7K 2.6K

" love you like crazy! " Aku tidak menganggap diriku gila sebelum mengenalmu. Aku normal... sangat normal Ka... More

Prolog
Pencarian part 1
Pencarian part 2
pencarian part 3
Rahasia -bagian 1-
Rahasia -bagian 2-
Rahasia -bagian 3-
Mr and Mrs Scandal -1-
Mr and Mrs Scandal -2-
Mr and Mrs Scandal -3-
Trouble Maker -1-
Trouble Maker -2-
Trouble Maker -3-
Just wild and young -1-
Insert (promotion) suami simpanan
Just wild and young -2-
Just wild and young -3-
You changed my world -1-
You changed my world -2-
You changed my world -3-
Criminal of Love -1-
Criminal of Love -2-
Criminal Of love -3-
Punishment and Loyalty -1-
Prelude...introduce part of characters
Punishment and loyalty -2-
Punishment and loyalty (part 2 complete)
Punishment and loyalty -3-
Please...remember me.. -1-
please ...remember me -2-
Please...remember me -3-
The choice -1-
The Choice -2-
The Choice -3-
Eternity -2-
Eternity -3-
Romeo and Juliet -1-
Romeo and juliet -2-
Romeo and Juliet -3-
lose
Almaqhvira (pengampunan)
it's you...
the last....(final) -1-
The last (final) -2-
Prelude season 1 -end-
ekstra and ....
prelude - iridescent and redemption part 1
prelude -iridescent and redemption part 2
prelude- iridescent and redemption part 3
prelude - iridescent and redemption part 4
prelude - iridescent and redemption part 5
prelude -iridescent and redemption part 5 / continue
Prelude - iridescent and redemption / part 6-
PRELUDE - iridescent and redemption part 7
PRELUDE - iridescent and redemption/ part 8
prelude-iridescent and redemption part 9

Eternity -1-

6.6K 368 24
By naaadns

"Wi..william....?" Tanya wanita malang bersuara serak, memastikan ia melihatku.

"William?!" Dia mengulang namaku namun aku memilih diam.

Diam sejenak memandangi berbagai luka yang mengubur kecantikkannya.

"Ya Tuhan...." aku tak menjawab pertanyaannya kecuali mengeluh.

Tak menyangka...sampai hati mereka memperlakukannya separah ini!

"benarkah kau william..?!"dia terus bertanya, dengan mata letih memastikan terus penglihatannya.

Aku mendekatkan jemariku dikepalanya perlahan...namun belum sampai menyentuh. Ku tekuk jemariku dalam kepalan. Menurunkan kepalan tanganku yang tak jadi menyentuhnya.

"Ya...aku william..."
jawabku menelan shockku bulat-bulat..menahan sebagian organ tubuhku untuk tetap diam ditempatnya.

Aku tak boleh menyentuhnya.

Tidak.

"kau...kau datang..untuk menolongku...?!..kau datang... menemuiku..untuk menolongku kan?!"ia mengucap penuh harap namun terdengar lemah, sampai bernafas saja rasanya sulit.

wajahnya yang penuh luka, dengan mata lebam dan memar yang membiru disempurnakan darah mengering hampir membaluri seluruh wajah dan tubuhnya, terlihat begitu miris, membuatku beku ditempat ..ia masih meragukan kehadiranku...namun detik-detik berlalu sosokku tak pudar dan semakin nyata dimatanya, wanita yang sering kali menelan hinaanku nampak bersyukur.

Apa yang kulihat pun semakin nyata..bukan ilusi, bukan bayangan gelapku, jika dia korban disiksa habis-habisan.
Ya...mereka melakukannya seperti binatang.

Cateluna disiksa secara kejam...oleh tangan malaikatku. Sialan!

kecantikannya kini terhias luka mengerikan sebagai bukti..mariana sudah kehilangan akal sehatnya.

***Prelude***

William pov

"Jangan bergerak....jangan berani menyentuhku"kataku agak ketus namun mengandung peringatan dengan gerakan mataku agar ia faham bukan itu maksudku..aku berharap ia tak sedikitpun menyentuhku karena..

Seseorang mengawasi kami.

Manik matanya sesaat menelaah sosok dibalik wajahku.

Dia menatapku kebingungan sekaligus heran, mengapa aku berkata seperti itu disaat kelegaan baru saja menyelimuti hatinya...disaat dia melihat cahaya dari mataku.

kedua mata cateluna membulat pekat, segelap warna ruangan ini..dia mengikuti baik gerakan mataku.

Bahwa kami tak hanya berdua...akhirnya dia menyadari kedatanganku belum tentu membebaskannya.

Aku sengaja melirik ke arah dimana pram pesuruh mariana yang dengan beraninya menempelkan pisau belati dipunggungku...menunjukkan pada cateluna.

Pria dibelakangku mengawasi kami dengan sebuah ancaman, dan jika wanita ini berani bergerak...sudah pasti aku atau dia yang akan ditusuk.

"Anda yang jangan bergerak tuan...aku bisa melukai anda jika anda sampai menolongnya" kata pram tak main-main dengan ucapannya, dia seperti hewan peliharaan yang setia yang tak akan berani mengkhianti majikkannya.

Membuatku meringis jijik.

Aku mendengus jengah mengangkat kedua tanganku, seperti maling menyerahkan diri.

sial! Aku william margot menyerah seperti ini?! Brengsek! Umpatku dalam hati.

Pemuda ini berani-beraninya menantangku, disaat lawannya tak membawa senjata apapun, disaat tanganku kosong.

Dasar pecundang!

"Jadi...aku dan wanita ini menjadi musuhmu sekarang?" Aku bertanya diselipi decakan heran lalu menyambung kalimatku "aku kira...wanita ini adalah musuhku juga..."selorohku sejenak membingungkan pram.

Dia terdiam sesaat namun tetap mawas diri memasang kuda-kudaan demi melindungi dirinya sendiri.

Tanpa berfikir lama, kesabaranku pun habis jika hanya menunggu siapa yang bersama siapa.
Aku menoleh dan memutar memutar tubuhku, menghiraukan peringatan pram yang rupanya serius menekan ujung pisau belati yang disentuhnya hingga bagian tajam itu menembus jacket kulit yang melapisi tubuhku.

God....!!! Dia serius!, tusukkan belati itu menancap dan tarikkannya menggores kulitku.

"an..anda...!ke..kenapa...?! kenapa anda bergerak?!"serunya terkejut, tak menyangka tindakan konyolku..melihatku meninggikan alis pram langsung diterpa ketakutan.

"Bu...bukankah sudah saya peringatkan jangan bergerak! Saya kira anda akan membunuhnya...!"lanjut pram tak pintar menutupi kepanikkannya, ia menghela nafas resah keluar masuk cepat dari hidungnya, gemetar mencengkram pisau belati ditangannya kuat-kuat, benda tajam yang bukan ancaman untukku.

Benda yang tidak menyurutkan keberanianku.

Gerakan tangan pesuruh mariana seperti gerakan ragu dalam menghunuskan pisau ke lawannya...dia ragu ketika aku dengan tampang datar menatapnya tajam.

Caraku melemahkan lawan...pertama menatap serius mereka bagaikan elang mengincar mangsanya, lalu kemudian menghajarnya sampai remuk atau jika perlu...jika terlalu membuatku sakit hati...aku dengan tangan terbuka mengirim mereka ke liang lahat.

***

Robek dikulitku membentuk garis panjang..agak nyeri... dari ujung pisau tajam itu darahku menempel dan menetes di bagian jacketku.

Cateluna terbelalak melihatku membelakanginya dan lukaku jelas terlihat olehnya.

Dia menatapku tak percaya..bibirnya gemetar, tak mengerti mengapa aku berbalik melindunginya.

Sialan...aku mengumpat kesal, lukaku yang terkena hawa dingin terasa semakin menyakitkan.

Bagaimana jika merasakan diposisi cateluna yang sudah dipenuhi banyak luka...?!

Aku tak bisa membayangkannya...bagaimana rasanya.

Hingga timbul rasa salut..karena sudah lama dia menghilang.. dikurung, disiksa..tapi masih wanita ini masih bisa bertahan.

"sudah saya katakan pada anda tuan..jangan bergerak! Tapi anda malah..."

"Aku mengikuti syaratmu untuk tak membawa siapapun...aku juga tidak membawa senjata...jadi sekarang kau juga harus mengikuti syaratku...simpan pisau sialan itu dan jangan beritahu mariana jika aku akan membawanya keluar dari sini"kataku mengajukan syarat yang sudah pastinya mengagetkan pram, pria kekar yang sekilas berfikir...selalu berfikir ketika aku membuat keputusan seenaknya.

Dia menyipitkan pandangannya padaku...menelan liurnya dalam-dalam, nampaknya masih ragu.

Mengikuti syaratku...atau tetap menjadi pesuruh setia mariana.

"Mengapa anda membuat saya bingung?! Bukankah anda bilang wanita ini musuh anda juga?! Hukum saja disini tuan...tempat ini cocok untuknya!"tandas pram nafasnya kian meninggi dari nafas sebelumnya.

Aku terkekeh sambil berkacak pinggang, menjilat bawah bibirku sampai basah.

Lalu melirik cateluna yang tak ubah bagaikan seonggok daging menggelantung atau korban tabrak lari, wanita pemberani...gila dan pembuat onar yang heran ketika darah terus menetes dari punggungku dan aku tetap baik-baik saja.

Kedua matanya seperti bertanya-tanya...kau tidak sakit?

Dan entah dia merasakan atau tidak..lewat mataku aku menjawabnya tidak...tidak sesakit luka ditubuhmu..kau kuat...kau sangat kuat.

Selama tidak terkena di organ yang fatal...aku akan baik-baik saja, fikirku lalu mengalihkan pandanganku.

"Jangan buat saya bingung tuan...nyonya akan sangat marah jika sampai jalang sialan ini lepas!"

Jalang sialan?!

Hei..itu dulu kata-kataku untuknya, walau kelakuan wanita ini memang seperti jalang...tapi yang menyiksa manusia hidup-hidup.

Jauh lebih mengerikan!

Ya Tuhan..

Nafasku tercekat ditenggorokkan saat segelintir bayangan sedih mariana justru sebaliknya.

Tega sekali mariana! Aku tidak menyangka dia akan sekejam ini pada cateluna...hanya karena aku.

Hanya karena suaminya, apa dia lupa..aku tidak akan jatuh kepelukkan cateluna meski wanita ini menjilat kakiku sekalipun.

Oh istriku..untuk apa kau berbuat sehina ini?!

kediamanmu selama ini..kedok yang kau pakai, topeng untuk menutupi kejahatanmu...adalah siasat dalam melumpuhkan lawanmu.

Demi Tuhan...semakin tak mengenal istriku!

Mengapa kau menjadi seperti ini mariana?!

Mengapa mariana ?

Dimana dirimu yang lembut dan selalu menurutiku...dimana dirimu yang membuatku merasa selalu bersalah karena kau begitu sempurna untukku..mengapa kau berubah?

Kau bertindak terlalu jauh...sangat jauh! hingga aku tak mengenalmu...tak bisa mengejarmu

***

"Ya..dia musuhku..jadi berikan aku jalan...biar aku yang menghukumnya..tapi tidak disini..!"

Pram tertawa kecil dengan posisi tetap berjaga-jaga, tidak menurunkan arah pisau ditangannya.

Dia menangkap maksud lain dikepalaku, sambil terus menertawakanku!..tawa yang tak percaya dibalik rasa takut dan ragu.

Aku tahu dia bimbang...terdengar dari suara tawanya yang dipaksakan.

"Ha..ha..haa....anda jangan menipu saya...! nyonya, dia selalu menangis karena anda tuan! Dan juga karena wanita ini!"seru pram menunjuk benci cateluna lewat mata bengisnya yang menguar nada-nada kebencian, ia bangga mendukung mariana...istriku yang sudah salah jalan, dan salah memberikan tugas kotor pada pram.

entah dibayar berapa kesetiannya hingga preman satu ini tak begitu mudah percaya...dia iba akan derita istriku, mengasianinya...seolah istriku korban dari segalanya. Shit!

Atau mungkin juga..dia begini karena ada rasa suka yang membenam dihatinya, bisa saja!
tak dipungkiri istriku begitu cantik...riasannya sederhana tapi memikat..dan cara bicaranya, tingkah lakunya..tutur katanya sangatlah lembut.

Pria lain pasti jatuh hati..kecuali diriku yang sudah mencoba ratusan kali tapi nihil.

Aku gagal dalam mencintainya!

Aku sebagai pria tahu...menyadari betapa pram sangat menyukai mariana, aku bisa melihat dari cara pemuda ini membelanya mati-matian, bukan sekedar majikan...seperti rasa kasihan yang berubah menjadi kepedulian dan menyentuh hatinya.

Hati wanita melankolis yang kusayangi...namun menipuku mentah-mentah.

"Lalu...apa kau tahu berapa banyak yang sudah terluka karena tindakannya?"tanyaku balik, bertanya siapa yang mengenal siapa...dan siapa yang melukai siapa...siapa yang keterlaluan siapa.!

"I..itu..."

"Kau tidak tahu apa-apa! Jadi minggir...sebelum aku menghajarmu pram" aku berkata serius, alisku menyatu tanda emosiku mulai terpancing..mataku menajam setajam pisau yang mengarah padaku.

"Ta..tapi..."

"Minggir!!!"

"Tapi tuan..."

"Ku bilang minggir!"seruku mulai bosan bermain kata-kata...bosan memperingati lawan bicaraku.

Dan dia tak bergeming meski aku mengumpat berang.

Tanpa fikir akibatnya dan katakan saja gila, amarahku menjadi tindakan tak masuk akal.

Aku kesal kemudian menurunkan pisau yang dipegangnya dengan tangan kosong, menyalurkan amarahku dengan menahan benda teramat tajam yang sontak menusuk lapisan kulit tanganku, membuka jalur aliran darah segar mengalir banyak dari telapak tanganku yang seketika robek.

Pram terbelalak menatap seringai marah diwajahku serta kenekatanku menahan pisau ditangannya, tak menyangka aku berani menurunkan benda itu dengan tangan kosong hingga terluka.

Terluka cukup parah.

Pria itu menatapku tak percaya...pupil kedua matanya membesar..sebesar keterkejutannya dan ketakutannya padaku, tubuhnya menciut beriringan langkahnya yang mundur kebelakang.

"minggir....biarkan Aku yang menghukumnya!"

"Tid..tidak tuan..anda tidak boleh membawanya..."

"Kau tidak mau mendengarku?!"

***prelude***

Cateluna pov

Lembut...

Dingin..

Aroma woods...dedauan...dan kau.

***

aku merindukan aroma ini...sentuhan tangannya yang lembut..dan desah nafasnya yang teratur namun kali ini nafasnya berantakan, ia terus meracau heran dengan luka disekujur tubuhku.

Dia mengangkat daguku perlahan-lahan, memperhatikan wajahku dengan baik.

Mulutnya setengah terbuka mengeluarkan nada miris...ia memang membenciku tapi pria seperti william jauh lebih benci jika ada yang berani melukai seseorang dengan cara kotor.

Rasanya ingin menangis karena saat ini william membantuku melepaskan borgol dari kedua tanganku yang sudah beberapa hari ini menggantungku, tanganku seperti tak terasa aku memiliki tangan akibat menggelayut diudara beberapa minggu..rasanya kebas dan sepertinya sudah patah karena lama menggantung.

Aku tak makan dengan baik..tubuhku sangat kurus, seperti korban alam yang terperangkap didalam bebatuan...aku hancur, lemah, bahkan saat ini untuk mengangkat kepalaku demi menatapnya terlalu berat, sampai ruas jemari yang berlumur darah oleh aksi kenekatannya sendiri itu meraba wajahku.

Ia menyangga tubuhku yang terkulai lemas, begitu berhasil melepaskan semua borgol dia merapakatkan tubuhku dipelukkannya, dia sungguh hebat...dia sangat kuat...dia membebaskanku.

Meski tak sesuai harapanku..tak sesuai rencanaku, william muncul untuk menolongku.

hasil baku hantam william pada pesuruh mariana yang terkujur kaku dipojok pintu, kondisinya jauh lebih buruk dariku.. dia kritis dan tak sadarkan diri, namun masih ada nafas terendus patah patah..dia pantas mendapatkannya! Batinku benci.

Oh William... andai kau tahu...aku tak pernah takut terkurung ditempat seperti ini..aku rela jika mariana membunuhku, sudah dari dulu aku ingin menghabisi nyawaku sendiri...namun aku bertahan...bertahan demi adikku. Dan demi melihatmu sekali lagi.

Seperti sekarang ini...akhirnya Tuhan mendengarkan doaku..aku bisa melihatmu meski matamu dipenuhi kebencian padaku.

William...

Sungguh aku merasakan damai..begitu damai bersamamu, walau masih tak kusangka ia dengan tangan kosongnya menumbangkan lawannya hanya dengan beberapa gerakan terlatih, beberapa kali pukul tepat di bagian fatal dan tanpa perlu menguras darah lawannya...william membuat pram tersungkur tak berdaya.

Dia menyelamatkanku.

...saat pria ini membopongku ke pangkuannya, di usapnya kepalaku, tubuhku yang sudah beraromakan busuk berada erat dipelukkannya, dia tak terlihat jijik...justru mata tajam yang selalu ku kagumi itu memudar lembut.

Selembut sentuhannya...oh william.

Bagaimana caranya hatiku tak lagi jatuh olehmu?

Bagaimana caranya menghentikan debar dijantungku jika melihatmu membuatku berharap banyak?

maafkan aku jika sampai saat ini...aku tak benar-benar bisa melupakanmu.!.

Sekalipun shawn berjuang keras merebut hatiku..dia berusaha menunjukkan hatinya yang tulus, percayalah...kau selalu mendapatkan bagian terpenting yang tidak bisa dijamah siapapun.

Ku tundukkan kepalaku perlahan, mengumpat wajahku yang makin lama makin memanas, ingin menangis tapi aku malu.

Sambil menggendongku william berjalan hati-hati menyusuri lorong panjang, membebaskanku dari ruang gelap, pengap, bau dan sarat akan siksaan mariana, istrinya yang beberapa minggu ini menculik dan mengurungku digudang...entah dimana posisi kami sebenarnya.

Bagiku tempat ini tak ubah neraka!

Saat william menggendongku keluar...udara segar dan dingin menyambut kami, pohon-pohon besar menjulang tinggi berjejer penuh membentuk barisan acak. Dia menggendong tanpa bersedia menatapku...pria yang menjadi sumber masalah ini.

Menahan luka dipunggung dan ditangannya..demi diriku, yang sudah menghancurkan hidupnya.

Kami berdua keluar dari bangunan mengerikan yang terpencil disebuah pelosok.

Gila...Mariana sudah gila! Aku meracau dalam hati.

Disini pasien gilanya adalah aku....tapi benar kata orang...ada banyak orang gila yang berusaha terlihat normal dan seakan menipu dirinya sendiri.

Terlihat baik-baik saja meski...kegilaannya merusak caranya berfikir.

aku tak berkata apapun selama perjalanan, william pun tak berselera menginterogasiku.

Dia memilih diam sambil menahan lukanya, sesekali ia meringis, memberikan ruang ditelapak tangannya yang terluka untuk tak menyentuh stir mobil.

Kuperhatikan william dengan rasa sedih sekaligus sayang...perasaan macam apa ini? Campur aduk..seolah ingin mengatakan...

Terimakasih..

Terimakasih kau mau hadir menolongku..

semoga Tuhan memaafkanku..dan memberimu kebahagiaan bersama adikku.

Pria ini terlalu baik...terlalu sempurna dimataku.

Sadar jika ia menjadi bahan perhatianku, william menghembuskan nafas pendek kemudian menarik selimut tebal yang menutupi tubuhku lebih tinggi hingga hanya setengah mataku yang terlihat.

"Tidur...atau ku lempar kau ketengah jurang"ancamnya dengan nada ketus.

Aku terkekeh dibalik selimut, sebuah ancaman yang hanya mempan pada anak kecil ...tapi tidak untuk orang dewasa sepertiku.

Aku terus memandanginya meski ia tak senang, dan ketika wajahnya tersimpan cukup banyak dibenakku.

Aku bertanya "kenapa menolongku? Bukankan kau juga membenciku?"tanyaku penasaran, ingin tahu alasan dibalik kemurahan hatinya yang rela bersimbah darah demi diriku..perusak rumah tangganya.

William mulanya tak ingin menjawab, namun saat aku menyentuh darah kering disela jemarinya.

Dia membanting stir ke sisi jalan, menghentikan mobil, menepis tanganku. Dia menjaga jarak, merengsek dipintu mobil, sikapnya menyadarkanku jika kebaikannya hari ini bukan berarti dia memaafkanku.

Tidak...dia belum bisa memaafkanku.

"Jangan menyentuhku...!" Ia menghentikan mobil, sengaja untuk memperingatiku.

Aku mendesah pelan, melumat bibirku kedalam mulut. Rupanya... hanya dia yang boleh menyentuhku tapi tidak mengizinkan tanganku yang kotor menyentuhnya.

"Lalu mengapa menolongku? Jawab william...untuk apa kau membebaskanku? Bukankah lebih baik jika aku mati disana? Tidak akan ada yang tahu...kau dan mariana pun akan bersih dari jeratan hukum "kataku bergetar, penasaran jawaban apa yang akan diberikannya.

William yang enggan menatapku, memejamkan matanya, bibir tipis dibagian atas dan sedikit tebal dibagian bawah miliknya terbuka...membuat tenggorokkanku rasanya mengering.

Dihelanya nafas panjang-panjang..menunjukkan pemandangan yang menyiksa batinku. Ingin sekali aku merasakan air....air dari mulutnya.

"William...."aku memanggilnya dengan lembut, berusaha menepis rasa inginku..aku tahu hatinya tak sedingin sikapnya padaku.

Selama ini ia hanya berani melawanku dengan kata-kata..mendorong keningku dengan telunjukknya atau memelototiku.

Tapi tidak bersikap kasar...dia bahkan menyesal jika sampai memukulku, sekarang aku yang susah payah aku menenangkan gejolak didadaku.

Dia tak menjawab dan memilih menutup mata, membuatku tak tahan lagi dan akhirnya dengan berani memajukan bibirku melumat bibirnya.

Aku menciumanya, mencari air dari dalam mulutnya.

Aku yang tak tahu malu berhasil membuka matanya, mengejutkan william yang segera melepaskan bibirku dengan memalingkan wajahnya.

Aku tahu dia tak suka aku menyentuhnya apalagi menciumnya..

Dia pantas marah..dia pantas jika memukulku saat ini.

Tapi...dia tak melakukan apa yang ada dibenakku kecuali menguarkan nafasnya naik turun...benci..nafas kebencian dari mulutnya.

Mungkin hina baginya dicium wanita berwujud monster sepertiku.

William..maafkan aku...katakan tindakanku tadi seperti mencuri dalam kesempitan.

Ciuman itu....karena aku merindukanmu.

Sungguh william...

Selama aku disiksa..selain bayangan adikku, hanya wajahmu yang bisa membuatku bertahan.

Selain nama Tuhan...terselip namamu kala mariana atau pram memukulku.

Aku meminta pada Tuhan...agar kau datang menolongku...dan permintaanku terwujud.

"Maaf..."kataku lalu kembali ketempat ku duduk. Membenarkan selimut agar kembali menutupi tubuhku, benar kata william selama ini...aku lah yang tak tahu malu.

Menjijikkan dan hina!

Dia pantas membenciku..!

"jangan pernah melakukannya lagi..."katanya disaat kediamanku berganti rasa khawatir.

"Aku sangat membencimu"ia menambahi dengan nafas bergemuruh.

Aku mendongak kearah wajahnya, walau william masih tak sudi melihatku.

"Maaf..."

bibir menggemaskan itu pada akhirnya merangkai kata-kata yang ingin kudengar.

"Benci! Aku sangat membencimu!...aku belum pernah sebenci ini pada seseorang cateluna..."dia menyelesaikan kata kebenciannya. Urat-urat ditenggorokkannya sampai tercetak kuat, menahan amarahnya.

Aku tahu dia sangat membenciku..aku tahu itu...tidak perlu kau jelaskan seberapa bencinya dirimu padaku.

"Aku tahu kau membenciku..tapi aku heran kenapa kau mau menolongku?"

" melukaimu bukan caraku membencimu..."lanjutnya menekan kalimat yang mencuri perhatian mataku.

Aku melihat kedalam pandangannya..lalu perlahan dia membalas tatapanku.

Dia melihatku.. menatapku beberapa detik.

Jemarinya bergerak pelan mengarah kewajahku...seperti ingin menyentuh wajahku namun ragu, lalu tangannya bergerak turun kebawah...ke arah leherku, apa yang ingin dilakukannya? Apa dia ingin mencekikku?.

Sebegitu bencinya william sampai lupa akan kata-katanya yang tak ingin melukaiku... sepertinya pria ini tenggelam dalam situasi penuh amarah hingga ingin membunuhku.

aku tak menutup mataku.. ku biarkan tangannya berada di depan leherku, aku bahkan mendongak agar leherku lebih jelas dimatanya.

Agar dia mencapai keinginannya, dan mencekikku...!
aku menunggu jemarinya mendarat dileherku, wajahku memanas..dirundung rasa takut dan pedih.

Aku berhasil keluar dari siksaan mariana bukan berarti aku bisa bebas dari william.

Jemari itu pun menyentuhku, namun hanya meraba..meraba luka gores dileherku akibat cincin mariana.

William menuntun kepalaku yang mendongak kebelakang agar tegap hingga mata kami bertemu..setelah itu dia merentangkan lima jemarinya di depan wajahku, mencium aroma darahnya dan darahku yang menyatu, mataku sempat terpejam sebelum ia meletakkan tangannya diatas kepalaku.

"William...."

"Aku tidak bisa melukai wanita..bagiku wanita sama halnya ibuku, karena itu..."

Perlahan jemarinya menancap lembut diruas rambutku, ia menatap seluruh luka diwajahku lalu tatapannya menepi dimataku.

"Pergilah...pergi menjauh dariku...sebelum aku berubah fikiran cateluna..sebelum kau menjadi wanita pertama yang ku lukai..menjauhlah sejauh yang kau bisa..lari dariku, jangan pernah menampakkan dirimu didepanku lagi"dia berkata serius..buluk kudukku sampai merinding mendengarnya.

Sakit..inilah rasanya sakit hati.

Kali ini william tak main-main, emosinya ditahan demi melindungiku.

"Jangan sampai...aku melihatmu lagi..."ancamnya.

Ancaman yang justru membunuh jiwaku...tak boleh melihat william itu sama saja mengakhiri hidupku.

Menyumbat jalan nafasku.

Aku tidak mau...aku tidak mau..!

tapi.. melihat sedih dipendar matanya...dadaku seketika sesak, menyebar hingga ketenggorokkanku. Menarik nafas rasanya berat.

Mataku yang sedari tadi bagai dipanaskan ..yang sedari tadi menahan untuk tak menangis didepannya. Perlahan jatuh bulir air mata menggenang dipipiku.

"Aku memaafkanmu cateluna..."ucapnya lirih.

"Aku sudah memaafkanmu...karena itu pergilah dari hidupku..."
Memancing air mataku semakin deras membahasi pipiku, aku menangis sejadi-jadinya, meraung-raung seakan kehilangan hidupku. Menangisi pemintaan pria yang kucintai...untuk merelakannya..untuk melepasnya.

Untuk tak menganggunya.

Andai william tahu....sejak vanilla menyukainya, aku berusaha untuk ikhlas. Mengkhilaskan hatiku!

Kami terjebak dalam tangisku yang panjang, luka-luka yang mulanya tidak terasa sakit ditubuhku, tiba-tiba terasa menyakitkan.

William mengusap kepalaku...ia menungguku menangisi semuanya..apa yang kurasakan. Apa yang ku jeritkan..semuanya.

Aku mencurahkan padanya lewat air mata yang tak ada habisnya, dan dia hanya meratapi tanpa bisa menarik ucapannya.

Memintaku pergi darinya...

Oh william...

mencintaimu mengapa sesakit ini?!

***prelude***


Belum mengering air mataku...rasanya separuh jiwaku sudah direnggut paksa sadar.

Aku menangis tanpa tahu kapan tangis ini berhenti, sampai tidur menghentikan air mataku.

Sampai tidur membawa pergi perihku.

Aku tertidur dipelukkan william...
Mungkin dia tak benar-benar meninggalkanku.

Mataku mengerjap-ngerjap ketika sinar matahari menyapu hangat kedua pelupuk mataku, sinar itu mengusik bayangan dimataku yang sulit melebar.

Aku membuka mataku perlahan dan benar saja..sinar cahaya atau mentari pagi itu hadir diantara tirai yang dibiarkan setengah terbuka.

Aku tak ingin terbangun...aku ingin tidur saja! Tubuhku remuk dan sulit untuk digerakkan, ku kira tidur akan membawaku jauh lebih baik..namun nyatanya..aku masih merasa sedih mengulang-ulang permintaan william dibenakku.

Aku berhenti berfikir ketika cahaya yang menembus masuk terhalang sosok yang baru datang, dia tinggi..bayangan tubuhnya terbentuk sempuna, sang penolong yang ku kira sudah pergi meninggalkanku..dia menghampiriku lalu berjongkok ditepi ranjang.

Wajahnya tidak begitu jelas hingga sulit kupastikan bagaimana ekspresinya melihatku sudah terbangun.

Berada sangat dekat yang kurasakan..hanya hembusan nafas keluar lega dari mulutnya. Dan Jemarinya tanpa tanpa permisi meraba anak rambutku lalu mencium puncak kepalaku dalam-dalam, ku pejamkan mataku.

Lembut sekali caranya menyapaku, sehalus kapas diusapkan diwajahku.

Dia berkata lirih..

"Jangan pernah memintaku untuk pergi...jangan pernah cateluna"

Ah....aku pasti bermimpi..!

Ya..mimpi indahku dipagi hari.

Bagaimana bisa william menarik kata-katanya, dia bukan tipikal yang menjilat ludahnya sendiri kecuali tak ada pilihan.

"William...benarkah kau williamku?"
Tangannya sekelibat bergetar, ia mengangguk perlahan.

Ya Tuhan..

"Aku tak perduli kau memanggilku william atau javier...selama kau bersamaku..selama kau ada didekatku, aku tak perduli harus jadi siapapun..."

Tunggu..

Ku tegaskan pandanganku, ku pertajam lagi telingaku, dan indera lainnya.

Sentuhan ini...berbeda.

Suaranya...juga terasa berbeda.

Dia bukan william..dia pria yang ku tolak saat mencoba melepaskanku dari jerat mariana.

Yang kuanggap lebih gila dariku karena mau bertahan untuk wanita sepertiku.

Apakah mungkin...

Ku usap tepi wajahnya..meski mataku belum mampu menyempurnakan bayangan didepanku, meski hidungku masih belum terlatih aromanya tubuhnya.

Dengan cukup menyentuhnya..aku mencoba mengenali dia yang makin bergetar, dia menundukkan kepalanya ditelapak tanganku.

"Shawn....?!"kusadari siapa pria didepanku.

Pria yang memajukan tubuhnya demi memeluk setengah tubuhku, membekap rindu kepalaku.

Bagaimana bisa...aku bersamanya?

William...apa william tahu siapa sebenarnya shawn? Argh...aku tidak bisa berfikir.

Dikepalaku hanya ada tanda tanya besar.

"Jangan pernah mengusirku lagi cateluna! Melihat mereka melukaimu..aku tidak tahan! Rasanya aku ingin membunuh semuanya...mariana! Pesuruhnya ! Dan...william!"

...apa?!

William?!! Beraninya!!!

Plak!!!!

Walau tenagaku hilang..tapi jika shawn berniat membunuh william,,tiba-tiba saja tanganku bergerak memukul wajahnya.

Entah tenaga dari mana...namun aku benci jika seseorang berniat jahat pada william atau pada adikku.

Kedua orang yang kusayangi...mereka yang sangat kusayangi..jangan berani-berani mengganggu keduanya!

Shawn terdiam dengan wajah tetap berpaling, aku marah dan sangat benci. Namun tak berangsur lama..dalam diamnya timbul perasaan bersalah, Ia tulus memikirkanku..ia begini karena aku...demi diriku.

Dia melepas status tuan mudanya juga untuk bersamaku.
Menjadi antek-antek yang mau diperdaya siapapun hanya untukku.

Oh shawn...dan aku memukul wajahmu. Tadi...aku memukulnya cukup keras.

"Shawn..."kataku melunak, sambil meraba wajahnya agar mengarah padaku, aku tak akan meminta maaf karena ucapannya memang salah.

Dengan dalih menyayangiku atau perduli padaku, itu tak menjadi alasan dia boleh membunuh william.

Bahkan jika shawn berani menyentuh bayangannya saja...aku tak rela! Aku akan membuat perhitungan walau sekecil apapun.

"Kau marah?"tanyaku mencermati raut masamnya.

Ia mengangguk.

"Bodoh! Kau ingin berbuat dosa..kenapa malah marah?!"tanyaku dengan bibir gemetar.

Shawn tak berani mengangkat pandangannya, ia hanya menjawab lirih "aku marah...!"

"Shawn..."ku panggil namanya lembut..cara ampuh melunakkan emosi shawn.

"Sini..peluk aku!"aku selalu memintanya, dan dia bagai robot yang tersetting ucapanku, tanpa berfikir dia kembali memelukku, mengusap punggung kepalaku.

"Kau merindukanku?"tanyaku membalas mengusap punggungnya.

"Sangat...aku sangat merindukanmu"jawabnya lalu mencium puncak kepalaku lagi.

"Aku juga..." potongku.

"Aku lebih darimu"selanya tak mau kalah.

"Maafkan aku shawn..bukan inginku mengusirmu..aku hanya ingin membantu adikku..."kataku tiba-tiba teringat bagaimana shawn dengan marahnya muncul dihari pertama mariana menculikku ...dia datang ketempat dimana mariana menyekapku..tanpa sepengetahuan pram.

Dia bisa saja membebaskanku..tapi bodohnya aku malah memohon padanya untuk membiarkanku..dan meninggalkanku.

Tak perduli kala itu shawn meneriaki namaku..dia marah..kesal dan bingung, aku tetap tak perduli bahkan saat dia memukul keras dinding di belakangku.

Aku justru menyuruhnya pergi..sekalipun dia memaki bahkan tak habis fikir dengan keputusanku yang tetap memilih tinggal.

Shawn berkali-kali mengunjungiku disaat pram lengah..entah bagaimana caranya, dia benci...namun tak akan tinggal diam menjadi penonton.

Shawn selalu memasukkan vitamin dan obat-obatan kemulutku, dia memberiku makan alakadar untuk aku bertahan.

Walau jarang..setidaknya dia membantuku untuk tetap bertahan.

Dia lakukan semua itu tidak lain untuk membantuku melawan mariana..untuk membuatnya menyerah.

Kami merekam semua kejadian ditempat mariana menyiksaku..tanpa sepengetahuan pram atau mariana. Shawn yang ahli dibidang IT memasang cctv yang dapat merekam segala kejadian, dia mengawasi semua pergerakkan kami demi memenuhi permintaan gilaku.

Menyiapkan amunisi untuk menembak mariana jika wanita ini tak mau menyerah.

"Jangan pernah mengorbankan dirimu lagi..jangan pernah memintaku untuk pergi lagi darimu...jangan memintaku untuk bersabar..aku tidak bisa melakukannya lagi... apalagi membiarkan william menyelamatkanmu...jujur aku benci!" Serunya mengusap ujung hidungnya dibahuku yang terasa basah.

Ia menangis dibahuku...memelukku dengan erat.

"Kau benci...atau cemburu?"tanyaku lagi, mencoba menghentikan isakan shawn. Pria yang sulit menitihkan air mata...tapi menjadi cengeng karena ku.

"Keduanya!"dia membuang marah nafasnya, gerah diberikan pertanyaan yang sudah kutahu jawabannya.

Aku menarik tubuhku namun shawn menahannya mati-matian. Ia tak ingin aku mendapatinya menangis..dia akan sangat malu jika aku menyeka air matanya.

"Arsenio raja khalaf ath thahir...kau akan membunuhku jika memelukku seperti ini!"seruku berusaha lepas, namum tenaganya sebagai pria malah seperti ditantang. Dia menguatkan hingga tubuhku yang remuk meringis kesakitan.

"Biar saja...ini hukuman untuk wanita tidak penurut sepertimu!"gerutunya mengusap anak rambutku.

Sentuhan shawn membangkitkan emosiku yang tertahan...aku merasa bukan wanita tepat untuknya.

Dia terlalu baik untukku.

"Kemana william?"tanpa sadar keluar pertanyaan yang telat kutanyakan.

Shawn mendesis panjang, dia memajukan tubuhnya ketengah ranjang lalu menarik tubuhku kepangkuannya.

Tanganku menggelayut dilehernya, melihat matanya yang tak lagi menangis.

Cepat sekali ia menghapusnya.

"Entahlah...aku melihat william membawamu kesebuah hotel..lalu dia meminta seorang wanita menjagamu.. aku menyelinap masuk dan membawamu pergi" cerita shawn meluruskan dugaanku yang salah.

Ku kira..ia bertatap muka langsung dengan william dan membawaku pergi.

Atau william mengembalikanku pulang...atau buruknya meninggalkanku dijalan.

Tapi...pria itu masih memperdulikanku, dia tetap menjagaku meski ditangan orang lain.

Oh william sampai kapan kau berhenti membuatku memikirkanmu.

"Kau membawaku pergi dengan sepengetahuan william..atau...kau main pergi saja?"tanyaku was-was. Aku tak ingin william khawatir, ya walau..dia tak akan khawatir juga.

Shawn membenarkan anak rambutku yang kini dihiasi banyak perban, dia memandangku dalam-dalam hingga aku sebal dan memukul dadanya.

"Jawab shawn....!"renggekku sebal.

"Dia tahu kok..aku menemuinya di lobby hotel.."

"Dia? Siapa?"tanyaku gemas.

"Ya william..siapa lagi!"serunya kesal, menyembur aura tak senang. Aura yang kusebut cemburu.

Ku hembuskan nafas dan menyentuh lehernya..

"Lalu...dia bilang apa?"

"Ya sudah...dia mengizinkanku membawamu pergi"selorohnya tak ingin menjabarkan panjang lebar. Masih cemburu...aku tahu itu.

"Memangnya kau bilang apa padanya?"tanyaku penasaran..rasa-rasanya ada alasan masuk akal hingga william melepaskan shawn begitu saja.

"Aku bilang...aku bawahannya yang jatuh hati padamu...kau mengenalku dan kami sudah berpacaran..selesai, jadi jangan bertanya lagi!"tutupnya mencium telingaku, cara shawn menunjukkan kasih sayangnya.

Aku menggeliat, penjelasannya masih belum cukup.

"Shawn...kau bilang seperti itu?"tanyaku heran.

"Lalu aku harus bilang apa? Sahabatmu? Hei....memangnya dia akan percaya begitu saja"tanya balik shawn.

Kulepaskan tanganku dari lehernya, menundukkan wajahku.

"Kenapa? Cateluna...apa kau marah?"tanya shawn hati-hati.

Aku menggeleng, dan shawn makin tak enak hati melihat kediamanku yang mendadak, meresahkan hatinya.

"Katakan jika aku salah...maaf..."

Dia menunduk, namun masih mengusap lembut punggungku.

"Aku tidak marah..hanya aku merasa tak pantas dengan pengakuanmu shawn"

Kedua alisnya meninggi disusul gerakkan wajahnya yang terangkat bingung.

"Tak pantas? Tak pantas apa maksudmu?"reaksinya berubah semerah bibirnya, ia meradang dalam hitungan detik.

Maka ku jamah wajahnya untuk meredakan emosinya...dia harus mendengarkanku sebelum mengambil kesimpulan cepat.

"Ya...aku tak pantas menjadi kekasihmu..."

"Omong kosong! Kau tak suka aku mengaku-ngaku sebagai kekasihmu kan!"serunya mengalihkan pandangannya.

Rasanya seperti menjinakkan anak kecil yang sulit diberi pengertian..tak jauh bedanya shawn saat ini.

Perlu ekstra keras demi membuatnya mengerti "bukan...bukan itu...aku hanya merasa tidak pantas menerima kebaikkanmu...kau selalu terluka karenaku shawn..aku merasa jahat padamu! Aku tidak ingin...kau kecewa jika aku..."

"Stttt..." dia menyumbat bibirku dengan telunjuknya, menatapku dalam, tak setuju setiap kali aku mengatakan hal yang tak menguntungkannya.

Dari batang lehernya shawn menelan liurnya kemudian berbicara.

"Kau dan aku meminum obat yang sama....kau dan aku merasakan hal yang tidak semua orang bisa rasakan...kita memiliki dunia berbeda dengan mereka, tapi..bukan karena itu aku menyukaimu cateluna, karena aku merasa tenang saat bersamamu, aku merasakan damai...aku tak perlu menjadi orang lain atau malu...aku terbuka dan kau pun sama...mengakuimu sebagai kekasihku adalah kebanggaanku, karena tidak semua bisa mengertimu atau diriku.."

"Shawn...."kataku lirih..mengikuti gerakan matanya yang berkaca-kaca.

"Cukup! Ayo sarapan...aku sudah membuat roti panggang kesukaanmu"celetuknya tak ingin berbicara lebih jauh.

Caranya menghentikan kecanggungan...

"Shawn.. "aku menghentikan gerakan tangannya yang akan menggendongku, kuraba wajahnya perlahan..dan dia menikmati sentuhanku.

"Aku tidak ingin kau menjadi seperti mariana...terluka karena william tak mencintainya, aku tak ingin itu terjadi "kataku berharap ia mengerti dibalik kecemasanku.

Shawn merendahkan pandangannya entah kemana, lalu kembali menatapku.

Mengangkat tubuhku tinggi-tinggi.

"Tapi aku bukan mariana..aku bukan dia"

"Ya...kau memang bukan dia...tapi akan seperti dia jika aku tak menghentikanmu"ujarku menyela.

Dia tersenyum tipis...menancapkan pandangannya kedalam mataku, selalu seperti ini.

"Apa kau Tuhan?"tanya shawn, alisku mengerut bingung.

"Apa?! Tentu saja bukan"jawabku heran

"Kalau begitu jangan membuat takdir seenaknya...selama kau hidup...aku masih punya kesempatan"

Ya Tuhan...aku tidak bisa berkata apa-apa...

Karena dia benar...

Takdir..hidup...kekekalan

Bukan kami yang berhak menentukan..

***PRELUDE***

Aku selalu membayangkan mentari pagi dan senja dimatanya...namun tak bisa membayangkan jika dia menghilang..

tidak lagi.

Tak akan kubiarkan tangannya lepas dariku.

Javier Pov

"javier....javier..."

Aku menoleh kikuk mendapati vanilla keluar dari kamar mandi dengan setengah telanjang.

SETENGAH TELANJANG!!!

Kepulan segar dan aroma sabun mandi honey milk tercium dihidungku...aku meleleh
Mendapati wanita ini hanya mengenakan handuk putih dan handuk lainnya menutupi rambut panjangnya yang basah.

Bukan pemandangan biasa.

Bukan..!

ini pertama kalinya...dia terlihat sangat berani dan kepolosannya selalu berhasil menggoda pria lajang sepertiku.

Sejak dia memilihku...aku harus lebih hati-hati, aku mengajak vanilla untuk tinggal sebentar di hotel tanpa maksud apapun...mandi, istirahat sejenak..lalu kami akan kerumah sakit untuk penge-check an luka-luka ditubuhku dan vanilla.

Tapi sialnya...terkurung di hotel juga bukan pilihan yang baik.

Aku sudah sering disajikan pemandangan topless atau lebih gilanya terbuka.

Kalau pria mengatakan mereka tidak mesum..itu sebaliknya.
Tapi jika mereka bilang mereka tipikal mesum...maka bersiaplah.

Dan...
Aku berada ditengah-tengah kedua kesimpulan itu.. saat pria sepertiku mengatakan aku tergolong mengikuti alur.

Maka jadilah aku pemuda plin plan...bisa mesum atau tidaknya ya tergantung lawanku.

Jujur saja...wanita yang baru kusentuh dan kulepas pakaiannya secara paksa hanyalah cateluna, selebihnya tidak ada. Bahkan jean tak pernah sama sekali ku jamah..mungkin beberapa kali kulihat dia setengah telanjang itupun dalam bayangan gilaku.

Moto hidupku...

Lakukan apa yang kau suka!

Dan jika itu menyinggung wanita.

Motoku berubah menjadi...ikuti kata hatimu..bukan nafsu mu!

Sederhana..namun butuh tanggung jawab untuk setiap motoku.

Dan bersama vanilla...sekamar...rasanya seperti melihat rambu-rambu...bila didekatnya bagai menelan permen nano-nano, campur aduk..dilema...dan takut..tapi ingin.

Ya aku ingin...

Apalagi vanilla tampil tanpa memakai kimono shower demi menutupi tubuhnya, dia cukup terbuka untuk dilihat, aku yang duduk mengantre diluar pintu berkali-kali meremas jemariku.

Nafasku beralun naik turun.

"Sudah?!"tanyaku tak berani melihat tubuhnya yang tercium segar dihidungku..namun terasa panas dimataku.

Aku tak tahu apa reaksi vanilla menghadapi kecangguangan ku yang sangat memalukan.

Dia terdiam beberapa detik...kediaman yang membekukan segalanya.

Tanpa menunggu jawabannya yang hanya berupa anggukkan, aku berkata "aku mandi dulu ya..."kataku, memejamkan mata, otakku yang berjalan lambat pasti salah bicara. Harusnya aku diam saja, ya..diam saja! tapi...

Argh sial....umpatku.

mengapa aku terlihat seperti pasangan yang ingin bercinta?! Om-om nakal yang ingin menyetubuhi wanita bayaran.

Ayolah calief sadar....dia bukan target pelecahanmu..!

Alhasil tanpa menoleh atau basa basi aku melangkah cepat memasuki kamar mandi.

Kepanikkanku terlalu kentara hingga aku reflek membanting pintu sangat keras dan vanilla tersentak melihat tingkah lakuku.

Sudah...tenangkan dirimu..bersikaplah jantan calief...dan tetap tenang.

Tenang.....ya tenang walaupun sulit!

Namun....

Semua tak sejalan perintah otakku, dadaku bergemuruh. Godaan ini menggerogoti imanku...aku tak bisa mengatakan aku baik-baik saja, aku....butuh pencerahan.

Biarlah tadi vanilla menganggapku aneh..Bisa lebih gila jika aku berlama-lama di dekatnya.

Ku buka pakaianku dengan cepat, berjalan dibawah shower. Aku perlu menghangatkan kepalaku sampai ke akarnya.

Sudah banyak yang terjadi...ya. banyak yang ku lewati.

Hari ini aku mengacaukan banyak hal..dimulai perseteruanku dengan ayah, lalu mengabaikan ibuku yang hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Rasanya aku seperti anak kurang ajar yang tak tahu diuntung.

Aku mengangkat wajahku yang sudah basah, menatap wajahku dicermin..

Kuingat kembali percakapanku dengan rico, detektif andalanku yang memberi banyak informasi.

Selama vanilla berada dikamar mandi, aku terkejut saat rico. Orang kepercayaanku menghubungiku lalu mengirimkan ke ponselku beberapa foto dan biodata.

Foto seorang pria yang sedikit asing namun selintas otakku mencerna wajah yang sepertinya pernah ku lihat.
siapa dia aku lupa, sampai akhirnya ku baca seluruh isi biodata.

"Arsenio raja khalaf ath thahir...atau ....shawn?"

Informasi ini pernah disampaikan rico sebelumnya, orang kaya menjadi pesuruh orang kaya. Sungguh tak masuk akal.

Ku gerakkan jemariku ke layar, menggeser foto selanjutnya.

Mataku melebar ketika dilayar muncul foto pria tadi keluar dari mobilnya bersama seorang wanita. Wanita yang cukup ku kenal...sangat familiar.

Lama-lama kuperhatikan...dia sangat persis. Tak salah lagi "cateluna?"
aku menjengit memperbesar gambar keduanya, ku perbesar lagi background dimana tempat mereka berada.

Sebuah rumah sakit.

Aku menggerakkan jariku untuk memperbesar hingga maksimum agar tak salah lihat.

Tapi sepertinya mataku tak salah.. aku mencari layar lain dan mengetik nama rumah sakit, mencari posisi letaknya dan semua yang berhubungan dengan rumah sakit itu.

Mulutku mendecak heran membaca jenis apa rumah sakit yang mereka datangi.

Untuk apa mereka disana?,berada dirumah sakit khusus kejiwaan.

Siapa yang sakit jiwa??

Aku membuka data lainnya dan membaca cepat intinya saja. Mataku membulat menarik kata demi kata yang kubaca.

Hasil diagnosa....seorang..tidak...dua orang.

Tercatat nama lengkap cateluna dan arsenio didata tersebut, data yang kubandingkan di dalam satu layar.

Mereka....

Adalah Pasien rumah sakit yang sudah melewati masa pengobatan panjang, mempunyai jenis penyakit yang sama.

"Skizofrenia...."

Jenis penyakit kejiwaan apa itu?

Belum sempat ku baca semua data dan informasi yang mengejutkanku, pintu dari kamar mandi terbuka.

Vanilla muncul dengan rona wajah memerah, air hangat ditubuhnya mengeluarkan asap yang kontras mengalihkan fikiranku.

Dan fikiran itu masih menerorku didalam kamar mandi, aku menggosok tubuhku, mengusap wajahku berkali-kali.

Menghilangkan kepenatanku...walau air hangat tidak setajam air dingin yang membasahi kulitku.

Tapi bayangan wajah vanilla...genggaman tangannya...suaranya..dan pelukkannya. Menyadarkanku...

Dia sudah mengambil hatiku...aku...telah jatuh cinta padanya.

Aku benar-benar tak bisa lepas dari jerat vanilla...

Aku meringis dan tersenyum mengusap dadaku, perasaan yang ingin ku jaga.

Aku ingin membuatnya bahagia...keinginan itu bertalu-talu dibenakku.

Setelah aku mandi...aku akan mengatasi semuanya. Pernikahan kami yang hanya menunggu hitungan hari dan semua yang berhubungan dengan ayahku.

Aku juga akan meninjau lebih jauh masalah cateluna dan rekannya.

Semua tersusun rapih dibenakku, aku hanya perlu menjabarkannya dan semuanya selesai.

Memang terdengar mudah...ya walaupun tak sesuai kenyataan. Aku akan terus menggenggam tangam vanilla. Aku akan melindunginya semampuku.

Ya akan kulakukan hanya untuknya.

Keluar dari zona amanku selama ini!

Pemikiran yang menyegarkan otakku membuat bibirku tersenyum seperti orang gila, aku mendongak kearah shower. Menghujam wajahku dengan
Semburan air hangat...terhembus aroma sabun honey milk yang dipakai vanilla.

Jika keluar nanti...aku akan membuat sesuatu yang tidak bisa dilupakannya? Aku akan membuat dia menjadi....

DOOOOOORRRRRRR!!!!!!!!

Suara apa itu?..

Seperti..suara tembakan?!

Amunisi yang dilepas..lalu suara benda jatuh. Terdengar bersamaan..sangat keras! Melengking ke seluruh sudut ruangan.

Aku terdiam mendengar sesuatu terjadi diluar sana, aku yakin telingaku tak salah dengar..itu suara tembakan.

Ya tembakan yang sangat kencang.

Vanilla.....mataku membesar, jantungku berdegup tak karuan memikirkan wanitaku berada diluar sana.

OH Tuhan!!!

Aku berlari meraih handuk, membelit secepatnya dan membuka pintu.

"Vanilla........"

Benar itu suara tembakan...benar dugaanku...dan vanilla...

To be continue.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 130K 28
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.2M 18.8K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
351K 14.3K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
326K 4.5K 10
"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...