PRELUDE

Por naaadns

418K 19.7K 2.6K

" love you like crazy! " Aku tidak menganggap diriku gila sebelum mengenalmu. Aku normal... sangat normal Ka... Más

Prolog
Pencarian part 1
Pencarian part 2
pencarian part 3
Rahasia -bagian 1-
Rahasia -bagian 2-
Rahasia -bagian 3-
Mr and Mrs Scandal -1-
Mr and Mrs Scandal -2-
Mr and Mrs Scandal -3-
Trouble Maker -1-
Trouble Maker -2-
Trouble Maker -3-
Just wild and young -1-
Insert (promotion) suami simpanan
Just wild and young -2-
Just wild and young -3-
You changed my world -1-
You changed my world -2-
Criminal of Love -1-
Criminal of Love -2-
Criminal Of love -3-
Punishment and Loyalty -1-
Prelude...introduce part of characters
Punishment and loyalty -2-
Punishment and loyalty (part 2 complete)
Punishment and loyalty -3-
Please...remember me.. -1-
please ...remember me -2-
Please...remember me -3-
The choice -1-
The Choice -2-
The Choice -3-
Eternity -1-
Eternity -2-
Eternity -3-
Romeo and Juliet -1-
Romeo and juliet -2-
Romeo and Juliet -3-
lose
Almaqhvira (pengampunan)
it's you...
the last....(final) -1-
The last (final) -2-
Prelude season 1 -end-
ekstra and ....
prelude - iridescent and redemption part 1
prelude -iridescent and redemption part 2
prelude- iridescent and redemption part 3
prelude - iridescent and redemption part 4
prelude - iridescent and redemption part 5
prelude -iridescent and redemption part 5 / continue
Prelude - iridescent and redemption / part 6-
PRELUDE - iridescent and redemption part 7
PRELUDE - iridescent and redemption/ part 8
prelude-iridescent and redemption part 9

You changed my world -3-

7.8K 500 86
Por naaadns

Lihatlah bagaimana sang waktu menjawab keraguanmu..disaat hatimu bernyanyi mencari kepastian.

-dyquote-

Vanilla Pov

Vanilla.....

Bangun vanilla...

Vanilla....

Suara lirih dengan sentuhan dingin mengusap lembut kepalaku, terasa bagaikan belaian di masa lalu yang menenangkan jiwa, panggilan berulang-ulang itu membuat mataku perlahan terbuka melihat siluete samar menjadi bayangan sempurna.

Mataku mengerjap berkali-kali demi memastikan baik apa yang kulihat.

Melihat sosok mengejutkan berada dipelupuk mata, sontak mataku melebar selebar-lebarnya tak percaya dengan apa yang kulihat.

"Ka..kakak...?!" Seruku kaget.
beranjak dari posisi tidurku menjadi duduk.

Cateluna...?

Kakakku?!

Dia....dia kembali?!
Dia benar-benar kembali?!

Ya Tuhan...benarkah yang kulihat ini dia?

Kakakku telah kembali..?!

Dia sudah kembali?!! Dia didepanku?!

Tubuhku mematung, terkejut sekaligus tak percaya, sosok nyata kakakku menggebrak batas kesadaranku, menguras endapan emosi yang terpendam cukup lama diragaku.
Ku sentuh jemarinya yang masih menumpu diatas kepalaku, menyentuh permukaan kulitnya yang amat dingin.

"Kau...kau sudah kembali?! Kau benar-benar kembali?!!"kataku terperanjat, menahan getar kuat di kerongkonganku, debaran tak stabil di jantungku membuat kepalaku sulit mencerna situasi diluar dugaanku ini.

aku membeku cukup lama memandangi wajahnya..wajah kami yang bagai pinang dibelah dua, wajah yang selalu membuat masalah...wajah itu kini ada dihadapanku.

aku tak salah lihat
ini bukan ilusiku semata. bukan pula mimpiku

Aku tak bisa berkata-kata lagi..lidahku rasanya kelu memudarkan kata-kata yang ingin kusampaikan, serentet pertanyaan serta makianku hilang dalam keterkejutanku.

Fikiranku menjadi kosong ketika ia memandangiku tanpa wajah bersalah, manik matanya terpaku tajam..khas cara cateluna melihat seseorang.

Oh Ibu...ayah...akhirnya aku menemukannya.

Aku menemukan kakak...dia yang selama ini kalian cari...dia yang kalian rindukan...dia ada didepanku! Dia kembali.

Tak kuasa air mataku menetes pilu, tetes demi tetesnya membasahi kedua pipiku, kesedihanku tumpah karena terlalu merindukannya, ya aku sangat merindukannya, kami merindukannnya.
Walau rasa benci juga merayap dihatiku...tapi jujur aku sangat senang dia kembali dan aku amat bersyukur, dia datang dengan kondisi utuh tanpa ada yang berubah, tubuhnya memang agak sedikit kurus tapi dia masih sangatlah cantik, pandangannya yang tajam tetaplah menjadi daya tariknya, begitu juga rona bibir kemerahan yang segar seperti kelopak mawar terhias embun pagi miliknya, rambut hitam kecokelatan itu dibiarkan terurai lurus dibahunya, membuatnya semakin terlihat sempurna.

Bahkan sinar matahari seakan setuju dengan penafsiranku, terik hangatnya menyinar terang ke wajah cateluna yang selalu menuai pujian... dia kembali dengan tampil memukau dihadapanku.

Dan meski kekaguman berikut rasa rindu mengebu-ngebu bukan berarti aku lupa apa yang sudah dilakukannya padaku, lupa pada pertanyaanku selama ini...tidak! aku tidak lupa sama sekali!

"ke...kemana saja kau selama ini?" Tanyaku gemetar, menahan gumpalan amarah yang berkecamuk di dadaku, berupaya setenang mungkin membuka pertanyaan diantara kami walaupun gagal, emosiku terus menggebu-gebu dan ia menyadarinya namun hanya termenung menatap mataku yang bergetar.

Jemari cateluna tetap membelai lembut kepala serta wajahku naik turun hingga sentuhannya berakhir di bahuku "aku tidak kemana-mana.."katanya datar tanpa ekpresi, seakan perkataannya sanggup membodohiku.
Tapi aku bukan lagi adiknya yang ditinggal belasan tahun...bukan anak kecil dungu nan polos. Bukan!
salah jika dia mengaggap begitu.

"Apa maksudmu...?"aku balik bertanya, sedikit tak faham, membaca reaksi diwajahnya yang membingungkan.

"Kau pergi sangat lama!"

Ku remas jemariku dalam kepalan yang urat-uratnya tercetak disela meta carpal.
"kenapa kau pergi..?"

Aku heran mengapa dia dengan santainya mangkir dari segala penjelasan yang kutanyakan, seolah tak ambil pusing mengenai masalah yang sudah dibuatnya, sikap misterius wanita dihadapanku tanpa ekspresi terus menerus menguji emosiku , menyiksaku lewat kediamannya

"Jawab kak...kenapa kau pergi tanpa kabar apapun? Dimana kau selama ini?" Sengaja ku ungkit pertanyaan yang sama, penasaran akan jawaban di balik alasan kepergiannya. Sialnya kakakku tetap setia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Jangan diam...jawab kak!!!"seruku habis kesabaran, kesal masih tak mendapatkan respon sama sekali karena ia terus saja membisu.

Hidungku bergerak kempas kempis mengatur nafasku yang berantakan, dia yang menundukkan kepalanya menarik ujung bibirnya kesamping dan menyeringai tawa, entah menertawakan apa yang pasti kekesalanku makin terpancing hingga ku koyak-koyak kedua lengannya. Dia tertawa?!! Di saat aku serius dia malah tertawa?!!

"Kenapa kau tertawa?! apa ada yang lucu dengan pertanyaanku.?! kau sudah banyak membuat masalah kak! Masih bisa kau tertawa?! Selama ini kau pergi tanpa ada kabar, meninggalkan ayah dan ibu...! kau juga tidak memberitahu kami mengenai pertunanganmu... dan bagaimana bisa kau tega merusak hidup seseorang demi hubungan gelapmu ! Kau melukai banyak orang! kenapa hidupmu menjadi rumit sekali sih?! Kenapa...?! Jawab aku!" Ku buang kasar nafasku, menahan desisan sengau dimulutku, aku mencoba diam sesaat, memberinya peluang menjawab. Tapi dia menyia-nyiakannya dan lebih memilih menerima tiap omelanku.

Sial!!! Amarahku semakin tak terkendali dan meledak dalam sekejap.

"Kenapa kau terus diam?! Apa kau tahu apa yang sudah ku lakukan untukmu hah?! Kau membuatku menderita! Ingat...Sejak dulu Kau selalu membuat masalah bahkan sampai saat ini...kau selalu saja menyusahkanku kak! Kau merusak hidupku! Kau manusia tega yang tak punya hati ! Ayo Bicaralah..! Katakan sesuatu jangan diam saja! " ku usap air mata yang tak henti-hentinya menetes diwajahku, mengalir sampai jatuh kedasar tanah.

Tubuhku menggigil kesal membayangkan banyak kejadian dimana hidup cateluna selalu membuat hidupku seperti bayangannya.

Sejak dulu penderitaannya menjadi milikku...sistem pilih kasih yang ayah dan ibu lakukan memang permulaan dari segala bencana diantara kami. dan sekarang masalah fisik yang tak ada bedanya lah menjadi sumber masalah...tentunya aku lagi imbasnya.

"Apa salahku padamu...?" Ku seka air mataku yang banjir diwajahku, air muka serta kulit wajahku semakin memerah terbakar api amarah yang sedari tadi kutahan "APA SALAHKU..?!" Teriakku berang.

Ditatapnya hampa raut sedih diwajahku, dia membusungkan dadanya dengan berusaha menenangkanku melalui sentuhannya dipuncak kepalaku.

"maafkan aku..."jawabnya meminta maaf, bibirnya berkedut seakan ingin menjelaskan banyak hal tapi ditahannya.

"Apa...?!"

Hanya itu saja? Mana alasannya?!

Cateluna memejamkan matanya sedetik lalu membelai turun ke wajahku lagi "maafkan aku vanilla..." di ulangnya kata maaf yang mengejutkan mata batinku, selintas membiarkan angin dingin menerobos dan menerpa kencang ke tubuh kami dalam adu pandang tanpa mampu berkata.

Semilir angin melayangkan helaian rambutnya hingga menari-nari kedepan wajahku.

Awan yang tadinya cerah bersama sinar matahari seakan mendukung suasana hatiku yang kelam, cahayanya meredup tergantikan oleh awan hitam yang menjadi saksi permohonan maaf cateluna padaku.

Tunggu..

mengapa kami berada ditempat seperti ini?!

Aku tak mengerti mengapa kami berdiri bukan ditempat sewajarnya, kami berpijak disebuah padang luas dikelilingi bukit-bukit hijau yang dihiasi lebatnya ilalang setinggi pahaku, bagaimana bisa aku berpijak di tempat seperti ini, manik mataku menciut melihat satu persatu daun ilalang tersisir gerakan hembusan angin.

"maafkan aku vanilla..."ulangnya miris untuk ketiga kalinya, suaranya kian melemah oleh rintik gerimis yang tiba-tiba jatuh membasahi kepala kami berdua.

"HEI CANTIK......KEMARILAH!"teriak beberapa suara menjadi satu panggilan ramai dari arah belakang cateluna. Kepalaku bergeser miring mencari arah suara dan terkejut dihadapkan sekumpulan para bajingan biadap serentak datang mendekati tempat kami berdiri.

Tapi kenapa mereka kesini?

Mereka tertawa diantara suara-suara mesum di warnai siulan, desisan mesum para bajingan tengik itu terdengar menjijikkan, godaan-godaan melecehkan sambil menjulurkan lidah keluar Membuatku mual dan rasanya mau muntah.

Tapi mengapa mereka datang lagi? Bukankah shawn sudah menghajar semua bajingan kerapat itu sampai babak belur?! Seharusnya mereka hancur setelah dipukuli separah itu. Tapi mereka.....argh Aneh!

Apakah saat ini aku bermimpi?! ...oh Tuhan sekalipun ini mimpi aku tak akan membiarkan kejadian laknat itu terulang dua kali!

Tidak....mereka tidak boleh menodaiku atau kakakku. TIDAK AKAN KUBIARKAN!

"Lari kak...!!" seruku panik melirik takut ke wajah buas yang siap memangsa tapi bodohnya cateluna hanya melihat apa yang kutakuti namun sama sekali tak bergeming ajakkanku.

"Ayo pergi dari sini...!"
Ku tarik paksa kedua lengannya, menggeretnya untuk menjauh tapi sial tubuhnya malah mematung sekeras batu. Apasih yang ada difikirannya?! Apa dia sudah gila ?!

"KAK! AYO LARI!! MEREKA SEMUA BAJINGAN!!!" seruku geram, benci karena dia mematung, "LARI KAK!! MEREKA BERBAHAYA! AYO LARI!!!" Aku memperingati keras sampai gemas sendiri melihat kakakku yang justru anehnya menepis tanganku dan melangkah kearah mereka.

Apa yang dia lakukan ?! Dia tidak mendengar atau dia tidak faham maksudku?!

"Kak....Tidak...TIDAK KAK.. ! JANGAN KESANA! TIDAK KAU TIDAK BOLEH KESANA!!!" teriakku histeris berusaha menarik kembali tubuhnya, entah apa yang terjadi pada cateluna yang terus menepis tanganku. Dia tetap melangkahkan kakinya menghampiri mereka yang menyeringai senang, menyambut dengan tangan lebar.

Dasar Laknat!!!

"Cateluna sadarlah! Jangan kesana!!! CATELUNA!!!!"

Bulu kudukku bergidik ngeri, berapa kali ku halau, berapa kali kuperingati,ia tak mendengar sedikitpun perintahku, Cateluna seperti boneka yang digerakkan, tubuhnya seakan di hypnotis bagai magnet mencari daya penariknya, ia bergerak luwes kearah mereka tanpa mendengarkan laranganku yang menjerit-jeritkan namanya untuk sadar.

"KAK BERHENTI!! KU MOHON BERHENTI !! JANGAN KESANA....!!! KEMBALI!!!" Arghhhh AKU BISA GILA! kututup kedua telingaku yang tak mampu mendengar sorak sorai mesum para iblis itu yang semakin meraja lela, tak sanggup pula melihat kebodohan kakakku yang bagaikan kerbau di cucuk punduknya.

Aku benar-benar tak bisa menahan gerakkannya yang acuh tak acuh mengabaikanku, dia menjerumuskan dirinya sendiri dan aku benci karena tak bisa berbuat apa-apa sementara rasa trauma menerorku untuk tetap ditempatku berdiri.

Kedua mataku terbelalak kaku, tak menyangka cateluna sudah bersama mereka, berada di tengah kumpulan para bajingan yang langsung menyapanya lewat ciuman panas, belaian-belaian mesum meraba setiap lekuk tubuhnya dan memeluk erat bahu dan pinggulnya bahkan menyentuh bagian sensitifnya..kakakku tetap diam, mulutku menganga shock mendapati cateluna dengan wajah datar mau saja diperlakukan seperti jalang walaupun wajahnya menunjukkan kesedihan, dia tak bergeming untuk menolak..tidak menikmatinya tapi tak melawan.
Dasar wanita BODOH!!!

Benar-benar aneh!

INI PASTI MIMPI BURUK...! Ya aku yakin ini hanya mimpi! Cateluna tidak akan seperti itu.

Menyaksikan pemandangan mengerikan, membuatku bersimpuh lemah digundukkan tanah yang becek diantara rimbunnya ilalalang..aku menangis meraung-raung mencakar dasar tanah, meski isak tangisku terhalang lebatnya hujan aku terus berusaha memanggil nama kakakku dengan sisa suaraku.

"Jangan....jangan lakukan itu padanya! Cateluna!"

Oh Tuhan...bangunkan aku dari mimpi ini, aku tak sanggup melihatnya lagi, sungguh..melihat bayangan yang sama seperti diriku sendiri dinodai para bajingan itu rasanya bagai dicekik hidup-hidup, jantungku bagai dicengkram keras hingga detaknya berhenti dan pembuluh darahnya hancur berkeping-keping.

Aku bisa gila!

Dari pada tersiksa dengan cara melihat saudaraku hancur...lebih baik aku mati.. ya.. lebih baik aku mati..!

Dari kejauhan mereka yang sedang menikmati tubuh kakakku nampak tak puas, beberapa melirikku dan naasnya hendak menghampiriku.

Kepalaku menggeleng ketakutan, dasar setan tak pernah puas, mereka kembali mencari target selanjutnya.

tidak! Jangan mendekat! Pekikku ngeri, dasar bajingan jahanam! mereka masih saja haus hawa nafsu! PARA IBLIS TERKUTUK itu tak merasa cukup dan bagai serigala kelaparan, serentak mereka melangkah cepat ke arahku meninggalkan kakakku yang terkulai lemah seperti seonggok daging yang sudah habis di cabik-cabik.

kegusaran diragaku meningkat, melanda cepat ke seluruh tubuhku, meski begitu aku tetap mencoba berdiri dari jeratan rimbunan ilalang, gaun panjang yang ku kenakan kuangkat setinggi-tingginya walau berat karena basah. Aku tak menyerah untuk kabur, aku berusaha lari sejauh-jauhnya dari mereka, namun saat tubuhku berbalik.

Kilatan petir menyambar tajam dimataku, urat kepalaku menapak kaku dikeningku yang basah, kaget melihat javier berdiri dilawan arah. Menghalangi langkahku dari sisi lain, dengan sorot pandangan tajam yang memburu dan seringai sinisnya ia melontarkan hinaan yang terakhir kali ku dengar "kau tidak bisa pergi dariku! Wanita jalang! kotor! Munafik!!" Terulang hinaan demi hinaan merendahkan, kembali menyayat luka batinku. Melukai perasaanku yang terombang ambing tanpa tahu harus berbuat apa.

Berdiri lemah di tengah-tengah semua iblis yang mengepungku...sudah pasti mereka akan menghancurkanku hingga lebur seleburnya! bahkan dalam mimpi pun Tuhan mengijinkan mereka untuk menghancurkanku, aku rasa kenangan buruk itu tak akan pernah lepas dariku, sepanjang hidupku aku akan selalu dihantui.

OH TUHAN... APA DOSAKU?!

kepalaku bergerak panik melihat bergantian ke setiap arah, ke arah wajah beku javier dan wajah mesum para bajingan yang pergerakkannya semakin mendekat, aku harus bagaimana?!

Kemana aku harus berlari ?! ditengah hujan lebat yang semakin deras, disekeliling rimbunan ilalang dengan gaun panjang terjebak gumpalan tanah liat.

Menerobos salah satunya tentu tidak mungkin! Semuanya buruk! Lalu aku harus bagaimana ketika waktu menghimpitku tanpa ada jalan keluar, tanpa bisa mencari pertolonganan yang jelas tak ada.

Siapapun....kumohon...tolong bangunkan aku dari tidurku....bangunkan aku dari mimpi terkutuk ini!!!

Aku berani bersumpah siapapun tak akan mau hidup jika berada diposisiku, mereka akan menyumpah serapah takdir malang ini.

Entah karena derasnya suara hujan atau hembusan angin kencang membaur bersama gerakan pepohonan yang ricuh ataupula kesadaranku yang tinggal setengah hingga aku tak mendengar ucapan mereka, hanya gerakkan bibir serta senyum lebar merendahkan terlihat dimataku yang letih.

Kedua tanganku masih menutup rapat kedua telingaku, aku terus meminta pertolongan sekencang kencangnya walau sia-sia karena hanya itu yang bisa kulakukan. Pertahananku mulai melemah, selemah tubuhku yang terhuyung tak berdaya kedasar tanah dengan tatapan kosong.

Entah apa yang akan mereka lakukan padaku...aku hanya bisa pasrah.

Mataku menatap lurus mata yang sedari tadi melihatku, mata cateluna yang sama pasrahnya dengan keadaan begitu jelas meski jaraknya jauh.

Air mataku menetes saat air mata nya pun menetes, kami berpandangan dalam hening terbalut emosi yang tak bisa diluapkan, tatapan kepedihan itu tak berlangsung lama terhalang banyaknya kaki kaki besar yang berada didepanku dan secara kejam menarik tubuhku berbalik menghadap luasnya langit, terhias pula sekumpulan wajah penghuni neraka membentuk lingkaran.

..saat itulah aku tahu..

Betapa malangnya diriku...ternyata duniapun tak memihakku.

Sungguh kejam.

****

Arghhhhh.....!!!!

Aku meringis kesakitan, menjerit sekencang-kencangnya sampai urat dileherku seakan ditarik keluar dari kulitku.

Sakit.. !!! Ya Tuhan sakitanya seperti pisau belati menghujam jantungmu berkali-kali, menghentikan detakannya hingga menyumbat mati aliran darah serta hembusan nafasmu.

Mataku terbuka lebar saat kepalaku mendongak keatas menatap langit-langit putih bercorak garis kasar, wajahku basah oleh bulir air mata,aku mengkirik ngeri merasakan keringnya tenggorokkanku.

Seperti mengalami musim gugur berkepanjangan atau terjebak di gurun berhari-hari tanpa merasakan setetes pun air.

Tersadar dari mimpi mengerikan bukan akhir segalanya, malah menamparku pada kenyataan bahwa cateluna memang tak pernah kembali..dan gerombolan bajingan itu tak lagi mendatangiku..javier juga tak ada disana menghinaku.

ku hembuskan nafas panjang-panjang, mengitari pandanganku yang sayu kesekeliling. Mengusap peluh keringat dingin menetes tercampur air mata.

Itu hanya mimpi...hanya mimpi..

Tapi terlalu menyakitkan.

Mimpi mengerikan selama aku hidup di dunia ini.

Ku ucap perlahan 'semoga mimpi akan menjadi mimpi' sambil mengusap dadaku, mencoba menenangkan diriku namun lagi-lagi fikiranku terbagi pada
Ruangan asing yang mengganggu penglihatanku.

Aku tidak mengalami transformasi dari satu mimpi buruk kemimpi buruk lainnya kan?!

Mimpi pertama aku terjebak dipadang ilalang dan mimpi kedua. Sebuah ruangan asing!

Ku cubit lenganku dan tubuhku terkesiap karena rasanya sakit. Itu berarti dugaanku salah! Sepenuhnya aku kembali ke dunia nyata.

Benakku bertanya-tanya kebingungan,
Seingatku kamar cateluna tak seperti ini, walau baru beberapa hari tidur dikamarnya aku masih hafal tatanan ruangan berbau elegan, benda-benda mewah dan ornamen ala putri kerajaan miliknya. Dan ruangan ini jauh dari konsep itu, disini tak ada benda wanita terhias atau tergeletak atau pula kanopi besar yang selalu menjadi perhatianku sebelum tidur.

Ruangan ini kontras berbeda, ruangan sederhana yang didesign sama elegan nya namun condong lebih dominan menggambarkan ruangan klasik di kemas menarik dengan sentuhan beberapa lukisan abstrak, meja besar berwarna hitam legam sepanjang tiga kali dua meter dilengkapi satu bangku berbusa tebal bertengger angkuh.

Luas kamarnya tak sebesar kamar kak luna, bentuknya juga lebih artistik, jelas menunjukkan kamar ini bukan kamar kakakku..tapi bagaimana aku bisa terdampar diruangan yang tak ku kenali.

Siapa yang membawaku kesini?

Siapa pemiliknya?

Kepalaku rasanya sakit jika harus menebak-nebak atau mengingat apa yang terjadi denganku semalam, aku heran kenapa tak bisa mengingat apa-apa kecuali para bajingan yang berusaha memperkosaku dan si keparat javier yang menghina dan sama bejatnya melanjutkan usaha mereka yang gagal menperkosaku. Selebihnya aku tak ingat..hanya hinaan demi hinaan javier yang masih hangat menjalar dikepalaku.

Bagian itu paling menyakitkan diantara yang lain.

Apa mungkin javier yang membawaku kesini? Apakah sekarang aku berada di kediaman keluarga margot?!

Tapi mengapa aku tak merasakan sosok javier dimanapun? Bahkan aroma mint ditubuhnya yang sudah kuhafal hidungku tak tercium diruangan ini.

Argh Tidak! Lebih baik dia tidak ada...saat ini aku benar-benar benci dan tak ingin menemuinya.

Sungguh rasa benciku sudah mendarah daging jika mengenang kejadian semalam. jujur saja aku sangat marah, shock dan kecewa atas perlakuannya.

Tapi dibalik kemurkaanku aku merasa janggal..javier mencumbuku ganas semalam bahkan bisa dikatakan memperkosaku, tapi anehnya aku tak merasakan sakit ditubuhku atas kejadian semalam, atau bekas luka diperawani...aku yakin javier tak merenggut mahkotaku dia hanya marah dan mencoba menakut-nakutiku. Hanya..

Apa alasannya marah padku? Dia kan yang sudah melukaiku! Dia yang tega meninggalkanku hingga aku terjebak dengan para bajingan brengsek yang nyaris memperkosaku!

Dari pada terus menerka-nerka yang hanya membuat kepalaku penat, dengan sedikit keberanian aku bersigap mencari tahu, tubuhku melengser ketepi ranjang, melangkah turun menapaki lantai dingin dengan pakaian masih mengenakan kemeja putih pemberian shawn.

Aku berjalan linglung menuju pintu kamar, menarik kenop pintu dan membuka pintu jati setinggi tiga meter, menyisipkan sedikit kepalaku di ambang pintu, mengamati apakah ada orang lain diluar sana.

Tak ada pelayan berjaga ataupun berlalu lalang, suasanya sangatlah sepi. kusimak detail ruangan yang tak jauh beda seperti didalam kamar mengusik memoryku akan Lapisan dinding keluarga margot yang lebih dominan berunsur mewah dengan warna keemasan terukir motif ukiran relief disetiap sudut atas langitnya, tapi aku tak melihat ada corak itu ditempat ini.

Suara-suara penghidupan seperti percakapan benar-benar tak terdengar sama sekali, apa benar tidak ada siapa-siapa disini? Diruangan sebesar ini? ruangan yang dibiarkan kosong seakan mati, terkubur dalam sepi membuatku bergerak luwes menelisik satu persatu sudutnya.

Hanya kicauan burung dari arah balkon dan gemericik air entah dimana pusatnya terletak.

Masa tidak ada siapapun disini? Batinku menoleh kesekeliling, tidak menemukan siapapun.

Selang beberapa waktu mengendap-endap seperti maling ternyata dugaanku salah, begitu menuruni anak tangga menuju lantai dasar walau samar sebuah alunan musik intrumental violin terdengar lembut. Mataku mendelik waspada melihat ke setiap sudut ruangan, sambil terus mencari dari mana musik itu berasal.

Ku ikuti kemana musik itu mengalun, aura ketegangan kembali menyerang tubuhku, Semoga saja tak ada kejadian buruk menimpaku lagi.

Tubuhku sekarang lebih antisipasi dari biasanya...mungkin karena mentalku yang semakin hancur, dirusak oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Tubuhku berputar melihat kesekeliling.

Mungkinkah javier pemilik rumah yang senang bermain warna hitam putih krem dan ornamen kayu oak yang juga tergila-gila akan seni lukisan. Hampir di permukaan dindingnya terpampang berbagai lukisan menakjupkan dari karya pelukis ternama. Selintas kutatap sebuah lukisan setinggi dua meter dengan panjang satu meter, terlukis indah sebuah punggung wanita mengenakan kain putih agak melorot sampai kebawah pinggulnya.

Benar-benar bernilai mahal dan menarik, tapi bukan saatnya aku terkagum-kagum.

Ku lewati sepanjang lorong yang kental udara dingin, Suara instrumental itu semakin terdengar jelas dan mengecil diakhir lagu lalu berganti ke musik lanjutan yang lebih mendayu-dayu. Alunan musik balladnya kian menggema jelas pada pintu ketiga setelah belokkan, aku mencoba menjaga jarak dan berhenti sejenak demi melihat situasi, menyembunyikan tubuhku dibalik tiang besar. Mencuri dengar apa saja yang bisa menjawab rasa penasaranku.

Tapi hanya musik..tak ada suara-suara orang didalam sana.

Aku menarik nafas panjang sebelum memasuki ruangan. Ku tepuk dadaku berkali-kali melangkah ketengah pintu, membukanya perlahan hingga tak menimbulkan decitan suara.

Ketika pintu terbuka sedikit, aroma bunga mawar menyengat keluar ruangan, beberapa wewangian lainnya pun juga tercium kuat seperti aroma cendana dan bunga tanjung yang sama dengan aroma di bath up kakakku melayang-layang diudara menyiutkan penciumanku.

Darahku berdesir melihat sebuah kolam membentuk bulat, dengan diameter empat meter dipenuhi ribuan kelopak mawar merah tercampur mawar putih menutupi permukaan air tanpa celah.

Wah....kelopak mawar sebanyak itu, pasti sangat mahal. Jeritku kagum.

Lantai dari marmer berwarna broken white itu terhampar luas dengan penerangan cahaya matahari yang menerobos jendela kaca berbentuk dinding amat besar menghadirkan pemandangan komplek dan beberapa gedung tinggi pencakar langit menjulang kokoh disela-sela jalanan besar diantara rumah warga yang berarakkan.

Cukup aneh mengingat ini adalah kolam tempat dimana semua orang harus bertelanjang ria dan siapapun bisa melihat walau tak terlalu jelas.

Jujur aroma itu memanjakan hidung dan menggoda keinginanku untuk masuk kedalam kolam, apalagi sampai detik ini aku belum sempat mandi setelah terguyur hujan lebat. Tubuhku rasanya gatal, ku endus lengan dan bagian tubuhku lainnya. Aku menepis aroma asam yang mau tak mau membulatkan tekatku untuk berendam. Toh tak ada siapa- siapa..dan aku hanya perlu mengunci ruangan ini serta menutup rapat tirai otomatis yang besarnya cukup membuatku berkedip, dan aman!

Kulakukan apa yang sudah ku fikirkan tadi, semua tempat sudah kuamankan, walau masih agak takut dan cemas aku tanggalkan satu persatu bajuku. Dengan tak sabar kusentuh pinggiran kolam lalu jemariku menyentuh beberapa kelopak bunga mawar, menenggelamkan jariku untuk mengambil sedikit air kemudian mencium air wangi yang sangat nyaman dan menenangkan itu, mengusapnya kewajahku.

Ah....benar-benar segar...batinku menjerit senang, tanpa fikir panjang segera kakiku memasuki kolam. Menenggelamkan tubuhku diantara ribuan kelopak mawar yang tak tahu siapa pemilik tempat layaknya surga dunia. Aku menyandarkan kepalaku ditepi kolam, menatap langit-langit yang benar-benar langit menapak jelas dari atap kaca dengan mata melotot lalu perlahan meredup.

Setelah dibuat letih oleh banyak kejadian miris, mungkin tubuhku memang perlu ketenangan. Walau wewangian ini tak menghapus pahitnya kejadian semalam setidaknya...air bunga ini mampu menghapus air liur para bajingan itu dan melancarkan sirkulasi darah di jantungku.

Sikapku yang sembrono memang lancang...tapi menyia-nyiakan tempat semenarik ini juga mubazir.

Alunan musik ballad berinstrumen violin entah karya siapa terdengar sayup-sayup merdu ditelingaku. Enak dan...nyaman, ah Paket sempurna untuk mencapai titik ketenangan.

Kugerak-gerakkan tangan dan kakiku seperti kura-kura terjebak cangkangnya sendiri yang terbalik menantang langit, hingga sesuatu tak sengaja membentur keras ujung kakiku dan benturan itu membuat sesuatu yang kusentuh keluar dari dalam kolam.

Tubuhku terperanjat kaku melihat sosok tubuh kekar muncul dari dasar kolam dan timbul di lawan arah dengan gerakan memikat yang melumerkan bagi siapa saja melihatnya, gerakan sexy itu didukung tanpa sehelai benangpun,ITU BERARTI DIA TELANJANG!

Sama sepertiku! Kami berdua telanjang bulat?!

Di suguhkan makhluk Tuhan paling sexy dan terpanas sepanjang hidupku. Ya Tuhan... sebagai manusia aku masih normal, darahku berdesir melihat kepalanya tertunduk dengan tatapan terpana.

Aku memang membencinya tapi ..aku juga tak kuasa tergoda oleh ciptaan Mu.

dia mengangkat kepalanya mengayun wajahnya ke kanan dan kekiri lalu mendongak kebelakang hingga cipratan rambutnya menyambar wajahku yang pucat pasih seperti gumpalan kertas kosong, menyandarkan setengah tubuhnya kedinding kolam dengan kedua lengan sampai siku bertumpu ditepi kolam.

Wajahnya mendongak lurus di hiasi debaran cepat dengan nafas bertempo naik turun.

Aku mengulum ludahku yang kering dan sakit di batang tenggorokkan, seketika pupil mataku melebar, melotot tajam menemukan javier menatapku dengan pandangan letih, dan bibir semerah kulit apel itu menguap-nguap bagai ikan terdampar jauh dari perairan.

Katakan ini mimpi tergila, terparah atau musibah yang tak ada ujungnya, atau awal dari segala penderitaanku.

Bagaimana bisa ia berada disana? Berada satu kolam denganku?! Dan kami berdua telanjang bulat!!

Muncul tiba-tiba didepanku...apakah aku yang gila karena terlalu membencinya hingga berhalusinasi atau..dia memang nyata untuk merusak jiwa ragaku?!

Kalau pernyataan keduaku benar...ASTAGA! ambil nyawaku detik ini juga Tuhan! Ini sama saja memberi ikan ke kucing yang kelaparan.

Matilah kau Vanilla!

Traumamu belum hilang..tapi pedang panjang mencabik-cabik mentalmu.

Aku merasa ada yang aneh!

Waktuku untuk memperhatikan ruangan, dan menimang-nimang apakah masuk kekolam atau tidak dan menutup tirai di dinding begitu juga mengunci ruangan serta jeda melepas pakaiaanku satu persatu kurang lebih sekitar hampir 20 menit. Dan selama itu...apakah mungkin javier sanggup menahan nafasnya didalam air ?! Selama itu!

Apa...paru-parunya tidak rusak?! Apa otak dan tubuhnya tidak bermasalah?! Atau dia memang penyakit jiwa dengan kebiasaan menyimpang? Berendam dikolam bunga-bunga layaknya wanita?!

Kusilangkan tangan kedadaku, menutupi tubuhku serapat mungkin dari penglihatannya yang sayu namun menyiratkan sorot dingin diwajahnya.

Pria yang sudah melecehkanku secara nyata bahkan di dunia mimpi pun kini terdiam menatapku, ruas jemarinya menyisir rambutnya kebelakang, meruntuhkan beberapaa kelopak mawar diatas kepalanya yang jatuh ke bahu dan ke permukaan air.

Tubuhku terlalu lemas untuk beranjak dari sini..dan pakaianku. Terlalu jauh untuk kugapai.. lalu aku harus bagaimana?! Kalau nekat sama saja mempertunjukkan tubuhku. Tidak tidak!!!

Aku menggeleng pelan, tak mampu mengalihkan mataku dari tubuh maskulinnya yang menyala oleh bulir air.

Aku pasti sudah gila kronis karena menciut melihat tubuh indah itu terbentuk dengan lekukan sempurna dada bidang berkulit putih kemerahan yang memiliki otot kekar nan ideal. Tubuh pria yang mampu melelehkan segelintir wanita manapun, tubuh yang selalu dipuja para wanita, terlihat jelas dimataku dan menusuk-nusuk lapisan kepalaku.

"Ka..ka..kau....kau..."serak disuaraku sukses membuatku gelagapan. Aku tak mampu berkata lancar saat otot ditubuhku menegang, berperang melawan suara degup jantungku yang ribut dan rasanya mau copot dari rongganya.

Bahkan nafasku putus-putus demi menyambung suaraku yang tak bisa keluar lagi.

Javier mengangkat dagunya agak tinggi seolah menantang kepanikkanku, sikapnya setenang air seakan hal ini biasa untuknya.

Rasa takut menyertai berbagai fikiran kotor dikepalaku, tubuhku pun perlahan bergerak tenggelam hingga yang tersisa Hanyalah bagian kepalaku.

Dia berada dibawah sana...sudah pasti dia melihat seluruh lekuk tubuhku, ah manalagi kaki dan tanganku bergerak seperti orang tolol...dia pasti melihat bagian yang tak sepantasnya dilihat.

Javier sudah melihatnya! Buktinya ia terkekeh geli sambil menyipitkan matanya.

Senyum liciknya menyelinap diraut dingin dengan ekspresi mengancam.

Dasar monster! Raja iblis keparat! Brengsek! Maniak! Setan jahanam! Musuh wanita! bejat !kejam! berhati dingin! Kotor! .semuanya yang hina dan jelek-jelek, buruk! Memang cocok untuk pria mesum ini.

Sedikitpun tak ada rasa bersalah terpapar diwajahnya yang menyeringai ketus, nafas lelahnya memang sama buruknya dengan nafasku namun saat desisan benci menguar dimulutku javier membalas kata-kataku dengan santai yang memukul keras kepalaku.

"ya....vanilla" ucapnya datar, memicu mataku terbelalak.

Apa..?! Barusaja dia memanggilku vanilla????

Apa aku tidak salah dengar..?!

Oh Tuhan.....darimana dia tahu namaku?!

***** PRELUDE *****

Kau tidak akan sanggup menahan diri jika kebutuhan tubuhmu lebih besar dari kewarasanmu.

-danquote-

Javier pov

Bagaimana ya aku menggambarkan dia dihadapanku...rasanya seperti ledakan bom waktu.

Wanita itu meringkuk ngeri didalam air dengan tatapan nyalang. Mulanya menatapku penuh kebencian dan jijik, namun ketika aku menyebutkan namanya. Vanilla... nama yang sangat manis.

Reaksinya seperti orang ditembak tepat ditengah kepalanya. DORR!!!

Demi apapun aku hanya sebatas menguji dan ingin tahu apakah keraguanku benar...namun keterkejutannya menjawab semuanya.

Dia bukanlah cateluna! Dia...menipu kami semua!

entah siapa dia....ada hubungan apa diantara mereka, yang pasti wanita bernama vanilla ini sangat hebat karena sudah mengelabuiku dengan suara dan wajah yang sangat mirip cateluna tanpa sedikitpun dibuang, sandiwaranya memang payah, ada beberapa keanehan dan perbedaan mencolok antara dia dengan tunanganku yang menimbulkan banyak pertanyaan.

tapi bodohnya aku tak menyadari dan justru senang atas perubahannya, jujur saja vanilla memang sedikit berbeda.
Dia sangat polos, sifatnya agak meledak-ledak namun cukup unik, menurut pandanganku dia jauh lebih cantik dibandingkan cateluna, tubuhnya sintal, bibirnya sexy dan harumnya memabukkan. SANGAT PANAS! itu persepsiku sebagai pria.

Dia sukses membuatku terpikat...tapi aku tak akan tinggal diam jika itu berurusan dengan menipu seseorang.

Aku tak tahu apa tujuan mereka sebenarnya! Dan aku benci dibuat mati penasaran.

Mengingat kejadian semalam membuatku jadi sangat malu, sumpah aku tak menyangka....akan terbakar api cemburu! Darahku mendidih menyulut emosiku, mengapa penyakit para manusia yang hanya membuat masalah itu mengenaiku?!

Anehnya api percikan itu berasal dari vanilla bukan tunanganku cateluna yang benar-benar hilang dari sebulan lalu!

Aku tak bisa menebak-nebak kecuali mengorek langsung dari para pemainnya.

Namun satu hal yang bisa kutebak saat ini, hatiku sudah dipermainkan wanita yang menatapku dengan pias, menyadari perasaan aneh yang membakar emosiku sampai ke ubun-ubun, kepalaku rasanya mau pecah, rasa menyakitkan yang sama kurasakan saat melihat jean bersama james dipodium pernikahan bagai racun mematikan.

Merusak peredaran sel darah ditubuhku hingga berujung kematian kekal.

Perasaan menyakitkan itu terulang lagi ketika aku melihat vanilla bersama pria itu, pria yang tak bisa ku anggap remeh....pria pengemudi bentley yang saat ini sedang ditelisik rico detective kepercayaanku.

kelangkaan itu menaung dihatiku...rasa cemburu...! rasa yang kukira hanya untuk jean....ternyata tidakm

Ah...mungkinkah aku menyukainya?

Entahlah!

Yang pasti sulit jika dijabarkan logika..! bagaimana bisa dia membuatku tertarik hanya dalam beberapa hari! Itu yang membuatku terkekeh sejak tadi, tapi wajah didepanku mengira tawaku adalah bentuk penghinaan atau ancaman. Bukan.. aku justru merasa konyol dengan adegan dia muncul dan masuk kekolam ini tiba-tiba, dimana tangan usil bibi elen, tangan kanan jose ketua pelayan keluarga margot. Berani mengusulkan ide gila dengan menumpahkan ribuan kelopak mawar merah dan putih dengan dalih...aroma bunga mawar serta wewangian lainnya baik untuk kulit serta kebiasaanku yang senang olah raga pernafasan didalam air.

***

Kesengajaanku membawa vanila kerumahku ...boleh aku menyebut namanya sejak sekarang! semata karena aku ingin mengupas habis tabir mistery diantara kami dan aku tak ingin siapapun tahu sampai semuanya jelas.

Aku sudah meminta para pelayan untuk bekerja sama mengikuti kebohonganku jika ibu menanyakan dimana kami berada.

Demi langkah aman aku menghubungi mariana lebih dulu, meminta foto prawedding di undur besok pagi alasannya karena cateluna sedang ingin pergi kesuatu tempat bersamaku. Aku tak mungkin mengatakan dia tak enak badan...kalian tahu siapa ibuku, bisa-bisa dia malah akan memaksa untuk menemani menantu tercintanya sampai sembuh...kecemasannya tentang bayi palsu sialan itu membuat ibuku berubah 180 ° jadi mengerikan!

Siapa sangka kata-kataku membuatnya terkunci, dia tak bisa berkutik atau berkata sepatah katapun. Tapi bukan kebisuannya yang ku mau, aku ingin dia bicara..aku butuh penjelasan.

"Siapa kau sebenarnya...?"tanyaku menatap ke dalam matanya yang sulit tenang sejak kemunculanku kepermukaan.

"A...ak..aku..."dia menemukannya suaranya walau patah-patah. Tapi pendar dimatanya kian mengerjap dan rona ditubuhnya berubah merah kemalu-maluan.

Penampilan toplessnya sangat menggoda jasmaniahku sebagai pria.

Demi langit dan bumi kepalaku sakit melihat bibirnya yang basah, leher jenjangnya mulus terhias anak rambut yang mencuat kemana-mana dan itu sukses menyiksa jagoan kecil dibawah sana.

Arghhh aku bisa gila melihatnya tubuhnya terbingkai ribuan mawar. Dia.. cantik...terlalu cantik.

Sumpah demi tuhan hanya karena itu saja fikiranku jadi tak tenang...padahal subuh tadi aku sudah merasakan bagaimana rasa dari bibirnya, leher, bahkan kedua putingnya yang kenyal, merah muda dan membuatku candu..aku ketagihan pada setiap lekik tubuhnya..andai saja dia tidak pingsan...mungkin kami berdua sudah berada di surga dunia, mengarungi kenikmatan bersama.

Tapi untuk yang tadi. . aku benar benar tak melihat bentuk tubuhnya didalam air karena mataku terpejam, aku baru merasakan kehadirannya ketika kaki kirinya mengenai bahuku.

dan kami terjebak pada pembicaraan yang memojokkannya.

Dia tetap diam...malah tak tenang, aku sampai mendengar suara gemeletuk digiginya dan nafas ribut yang seakan-akan melihat hantu.

"Apa tujuanmu...?"tanyaku menahan emosi dan hasratku yang berlomba-lomba. Menahan amarah dan hawa nafsu beda-beda tipis, tapi tetap saja konteksnya menyiksa pria normal sepertiku.

Dia mendesah dengan nafas gamang, dan bukannya kasihan aku malah tergoda untuk melanjutkan interogasiku.

"Dimana cateluna?"tanyaku gencar, tak perduli desahannya semakin kacau. Semakin menabuh dadaku. Huft...

Javier sadarlah...wanita itu ketakutan. Kontrol dirimu! Jaga hawa nafsumu..!

Iblis manapun pasti sedang berdoa agar aku menarik tubuh wanita itu dan menjadikannya pelampiasanku. Tapi aku menahannya mati-matian hingga luapan emosi yang tercipta.

Dia masih tak menjawab dan aku terus melontarkan pertanyaan.

"Ada hubungan apa diantara kalian...dan...mengapa kau menipu kami semua?!" Seruku berang, merapatkan gigiku. Menahan nafasku agar lebih tenang terkendali.

Dari wajahnya yang memutih, dan kilat hitam dimatanya aku tahu dia sama tersiksanya...bedanya ia ketakutan karena kedoknya terbongkar dan takut jika aku melanjutkan kejadian subuh tadi. Sementara aku ketakutan jika aku tak bisa menahan urat-urat tegang ditubuhku yang butuh pelepasan.

Semenarik itukah dia untuk ku...jawabannya Ya! Dia membuatku frustasi!! Untuk pertama kalinya aku bisa segila ini pada daya pikat wanita, yang bahkan jean saja tidak bisa melakukannya.

"Bicaralah....aku tidak akan menyentuhmu! Jadi bicaralah..." nada suaraku tertekan nafas berat.

Vanilla yang nyawanya bagai diujung tanduk, menggelengkan pelan kepalanya. "Jawab yang jujur...atau..."

Takut akan ancamanku, vanilla yang sudah menggigil oleh pertanyaanku, bergidik ngeri. Membuatku kesal dan memutar kesal bola mataku "Ayo cepat jawab!" Teriakku tak tahan memukul sekuat tenaga air dihadapanku, hingga menyiprat keras menampar wajah yang siap mati.

Hembusan nafas ricuhnya berbaur alunan musik instrumental karya batch, merusak tatanan suara merdu itu. Sudah habis kesabaranku yang tak mendapatkan jawaban apapun, jadi kuputuskan untuk mendekat. kedua lenganku pun lepas dari tepi kolam dan bergerak maju "kalau kau tidak mau menjawab...jangan salahkan aku jika..."

Byurrr!!!

baru beberapa langkah;dia langsung menenggelamkan kepalanya kedalam kolam.

Aku tercengang lalu mendecak tawa dengan bahu terkesiap, menghindariku dengan masuk kedalam kolam.

Dia bodoh atau bagaimana?!

Selintas fikiran gila datang dikepalaku, tubuhku bergerak mundur, kembali ketempatku semula berdiri, melipat tanganku dibawah dada.

Menunggu sampai berapa lama dia memainkan permainan yang dibuatnya sendiri.

Bibirku tersenyum miring mengamati tingkah laku vanilla yang tak bisa ku mengerti.

"Apa yang kau lakukan tidak berguna! Kau tetap harus menjawabnya jadi segera keluar dari sana!"selorohku dingin, menatap jengah kehamparan kelopak bunga mawar yang menumpuk lebih banyak ditengah.

Sedetik..dua detik..dan tiga detik berlalu mataku mengawasi sambil menghitung.

Enam puluh detik...waktu terus berjalan. Sementara aku asik berceloteh ria "kau akan mati kehabisan nafas disana...cepat keluar!" Gerutuku masih tak direspon.

"Jangan bertindak bodoh! Aku bisa menyelam...jadi tidak ada gunanya.."

Ya! Aku bisa saja menyelam dan menarik tubuhnya, tapi...niat jahatku menggelayut lekat diotakku dan aku sangat yakin sehebat-hebatnya ia bernafas tidak akan lebih dari dua menit.

Jadi...kita lihat saja. "Kau hanya perlu menjawabnya...aku juga belum tentu menghukummu" tawarku.

Dan dia bersi keras mengacuhkan demi bertahan disana, mencari aman yang menurutnya aman tapi sebenarnya menyiksa.

"Ya kalau itu mau mu..terserah!"

Ku gembungkan wajahku, air mukaku yang semula bahagia di atas penderitannya, berubah merah padam. Mendadak kesal "aku akan tetap disini...sampai kau keluar"timpalku mengancam.

Tunggu...ini bahkan lebih dari dua menit, aku melirik arah jarum jam yang posisinya berada diatas pintu. Sudah empat menit terlewati dan dia tetap tak mau keluar.

"Kau hanya perlu mengakui semuanya...jangan memperkeruh keadaan!"makiku geram, mulai tak tenang.

Apa dia sepandai itu menahan nafasnya? Kalau aku sudah jelas sangat terlatih..aku mampu menahan nafas selama 21menit 3.9 detik waktu pencapaian terakhir kali aku berlatih.

mengalahkan waktu david blaine pesulap terkenal yang mencatat rekor dunia menahan nafanya selama 17 menit 4.4 detik. Bedanya aku tak mengkomersilkan kemampuanku ke hal layak. Aku berlatih berat dengan banyak pengalihan guna membuat fikiranku tenang, membuang nafas buruk ditubuhku, dan menyehatkan paru-paru walau resikonya juga besar.

Tapi dia..sekalipun dia mampu. Jika kondisinya tegang seperti tadi tanpa pemanasan. Itu sama saja bunuh diri.

Ku lirik lagi kearah jarum jam, sudah tujuh menit..?! tanganku kembali memukul keras permukaan air "keluar...!"teriakku marah, berbentuk perintah. Mataku terpejam benci termakan emosiku sendiri. Sialannya wanita itu tak muncul juga, membuat jantungku berdetak kalut begitu jemari putihnya menyembul keatas.

"Hei...kau baik-baik saja?!" Mataku melebar kaget, segera ku ambil tindakan cepat, menyelam kedalam air dan meraih kedua lengannya yang lunglai, secepat mungkin menarik tubuhnya naik keatas permukaan.

Ya Tuhan pantas saja dia tak merespon, ini yang kutakutkan. Dia pingsan dan nyaris mati kehabisan nafas.

Mendekapnya erat ketubuhku tak berarti aku ingin menyentuhnya, karena tegang hawa nafsuku hilang entah kemana , yang ada difikiranku sekarang adalah menyadarkannya.

tubuhnya dingin sedingin es, beku diantara kulitnya yang putih bagaikan mayat hidup.
Ku telan ludahku dengan nafas tercekat. Aku menggiringnya naik ketepi kolam, menidurkannya lalu memompa dadanya yang telanjang berkali-kali sampai keluar air tapi sial tak ada tanda air keluar, maka ku jepit hidungnya dan memberikan nafas buatan. Lalu memompa lagi dadanya dan memberikan nafas buatan secara bergantian.. sampai air benar-benar keluar, namun usahaku mentah tanpa hasil. Membuat kepanikkanku meningkat, dan aku meracau ketakutan.

"Ayolah sadar! Ayo.....sadar!!!" Ku tekan dengan ritme yang tepat, mengusap kepalanya dan menepuk-nepuk wajahnya agar hangat. Tubuhnya tidak boleh dingin...!

Sudah dua kali dia pingsan dan itu tidak baik untuk kondisinya yang lemah, aku berusaha mati-matian sambil terus berdoa, dan mengumpat benci karena sulit menyadarkannya.

"Ayolah...ku mohon sadarlah!!!" Teriakku tetap berupaya, harapanku sepertinya tipis dan satu-satunya pertolongan terakhir adalah memanggil dokter.

Tapi aku tak gentar atau menyerah, aku yakin akan ada keajaiban, dengan segala usaha terakhir aku memompa dadanya sekali lagi disusul pemberian nafas buatan. Kupandangi wajahnya yang pucat pasih, andai aku tak menekan jiwanya. Andai aku bisa bersabar tak menanyakan ini itu disaat mentalnya sudah ku rusak menjelang fajar.

Aku terlalu berandai-andai, aku menyesal karena bermain dengan nyawa orang lain, "ku mohon...." ku usap wajahnya kemudian menjepit lagi hidungnya, mengatur nafas dari diafragma ditubuhku dan kusalurkan padanya.

Ku hempaskan nafas lega begitu air tersembur dari mulutnya mengenai wajahku, akhirnya dia sadar! dengan mata mengerjap-ngerjap merah ia memandangku letih. Aku merangkup wajahnya yang berusaha mencerna apa yang terjadi. "Syukurlah...syukurlah kau sadar..."

Perasaan bersalahku membuatnya terdiam, kami berpandangan tanpa ada yang membuka suara lagi hanya senyuman payah diwajahku yang bersyukur Tuhan masih mendengarku.

Nafas kami beradu disertai erangan parau dari mulutnya, manik matanya bergerak-gerak mengikuti gerakan manik mataku lalu berhenti pada bibirku.
Alisnya mengerut dan air mukanya berubah keunguan, tubuhku memang diatas tubuhnya tapi tak sampai menindihnya.

Nafasnya yang terputus kembali teralun, lebih cepat dan menjadi gusar hingga akhirnya dia melayangkan tamparan keras ke wajahku, mendorongku menjauh dari tubuhnya hingga aku terjengkang kebelakang, vanilla berlari mengambil kimono shower dengan tatapan penuh kebencian terpancar mengerikan disudut matanya, ia tak sudi menoleh kepenolongnya, dengan langkah terhuyung-huyung menghilang dibalik pintu yang dibiarkannya terbuka lebar.

Meninggalkanku yang tak bergeming, seketika tawaku membuncah, rahangku mengeras, tertawa seperti orang bodoh, jangan kira aku melepaskanya. Tidak...aku malah bersemangat berdiri dan bergegas menarik satu lagi handuk kimono shower yang lain.

"Awas kau!!!" Teriakku meradang mengejarnya keluar, ku ikuti jejak basah dilantai mengarah kelantai atas. Ke salah satu kamar yang berada paling pojok tempat dimana aku merebahkannya.

Ku gedor pintu berwarna palet kayu putih berkali-kali, entah sudah berapa kali aku berteriak kasar hari ini "kita harus bicara!" Teriakku bagai orang kesetanan. "Jangan sampai aku kasar padamu!"

Dor dor!! Dor dor!!

Aku menendang pintu, memukul dasarnya secara bersamaan.

"Vanilla! Aku mohon...kita perlu bicara!!"seruku menggebrak gebrak pintu yang rupanya tak dikunci, hanya tertahan tubuhnya yang berdiri di belakang pintu mencoba untuk bertahan, pada dasarnya wanita memang lemah. Sekali dorongan keras ku lakukan pintu itupun terbuka, didalam sana dia menjerit-jerit sambil melempar seluruh benda yang ada didekatnya.

PRANG!!! PRANG!!!!

"KELUAR!!!!" Jeritnya lantang.

Hiasan piring kaca terlempar jauh ke sudut dinding, nyaris mengenai pelipis kepalaku jika aku tak cepat menghindar.
Aku menahan gerakkan membabi butanya dengan tangan memberi aba-aba untuk tenang.

"Jangan! Jangan lakukan itu!!! Tenangkan dirimu vanilla! Kita hanya perlu bicara..."pintaku seraya memohon.

"TIDAK!!! KELUAR!!! PERGI DARI SINI!!!! JANGAN MENDEKAT!!!!PERGI!!!"larangan keras itu selaras isak tangisnya. Ia mengambil banyak benda dan melemparkan secara liar ke arahku. Tak perduli lemparannya mengenai sasaran atau tidak. Emosi vanilla meledak-ledak seperti orang kesurupan, menutup kesadarannya.

"HENTIKAN!!! VANILLA AKU TIDAK AKAN MELUKAIMU!!!" Aku balas berteriak. "KITA HANYA PERLU MELURUSKAN BANYAK HAL! AKU HANYA INGIN TAHU DIMANA CATELUNA DAN KENAPA KAU MENIPUKU"

"PERGI!!! BAJINGAN !!!!"teriaknya histeris hingga urat-urat dilehernya menonjol, aksi lemparan benda yang menghancurkan seluruh tatanan kamar itu pun berhasil ku tepis namun merobek kulit lenganku, tetesan darah segarku menetes menapak di permadani beludru. Kontras dari warnanya yang putih bak bulu domba.

Melihat banyak darah keluar dari tanganku,Matanya mencelos kaku,vanilla menghentikan gerakan tangannya, Mungkin tenaganya sudah habis terkuras, lagipula dia tak akan mampu berlama-lama bergerak setelah pingsan.

"Pergi...bajingan!!....KALIAN SEMUA BINATANG!!"teriaknya terhuyung ke dinding, ia menangis tertatih-tatih dengan mata setengah terpejam. Membuatku terpaku mencerna setiap makiannya.

Sejak semalam ia berteriak sarat makian, umpatan kebencian, raungan kemarahan yang membuatku berfikir.

Apa yang terjadi dengannya?!

Mengapa teriakkannya seakan-akan dia mau diperkosa?! Siapa yang akan melakukan hal itu selain diriku?

Atau jangan-jangan..
Sekilas bayangan para cecunguk yang nyaris mati ditanganku itu membuat ujung bibirku berkedut.

"Vanilla....apa yang mereka lalukan padamu?"tanyaku menunggu cemas matanya yang menatapku lemah namun terus memaki.

"Binatang....!" Serunya lirih, kepalanya tertunduk pasrah di dinding bergerak perlahan mendongak lurus ke arahku. Mendesis dengan seringai yang menakutkan. Penampilannya benar-benar miris membuatku merasa buruk karena turut andil dalam merusak mentalnya, tubuh itu menggigil ketakutan. Ia mengerang kala aku berusaha mendekat, kembali mawas diri dari usahaku meraih tubuhnya.

"Vanilla..." ucapku lembut, melangkah sedikit demi sedikit. Meraih ujung lengannya yang menepis tanganku.

Sontak amarahnya kembali memuncak, dia memukul, menendangku, menamparku berkali-kali. Tubuhku hanya diam setelah tahu sesuatu lebih buruk menimpanya, aku terima semua perlakuan kasarnya padaku.

"Pergi! Pergi bajingan pergi!!!"serunya serak, ia menjerit ketika tanganku sudah sampai dilengannya. Menarik paksa tubuhnya yang sama basahnya kepelukkanku.

Ku dekap tubuhnya sangat erat, menahan tiap pukulannya. Ia menangis terisak-isak didadaku. Perlawanannya tumbang begitu tanganku mengusap-usap kepalanya, menghapus bulir air matanya yang jatuh "maafkan aku.."bisikku ketelinganya. "...maaf...maafkan aku"

Pantas dia sebenci itu melihatku, amarahnya beralasan. para bajingan itu sudah lebih dulu membuatnya hancur, aku tak bisa membayangakan mereka beramai-ramai melakukan hal keji padanya.

Ya Tuhan...apa yang sudah kulakukan!? Apalagi aku juga menambahi beban lukanya, amarah dan cemburuku yang tidak tepat tak lebih dari kesalahan fatal, apa bedanya aku dengan mereka.

ARGH!!!!!!!

Aku sangat menyesali kebodohanku dan Tuhan akan menghukumku suatu saat nanti. Ya...aku akan mendapat balasannya, Firasatku selalu benar.

"Maafkan aku ...maafkan aku vanilla...maafkan..."

To be continue.....

Yang mau di up vote and comment ya. Thanks ❤

Maaf ya kalo upnya lama..saya lagi sibuk bangun usaha cafe. Jadi agak sedikit sibuk ...semoga suka ya.

Seguir leyendo

También te gustarán

349K 31.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
326K 4.5K 10
"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...
318K 16.7K 48
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
1.1M 55K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...