Love In Paris (COMPLETED)

By nadyamhrn__

125K 7.8K 588

(BEBERAPA PART DI PRIVATE. FOLLOW TO READ IT!) "Manusia tidak akan pernah abadi. Tapi cinta, akan selalu abad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
THE END

Part 33

1.7K 124 9
By nadyamhrn__

Malam ini Jason mengajak Diana untuk makan di sebuah restoran masakan Perancis. Entah kejutan apa lagi yang akan Jason berikan kepada Diana, tetapi lelaki itu berkata bahwa malam ini akan menjadi malam yang  sangat spesial. Bahkan lelaki itu telah memberikan Diana sebuah gaun hitam tanpa lengan sepanjang mata kaki dengan belahannya hingga ke paha putih wanita itu. Sementara rambut kecoklatan Diana, dibiarkan tergerai indah dengan hanya di pasangkan sebuah jepitan berwarna emas  yang pernah Jason berikan padanya kala itu.

Kini mereka tengah duduk manis menunggu pesanan mereka datang. Pemain biola senantiasa akan memanjakan telinga para tamu dengan keahlian mereka memainkan alat tersebut. Belum lagi interior yang terkesan mewah namun tetap membuat nyaman siapapun yang  memasuki restoran ini.

"Jason, apa ini...tidak terlalu mewah hanya  untuk sekedar makan malam?" ucap Diana sedikit ragu ketika Jason mengajaknya ke tempat seperti ini. Seperti tahu akan perasaan bingung  yang menghinggapi kekasihnya, Jason hanya tersenyum dan berkata, "ini  sangat spesial. Kau akan menyukainya." Diana hanya memberengut kesal karena Jason tidak  memberikan jawaban yang pasti tentang ini semua. Bahkan ia tidak  berulang tahun hari ini, terlebih Jason sudah melamarnya satu minggu yang lalu. Lantas, untuk apa ini semua? Batin Diana tidak pernah berhenti bertanya-tanya, hingga tanpa sadar pelayan telah membawakan pesanan mereka.

Ketika seorang pelayang pria membukakan tudung saji di atas meja makan Diana, yang Diana lihat bukanlah makanan yang menggiurkan yang ia pesan, tetapi sebuah amplop berwarna merah tua dengan pita yang  menghiasi bagian depan amplop tersebut. Diana mengernyit heran, ia  menatap kearah Jason, namun Jason hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tanda bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dengan perasaan ragu beradu kebingungan, Diana membuka pita tersebut dan membuka amplopnya. Diana membaca berkali-kali tulisan yang ada di kertas tersebut, memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam penulisan itu serta yang dilihatnya adalah sebuah kenyataan.

"Tiket pesawat?" ucap Diana setengah tidak percaya. Jason mengangguk.

"Ke Birmingham?" Jason mengangguk lagi.

"Kita  berdua?" Kini Jason sudah tidak tahan untuk tidak tertawa. Diana sangat  lucu dengan pertanyaan-pertanyaan yang jelas-jelas sudah ia ketahui jawabannya.

"Jason...bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau melakukan ini semua?" Kini mata Diana telah  berkaca-kaca menahan haru atas perbuatan Jason yang di luar dugaannya. Jason berdiri dan mendekat ke arah Diana, digenggamnya tangan mungil itu lalu  diciuminya berkali-kali.

"Aku akan melakukan apapun untuk  membuatmu bahagia. Besok kita akan  berangkat, masalah kuliahmu sudah kuatur, masa cutimu dan cutiku telah kuurus, semuanya telah kusiapkan sedemikian rupa. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang yang aku ingin tanyakan, apakah kau suka dengan  rencanaku ini?" Suara Jason terdengar  begitu tulus dan lembut, membuat relung hati Diana seutuhnya menghangat dan bergetar. Jason begitu mencintainya. Diana tidak bisa menahan air matanya lebih lama lagi hingga kini turunlah cairan kristal bening itu ke pipinya. Diana menutup mulutnya dengan telapak tangan dan  mengangguk, isyarat bahwa ia teramat bahagia hingga tidak dapat berkata-kata.

**
Diana dan Jason kini  telah berada di Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle. Menunggu penerbangan mereka menuju ke Birmingham, tempat dimana kedua orang tua Diana serta adiknya tinggal. Setelah kejutan yang  sangat spesial yang ia dapatkan dari Jason, Diana seakan tidak sabar untuk bertemu kedua orang tuanya dan adiknya itu. Bahkan semalaman Diana tidak bisa tidur mengingat dengan mendadak akan pulang ke tanah  kelahirannya. Diana sengaja tidak memberitahu kepada ayah dan ibunya akan pulang menemui mereka. Biarlah, Diana ingin ini menjadi kejutan besar untuk mereka, terlebih Diana pulang membawa Jason bersamanya. Ia sangat yakin bahwa  kedua orang tuanya akan menyukai Jason serta kepribadian laki-laki itu.

Jason menggenggam erat tangan Diana, agar wanita itu rileks dan menikmati penerbangan mereka nanti. Diana menoleh ke sampingnya tempat Jason menyunggingkan senyuman terbaiknya kepada Diana, membuat Diana sedikit merasa lega dengan adanya Jason selalu di sampingnya. Diana merebahkan kepalanya ke dada bidang Jason, menghirup aroma tubuh  lelaki  itu dan sekejap membuat perasaannya menjadi lebih tenang. Jason adalah tempat terbaik untuk melepaskan semua kekacauan yang ada dalam dirinya, seakan dekapan Jason adalah rumah tempat Diana selalu kembali.

"Ayo, pesawat kita sudah siap." Ajakan Jason membuyarkan lamunan Diana, sepanjang perjalanan menuju ke pesawat, lengan Jason tidak pernah lepas dari pinggang Diana, bahkan saat ada beberapa lelaki yang melirik Diana secara terang-terangan membuat Jason sedikit kewalahan menahan emosinya. Ia tidak suka  wanitanya ditatap oleh laki-laki lain. Terkadang Diana pun hanya merespon sikap posesif Jason dengan senyuman atau tawa kecil, lalu menenangkan emosi lelaki itu yang gampang meledak.

Perjalanan menuju Birmingham menggunakan pesawat tidaklah lama, hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Semakin cepat waktu berlalu, semakin cepat pula jantung Diana berpacu.

Kini mereka telah tiba di Bandar Udara Birmingham, sebenarnya bisa saja mereka melandas di Bandar Udara Internasional Heathrow, tetapi Diana memilih untuk landas di bandara Birmingham karena tempat itu tidak terlalu jauh dari rumahnya yang terletak di dekat Birmingham City Centre, membuat Diana memberikan usul agar berhenti di bandara Birmingham saja. Sebelum mereka menuju ke kediaman orang tua Diana, Jason mengajak Diana untuk pergi ke hotel. Lelaki itu tidak mungkin langsung menginap di rumah orang tua Diana, ia ingin memberikan wanita itu kebebasan dan privasi agar lebih leluasa dan menghabiskan banyak waktu bersama keluarganya sebelum kembali lagi ke Paris.

"Untuk apa kita memesan hotel?" tanya Diana ketika mereka sedang berada di mobil sedan sewaan Jason beserta supir yang mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

"Bukan kita, tetapi untukku."

"Apa?!" Diana terpekik kaget, "Diana, pelankan suaramu!" ucap Jason kala Diana berteriak di dekat telinganya.

"Maaf, tetapi untuk apa kau menginap di hotel?"

"Aku ingin memberikan kebebasan untukmu dan keluargamu, sayang. Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu datang saat pagi tiba. Aku hanya menginap disana saat malam." Jason sangat dewasa sekali berpikiran untuk memberikan Diana waktu bersama keluarganya. Diana hanya mengangguk, ia lalu merebahkan kepalanya di dada bidang Jason, menciumi leher lelaki itu membuat Jason merinding dan menggeram, "jangan memancingku, Diana." Sedangkan Diana hanya terkekeh melihat Jason begitu mudahnya dipancing. Diana semakin meniupkan nafasnya ke telinga serta leher Jason membuat sekujur tubuh Jason merinding.

Diana dan Jason tiba disebuah hotel berbintang yang berada di pusat kota. Jason memesan kamar hotel yang berada di lantai 8, beruntung karena ini bukanlah hari libur sehingga suasana hotel terlihat tidak terlalu sibuk. Diana dan Jason naik ke lantai 8. Diana masuk ke dalam kamar hotel penuh takjub, karena jendela kamar tersebut langsung menghadap ke jalan utama serta posisinya strategis menunjukkan pemandangan yang indah. Diana dapat melihat suasana Broad Street di pagi hari yang sangat cerah ini. Diana melihatnya dengan mata berbinar-binar. Sudah lama ia sangat merindukan kota ini.

"Kau menyukainya?" ucap Jason dari belakang sembari memeluk pinggang Diana. Diana mengangguk dan menghadapkan tubuhnya ke Jason, "harusnya aku yang bertanya apakah kau suka disini?" tanya Diana balik.

Jason tampak berpikir sejenak kemudian wajahnya dibuat-buat memelas, "aku lebih suka jika kau disini bersamaku." Diana tertawa dan mencium sekilas sudut bibir Jason dengan lembut dan mengatakan bahwa ia akan menemani Jason di hari kedua mereka disini, karena waktu yang mereka punya untuk berada di Birmingham hanyalah 4 hari. Jason tersenyum lalu menggandeng tangan Diana keluar dari kamar hotel. Ini bukan saatnya menarik Diana ke dalam kamar dan mencumbunya saat itu juga, tetapi ini saatnya membawa wanita kesayangannya bertemu dengan keluarga tercinta wanita itu.

Kini Jason dan Diana menaiki mobil sewaan tadi menuju kerumah Diana. Mereka melewati Broad Street di mana hotel mereka berada, karena Broad Street adalah jalan utama yang berada di kota Birmingham, maka tidak salah jika jalan ini mempunyai akses langsung yang sangat dekat dengan pusat kota, seperti Chamberlain Square atau Victoria Square (City Center dan Shopping Center Area). Jason terlihat memperhatikan kota ini karena memang Jason baru pertama kali datang ke sini. Jason pernah mengunjungi London untuk urusan pekerjaan, tetapi rasanya ia lebih menyukai Birmingham karena bangunan-bangunan dengan bata-bata merah di kota ini masih sangat terawat, membuatnya semakin terlihat indah.

Sepanjang perjalanan Diana tidak henti-hentinya tersenyum, bahkan Jason pun merasa bahagia ketika melihat binar di mata Diana tidak pernah hilang sejak kemarin. Jason merasa usahanya tidak sia-sia.

Mobil berhenti tepat di sebuah rumah dua tingkat yang cukup besar, dengan bata-bata merah masih tersampirkan di beberapa dinding rumah tersebut. Serta ada dua pilar di depan rumah itu untuk menopang rumahnya agar lebih kuat. Diana masih berdiam diri memandangi rumah lamanya. Hingga Jason memegang erat tangan Diana dan meyakinkannya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik. Dalam hatipun Jason juga merasa gugup, pasalnya ia akan bertemu dengan kedua orang tua Diana dan meminta restu mereka.

Diana berjalan ke arah pintu, dengan Jason di belakangnya membawa koper-koper mereka. Diana menoleh ke belakang dan mendapati Jason tersenyum sambil mengangguk kepadanya. Diana menarik nafasnya dalam-dalam, ia memberanikan diri memencet bel yang terletak di dinding sebelah kirinya. Bel pertama, belum mendapatkan jawaban. Diana masih tampak gugup dan tidak sabar. Hingga akhirnya pada bel kedua seorang wanita paruh baya dengan celemek di tubuhnya membukakan pintu tersebut.

Rambut pirangnya yang masih indah dan cantik, riasan yang natural, masih sama seperti dulu. Namun kini, kerutan di wajah wanita itu makin bertambah. Kedua wanita itu saling menatap tidak percaya, bulir-bulir air mata kini jatuh ke pipi Diana, ia memeluk ibunya dengan perasaan rindu yang membuncah. Evelyn—ibu Diana—berkali-kali menciumi anak perempuan semata wayangnya itu, melihat wajahnya apakah benar ini anaknya yang sangat ia rindukan.

"Mengapa kau tidak memberitahu kami akan datang, Nak?" tanya Evelyn sembari mengusap kepala puterinya. Namun Diana memilih bungkam, pikirnya nanti bisa dijelaskan tentang ini semua.

Mendengar keributan di luar, ayah Diana yang semula sedang membaca koran di dalam bergegas keluar. Pandangan Devian—ayah Diana—seketika meredup melihat puteri kesayangannya datang. Ia meraih puterinya ke dalam dekapannya, Diana benar-benar terharu dan bahagia. Sudah sangat lama sekali ia merindukan sosok seorang ayah dan ibu. Sudah sangat lama rasanya ia tidak mencium aroma keduanya. Setelah lama berada dalam situasi yang mengharukan, Diana melerai pelukan ayah dan ibunya. Ia berbalik dan memanggil Jason yang sedang berdiri di belakangnya. Evelyn dan Devian melirik ke arah dimana Diana memanggil seseorang. Kini Jason berada di hadapan kedua orang tua Diana dengan senyuman sopan dan sedikit membungkukkan tubuhnya tanda penghormatan.

"Ayah, ibu, perkenalkan ini Jason, kekasihku." ucap Diana sambil tersenyum dan merona saat menyebutkan kata 'kekasih'.

"Senang bertemu dengan Anda, Mr. dan Mrs." ucap Jason ramah.

Devian mengulurkan tangannnya, "Namaku Devian West, dan ini istriku Evelyn Michelle. Kau bisa memanggil kami Devian dan Evelyn."

Jason menjabat tangan Devian dan Evelyn dengan ramah dan sopan. Ibu Diana tersenyum pada Jason dan berkata, "kau sungguh tampan, anak muda." Diana tahu bahwa ibunya mengagumi kesopanan Jason hingga memuji seperti itu.

"Terima kasih, Evelyn. Kau pun sangat cantik, bahkan sekarang aku tahu dari mana Diana mewariskan itu semua." Raut wajah Jason terlihat tulus dan natural, membuat kedua orang tua Diana dengan cepat menyukainya.

"Baiklah, kita mengobrol di dalam. Silahkan masuk." ucap Devian menengahi.

Diana memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia yang teramat besar, dengan Jason di sampingnya yang memeluk pinggangnya erat. Seketika aura kehangatan menguar di rumah ini. "Aku akan menyiapkan kamar kalian berdua. Kalian tunggu disini." ucap Evelyn dan berlalu meninggalkan Diana, Jason, dan Devian di ruang tamu.

"Jadi, sudah berapa lama hubungan kalian?" tanya Devian seketika menarik perhatian mereka. Diana seketika menjawab, "mungkin lima atau enam bulan, Yah." Devian hanya menganggukkan kepalanya. Jason berusaha tenang meskipun di dalam dirinya tengah beradu dengan degupan jantungnya, takut jika ia salah bicara maka Devian langsung tidak menyukainya. Namun Jason ingat perkataan Diana ketika di pesawat tadi, bahwa ayahnya adalah orang yang baik dan ramah. Memang, tetapi sesama lelaki Jason pun tahu bahwa Devian benar-benar menjaga puteri kesayangannya ini.

Devian sudah tidak membahas perihal hubungan anaknya itu dengan Jason, masih ada banyak waktu untuk menginterogasi pemuda itu, pikir Devian.

Berada dikehangatan keluarganya kembali adalah salah satu mimpi Diana yang terwujud. Entah kejutan apa lagi yang akan diberikan Jason padanya, namun yang ada di benak Diana saat ini adalah menikmati tiap detiknya disini, bersama kedua orang tuanya yang sangat ia cintai.

***
hai ketemu lagi guyzzzz, sorry for late update yaaaa karna gue baru baru aja slsai uts seminggu yg lalu, dan sebenernya crta ini udh ngedraft lama bgt di folder hehe. Dont forget tinggalkan jejak kalian ya cz i made this so hard.

Btw, yg punya ig lets be friend wimme @nadyamhrn29 ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

219K 20K 22
[ kim taennie's fanfiction ] relationship goals? no, jangan harap ada di buku ini. - • - • - • - • - • - Ini bukan hubungan yang dibayangkan orang...
332K 14.2K 49
-Soft Adult- FOLLOW dulu sebelum membaca karena sebagian cerita diprivate. :) Di saat kau berusaha mati-matian menemukan kebahagiaan, tapi yang kau d...
726 11 10
Yang belum cukup umur cari cerita lain ya.
1.4M 17 1
Blurb Setelah enam tahun berlalu, Clodan Marvin di pertemukan kembali dengan bayang-bayang masalalunya, Melody Zoe. Cinta masalalu yang tidak bisa di...