Love In Paris (COMPLETED)

By nadyamhrn__

125K 7.8K 588

(BEBERAPA PART DI PRIVATE. FOLLOW TO READ IT!) "Manusia tidak akan pernah abadi. Tapi cinta, akan selalu abad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
THE END

Part 31

1.7K 137 17
By nadyamhrn__

Malam kini telah berganti pagi. Terang rembulan berganti menjadi sinar matahari yang begitu cerah. Diana meraba-raba tempat tidurnya disamping, masih dengan mata tertutup, mencari sesuatu yang biasanya selalu memeluknya erat kala pagi datang. Namun disampingnya kini hanyalah angin, dan terasa dingin.

Dengan perlahan Diana membuka matanya, Jason sudah tidak disampingnya. Lalu dengan susah payah Diana mencoba duduk, mengumpulkan segenap nyawanya yang berlarian ke alam bawah sadar. Dilihatnya di nakas, ada sebuah note kecil. Diambilnya kertas tersebut.

Saat kau bangun mungkin aku sudah tidak disampingmu, aku pergi ke kantor. Jangan lupa menghubungiku jika kau akan ke kampus.

Milikmu,
Jason.

Diana tersenyum membacanya, lalu bangkit menuju kamar mandi untuk bersiap. Saat ini sudah pukul 7 itu berarti masih ada satu jam untuk bersiap menuntut ilmu.

Diana mencari-cari bajunya yang kelonggaran agar bisa menutupi perutnya yang sedikit mulai membesar. Ia lebih memilih kemeja berwarna biru langit, lalu ditimpa dengan sweeter berwarna keabu-abuan yang lumayan cukup besar.

Setelah dirasa sudah siap, Diana ke dapur untuk membuat susu, namun ternyata ada sebuah piring bertutup dengan tudungnya, dan sebuah note kecil bersandar didepannya.

Sarapanlah yang baik.

Ketika dibuka, ternyata sebuah roti lapis. Diana tersenyum, Jason begitu memperhatikannya. Dengan cepat Diana melahap sarapannya jika tidak ingin datang terlambat.

**
Diana tiba lima belas menit sebelum pelajaran dimulai. Diana melirik ke bangku sampingnya, rasanya sepi tanpa Jason berada didekatnya seperti biasa. Diana menyadari bahwa kini ia sudah teramat bergantung dengan lelaki itu.

"Ms. Diana, bisakah kau menjelaskan bagaimana seharusnya seorang script writer atau penulis naskah melakukan tugasnya dengan baik?" Tanya Mr. Jordan ketika menyadari Diana tengah melamun disana.

Diana sontak kaget, namun ia berusaha tenang. Lalu berdehem sekali, "seorang penulis naskah tentunya adalah bagian terpenting dalam suatu produksi film, radio, dan semacamnya. Selain tugas mereka adalah sebagai pembuat naskah yang dimana mereka harus dapat membuat cerita semenarik mungkin agar diterima oleh produser dan kru-kru lain, mereka juga harus mampu mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang mereka tulis. Seorang penulis naskah juga harus memiliki intelijensi dan imajinasi yang kuat, sehingga pembaca atau penonton dapat terhanyut dalam cerita yang mereka buat." Jawab Diana santai. Dosennya yang masih berumur sekitar 38 tahun itupun tersenyum dan berkata, "baiklah, kurasa kau memang memperhatikanku." Diana tersenyum menanggapinya.

"Baiklah, semuanya. Kita akhiri mata kuliah hari ini, sampai bertemu minggu depan." Ujar Mr. Jordan lalu disusul oleh kerumunan mahasiswa yang berlarian keluar tidak sabar untuk segera pergi dari ruangan membosankan itu.

Diana rencananya akan ke toko buku untuk membeli beberapa buku novel karna rasanya sudah sangat lama ia tidak membaca novel-novel terbaru.

Seseorang menepuk pundaknya membuat Diana sontak membalikkan tubuhnya.

"Diana." Ujar Vicky tersenyum menampakkan jajaran giginya yang putih.

"Oh, Vic. Kau mengagetkanku. Ada apa?" Ujar Diana akhirnya.

"Uhm, aku ingin meminta maaf aku tidak bisa menghadiri pemakaman Nick beberapa waktu lalu. Aku sedikit...sibuk." Ujar Vicky menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Bagaimanapun ia merasa tidak enak pada Diana.

"Oh tidak apa-apa. Aku mengerti." Jawab Diana tulus. "Apa kau akan pergi dengan Jason?" Tanya lelaki itu. Sama pasalnya dengan Diana, Vicky pun telah mengetahui permasalahan sulit yang dialami Diana selama ini bersama Jason dan Nick. Bahkan kala itu Vicky meminta maaf karna telah membabakbelurkan wajah Jason.

"Tidak. Dia bekerja. Kau mau menemaniku? Ke toko buku?"

Senyuman Vicky merekah lebih lebar, "dengan senang hati, Ms. Michelle." Diana hanya terkekeh dan memukul lengan Vicky pelan.

**
"Kau akan membeli buku sebanyak itu? Tidakkah itu terlalu...banyak?" Ujar Vicky tak percaya saat Diana telah membawa empat buku novel dengan ketebalan yang membuat Vicky mengerutkan keningnya tak percaya.

Kini mereka berada disalah satu toko buku terkenal di Paris yaitu Shakespeare and Co. Toko buku ini memiliki sejarah yang panjang, bermula dari seorang wanita bernama Sylvia Beach yang mendirikan toko ini pada tahun 1922 di daerah Rue de l'Odeon. Pada tahun-tahun tersebut, Shakespeare and Co. sempat dijadikan tempat berkumpul para penulis terkenal seperti Ernest Hemingway, Ezra Pound, James Joyce, dan lainnya. Sayangnya pada saat itu toko ini terpaksa ditutup selama perang dunia kedua berlangsung dan tidak pernah dibuka kembali. Setelah perang dunia kedua berakhir, seorang lelaki asal Amerika Serikat bernama George Whitman—yang awalnya datang ke Perancis sebagai petugas medis—memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya pada bidang sastra. Ialah yang pada tahun 1951 membuka sebuah toko buku di Rue la Bucherie, yang berdekatan dengan Kilometer Zero kota Paris dan berhadapan dengan katedral Notre Dame. Awalnya, toko buku milik Whitman ini diberi nama "Le Mistral". Namun, ia menggantinya menjadi "Shakespeare and Company" untuk menghormati Sylvia Beach, pemilik Shakespeare and Co. terdahulu. Fasilitas yang terdapat di toko buku ini terbilang cukup unik, antara lain tempat tidur, piano, dan ruang membaca yang terletak di lantai atas, yang dapat dimanfaatkan bagi para penulis dan pengunjung. Diana baru satu kali berkunjung ke toko buku ini, dan ini adalah kali kedua ia memutuskan untuk pergi ke kesini. Ada keinginan Diana untuk menulis buku, tapi keinginan belum pada tahap apapun. Ia hanya ingin mencoba, dan tentunya jika ia menekuni lebih giat, Diana ingin menulis disini. Terlebih, nama tempat ini adalah salah satu nama penulis kesukaannya, William Shakespeare.

"Ini bahkan masih belum cukup. Ah, kurasa ini saja dulu. Ayo."

Vicky hanya mengekor di belakang Diana yang dari tadi antusias memilih novel-novel bergenre romance dan fantasi.

"Mau makan dulu?" Ujar Vicky, "aku lapar." Lanjutnya.

Diana melihat jam dipergelangan tangannya, waktu baru menunjukkan pukul empat sore. Jason baru akan menemuinya nanti malam.

"Ayo, aku juga lapar."

Kini mereka berada didalam mobil Vicky, mencari restoran terdekat. Sebelumnya Diana mengirimi Jason pesan singkat mengatakan bahwa dia akan makan dengan Vicky. Tetapi Jason tidak membalas pesannya membuat Diana sedikit curiga. Mungkin dia terlalu sibuk, batin Diana meyakinkan.

"Apa dia tidak membalas pesanmu?" Tanya Vicky disela-sela menyetirnya.

"Hmm." Jawab Diana malas.

"Mungkin dia sibuk." Ujar Vicky meyakinkan.

Oh jelas saja Diana memutar matanya kesal, itu juga yang ia pikirkan dari tadi. "Bagaimana hubunganmu dengan Jason?"

"Sejauh ini masih baik-baik saja."

"Apa akan lanjut ke altar?" Goda Vicky.

"Yang benar saja kau ini, aku masih harus menyelesaikan studiku dua semester lagi. Aku bahkan belum berpikir hingga kesana. Dan Jason tampaknya belum memikirkan hal itu."

"Mungkin dia memikirkannya, tapi tidak memberitahumu?"

"Mana kutahu." Seketika perkataan Vicky sukses membuatnya kembali berpikir keras. Sampai saat ini Jason belum pernah mengatakan hal-hal berbau pernikahan padanya. Membuat Diana sedikit meragukam apakah Jason benar-benar mencintainya. Ataukah Jason memang belum memikirkan karna Diana masih harus menyelesaikan studinya. Atau karna kesibukannya pada kantor juga kuliahnya. Diana belum bisa berbicara mengenai kehamilannya kepada Vicky. Entahlah, Diana pusing memikirkan hal itu secara tiba-tiba.

Saat mereka sampai disalah satu restoran yang sederhana, Vicky dan Diana bergegas masuk dan memesan makanan mereka. Untuk mengisi kekosongan sambil menunggu pesanannya datang, mereka mengobrol mengenai beberapa hal. Seperti bagaimana hubungan Diana dengan kedua orang tua Nick sampai saat ini, dan rencana Diana untuk liburan semester nanti. Vicky bahkan cerita bahwa ia akan pergi ke Roma, tempat dimana ia akan liburan. Vicky terlihat antusias, bahkan tidak sabar untuk segera pergi kesana, dan berharap ia akan menemukan seorang wanita yang mampu membuatnya bertekuk lutut. Diana menanggapi setiap cerita Vicky dengan tertawa, tak jarang mereka saling melemparkan guyonan. Hingga makanan mereka sampai pun, mereka masih tetap bercerita layaknya tidak bertemu selama bertahun-tahun.

"Terima kasih untuk hari ini, Vic." Ujar Diana saat mereka telah sampai di depan apartemen milik Diana. "Sama-sama. Sampaikan salamku pada Jason." Diana mengangguk dan keluar dari mobil Vicky. Menunggu mobil itu hingga menghilang di jalanan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, tetapi Jason masih belum membalas pesannya. Seharusnya Jason sudah pulang pukul 5 tadi. Sambil berjalan masuk ke apartemennya, Diana menekan tombolnya menghubungi Jason. Tiba-tiba saja sebuah tangan membekap mulut Diana dari belakang, dalam sekejap pandangan Diana menjadi kabur.
Dan segalanya menjadi gelap.

***
Baiklah, spesial part utk mlm mggu yaw, jgn lp vomments ya guys. Semakin dikit yg votes semkin lama cerita ini update. Atau bahkan bisa2 gue hapus dari wattpad. Thx.

Msh sama, baca fanfic gue jdulnya Style ya 🙈🙈
And follow ig: @ndymhrn29 🔫

Continue Reading

You'll Also Like

872K 40.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.9K 428 5
Adik kelas yang naksir Toro dan akhirnya bisa dapetin hatinya, mereka berdua berakhir pacaran. Namun, cukup banyak masalah yang harus dihadapi oleh m...
326K 25.5K 82
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
505K 29.7K 44
Awalnya tidak menyangka dan sangat tidak menyangka, tapi itulah cinta. Adult and romantic.