Love In Paris (COMPLETED)

By nadyamhrn__

125K 7.8K 588

(BEBERAPA PART DI PRIVATE. FOLLOW TO READ IT!) "Manusia tidak akan pernah abadi. Tapi cinta, akan selalu abad... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
THE END

Part 18

3.5K 195 8
By nadyamhrn__

Lelaki itu duduk di ruang tunggu rumah sakit, ditemani oleh wanita yang sudah beberapa hari ini bersandar pada bahunya. Dilihatnya wanita cantik yang tengah tertidur pulas di sampingnya itu. Raut wajah kelelahan dan lingkaran hitam dibawah mata wanita itu begitu jelas di kulitnya yang putih pucat.

"Jason." Sapa seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan.

Jason mendongak, mendapati Mr. Davis--ayah wanita itu yang baru keluar dari ruang rawat.

"Kalian boleh pulang." Ucap lelaki paruh baya itu.

"Uhm, lalu bagaimana denganmu?"

"Aku akan disini dengan Kate. Kau dan Emily pulang saja. Kalian sudah sangat lelah menjaganya beberapa hari ini." Senyuman William Davis tampak tulus. Meskipun beberapa helai rambut-rambut putih telah menghiasi rambutnya yang hitam, namun itu tidak memudarkan kharismanya sebagai laki-laki tampan.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan membangunkan Emily sebentar lagi" Ucap Jason.

"Ya, jangan sampai kalian sakit. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kate sudah lapar dan minta dibelikan makanan."

"Baiklah." Ucap Jason. William tersenyum lalu pergi meninggalkan Jason yang masih duduk di bangku, dengan Emily yang masih tertidur pulas di bahunya.

"Em." Panggil Jason.

"Em, bangun." Sesekali Jason menepuk-nepuk pipi Emily.

"Uhmm.." Emily menggeliat masih di alam tidurnya.

"Kita harus pulang, Em. Kumohon bangunlah." Geram Jason.

Setelah beberapa menit, barulah Emily sedikit tersadar dari tidurnya. "Ada apa?" Ucapnya mengantuk.

Jason meregangkan otot-ototnya, dua jam berada diposisi seperti tadi cukup membuat tubuhnya bertambah pegal. "Kita pulang. Will bilang dia yang akan bertugas menjaga malam ini bersama Kate."

"Oh, ya. Baiklah." Masih dengan setengah sadar, Emily bangkit dari duduknya dan menopang tubuhnya dengan berpegangan pada lengan Jason. Jason sendiri sudah terbiasa dengan tingkah laku Emily yang seperti itu. Tidak pernah berubah dari dulu, batin Jason

Setelah mengantarkan Emily ke rumah, Jason melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Emily.

Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran dan di hati Jason. Mengenai seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak sempat ia kabari karna terlalu sibuk menemani Emily.
Diana, pikirnya.
Apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu? Apakah dia merindukanku?
Namun Jason tidak membiarkan semua pertanyaan itu menjadi semu tanpa jawaban. Dia memutar mobilnya berbelok arah ke satu tujuan yang sudah ada di pikirannya, apartemen Diana.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Seharusnya Diana belum tidur saat ini, maka dari itu Jason yakin bahwa Diana ada di apartemennya saat ini. Jason melaju dengan cepat, tidak sabar bertemu dengan wanita yang dirindukannya selama ini. Senyumannya, wajahnya yang senantiasa memerah jika digoda olehnya, dan bibirnya yang kemerahan itu.

Jason tersenyum. Diana Michelle. Wanita yang membingungkan hatinya, mencurinya, dan menyimpannya terlalu dalam, hingga Jason sendiri tak mampu keluar darinya.

Perasaan ini. Apakah benar ini adalah cinta, yang selalu dikatakan orang-orang itu?

**
"Tunggu sebentar." Diana baru selesai mandi dan masih menggunakan kimono langsung bergegas menuju pintu apartemennya. Ketukan di pintu apartemennya menuntut untuk segera dibuka. Membuat Diana hampir tersandung oleh kaki meja makannya.

Diana menggeram dalam hati. Pasalnya, belum ada yang bertamu padanya malam-malam seperti ini kecuali pengantar makanan.

Diana membuka kenop pintunya, dan pemandangan dihadapannya ini benar-benar diluar dugaan. Sosok yang selama ini ia rindukan, yang menghilang tanpa jejak selama empat hari namun terasa seperti empat tahun bagi Diana, sosok yang menghinggapi hatinya dan pikirannya hingga ke ubun-ubun, sosok yang mampu menjungkirbalikkan perasaannya, sosok yang ia benci sekaligus ia cintai dengan sangat dalam, sedang berdiri dihadapannya dengan kedua bola mata hijau emeraldnya dan senyumannya yang begitu mempesona, serta satu tangannya yang memegang satu bouquet bunga mawar putih dan satu mawar merah ditengah-tengahnya dan satu tangannya lagi dimasukkan kedalam saku celananya, terlihat tampan dan panas. Diana mendadak beku ditempat ia berdiri. Perasaan rindu, marah, terkejut, dan bahagia bercampur aduk didalam dirinya saat ini. Diana ingin langsung menerjang Jason dengan pelukan dan ciuman-ciuman rindu, tetapi untuk bergerak saja ia tak mampu.

"Jason." Ucap Diana hampir tidak terdengar.

Jason menyunggingkan senyuman mautnya dan melangkah masuk, membuat Diana otomatis memundurkan langkahnya perlahan. Entah kenapa kakinya terasa begitu berat saat ini. Jason menutup pintu apartemen Diana dengan sebelah tangan, dan tangan satu lagi masih memegang bouquet bunga tersebut.

"Aku tahu mungkin kau bertanya-tanya mengapa aku tiba-tiba datang kemari, setelah beberapa hari tidak memberimu kabar." Ucap Jason lembut. Oh betapa Diana sangat merindukan lelaki itu. Bahkan suaranya seindah melodi. "Ada hal yang tidak bisa kuceritakan padamu. Kumohon jangan salah paham. Dan aku hanya ingin kau tahu bahwa aku merindukanmu, D." Suaranya begitu lembut dan tulus ditelinga Diana. Rencananya yang ingin marah dan menghujami Jason dengan beribu makian mendadak sirna seperti pasir terkikis ombak.
Diana masih tidak bergerak. Dia masih membisu. Lidahnya kelu. Lalu ia maju perlahan, melangkah kearah Jason berdiri. Jarak diantara mereka semakin sempit, hingga hanya bouquet bunga itulah yang menghalangi. Diana menatap ke kedalaman mata Jason. Mencari letak kebohongan dimata lelaki itu. Namun Diana benci, benci harus mengakui bahwa tatapan mata Jason begitu tulus. Semuanya terdengar jujur tanpa kebohongan. Perlahan, Diana mengulurkan tangannya menyentuh wajah Jason. Menelusuri tiap jengkal wajah lelaki itu dengan jari-jemarinya yang lentik. Menyentuh matanya, hidungnya, rahangnya yang tegas, dan terakhir bibirnya. Diana benar-benar memastikan bahwa ini bukanlah mimpi atau ilusi.

"Aku disini, Diana." Seakan tahu bahwa wanita itu sekarang tampak tidak percaya.

Jason memejamkan mata menikmati sentuhan Diana. Menikmati bagaimana kelembutan kulit Diana menyentuh wajahnya dengan lembut. Membayangkan bagaimana mata biru laut Diana memancarkan kerinduan yang teramat dalam kepada dirinya. Jason sudah tidak bisa lagi menahan dirinya.
Segera ia rengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya, sementara bouquet bunga tadi telah terjatuh dilantai tak ia pedulikan. Yang ia inginkan hanyalah Diana, hanya Diana seorang.

Diana merasa kakinya benar-benar mati fungsi saat ini. Untunglah Jason memeluk tubuhnya erat sehingga ia tidak terjatuh kelantai. Jason memeluknya posesif. Diana membalas pelukan Jason, begitu erat begitu intim. "Apa yang kau lakukan padaku, Diana? Kau membuatku gila." Bisik Jason ditelinga Diana. Diana tidak mampu lagi menahan laju air matanya. Ia begitu merindukan sosok yang sedang merengkuh seluruh tubuhnya secara utuh. Ia begitu merindukan Jason hingga ke akar-akar. Ia tidak mau Jason pergi lagi, tidak. Ia menginginkan Jason dan membutuhkannya.

Jason menghirup aroma tubuh wanita itu, bau lavender dan juga vanila menguar dari tubuh wanita itu. Rambutnya wangi stroberi. Aroma yang sangat disukainya. Dia menciumi puncak kepala Diana berkali-kali. Lalu melerai pelukan mereka untuk melihat wajah cantik wanitanya itu. Jason melihat air mata keluar dari sudut mata Diana. Ia tersenyum lembut seraya mengusap air mata yang terus keluar dari mata indah Diana.

Sampai saat ini Jason belum membalas ucapan Diana yang mengatakan bahwa Diana mencintainya. Tetapi Diana yakin bahwa Jason memiliki rasa yang sama. Dari mana datangnya tebakan itu? Mungkinkah karna sikap Jason padanya selama ini?

Jason kemudian mencium kening Diana cukup lama. Mengalirkan hangatnya perasaan rindu yang telah menggelegak direlung hatinya. Diana memejamkan matanya, merasakan sentuhan hangat Jason yang sudah sangat ia rindukan. Ciuman Jason beralih ke kedua mata Diana yang tertutup, kemudian ke pipinya, hidung, hingga akhirnya Jason menyentuh sudut bibir Diana dan mengecupnya perlahan. Jason mengeksplorasi setiap sudut bibir Diana dengan rinci seperti tidak ingin terlewat satu inci-pun. Diana masih terpejam ditempatnya, merasakan setiap sentuhan hangat Jason yang membuatnya luluh dan bahagia. Jason kemudian mencium bibir Diana yang penuh dengan kasih dan sayang. Lidahnya mendesak masuk, perlahan menggigit kecil menarik bibir bawah Diana yang sedikit terbuka kemudian menciuminya dengan intens. Jason mengabsen tiap geligi Diana tanpa ada yang terlewat. Diana rasanya ingin runtuh dengan perlakuan lembut dan seksi Jason, untunglah Jason memeluk pinggang Diana hingga ia tidak takut untuk terjatuh.

Diana melingkarkan lengannya ke leher Jason dan masih memejamkan matanya. Menikmati detik-detik yang Jason isi dengan sangat indah di dirinya.

Ciuman Jason beralih ke tulang rahang Diana, kemudian menyusuri belakang telinga Diana yang membuat Diana menggeram kecil. Jason menciumi tengkuk Diana dan beralih ke leher wanita itu. Meninggalkan jejak merah kecil tanda kepemilikan disana. "Kau milikku, Diana. Hanya milikku." Jelas Jason masih dengan menciumi leher Diana. Diana hanya mendesah kecil mendapati perlakuan Jason yang begitu lembut kepadanya.

Jason mengangkat tubuh Diana di depan dadanya dan membaringkan tubuh kecil itu ke kasur milik Diana. Jason menindih tubuh Diana di bawahnya, dan kembali mencium wanita itu dengan lembut hingga berubah menjadi semakin memburu seiring dengan deru nafas mereka. Diana mengacak-acak rambut Jason, sungguh ini adalah hal yang paling memabukkan yang pernah Diana rasakan, bahkan Nick tidak pernah sebegitu membuatnya gila. Desahan-desahan Diana semakin keras kala Jason menciumi leher dan telinganya secara bergantian.

"Apa kau menginginkanku?" Tanya Jason di telinga Diana dengan sangat seksi.

Diana menggigit bibir bawahnya tak kuasa menahan gairah yang sudah membludak saat ini. Diana menganggukkan kepalanya.

"Katakan sayang, katakan bahwa kau menginginkanku seperti aku menginginkanmu." Suara Jason selembut sutra, seindah lagu. Membuat Diana tidak bisa berkata tidak.

"Ya, aku menginginkanmu Jason. Aku sangat menginginkanmu, saat ini. Sekarang. Dan selamanya." Diana merona mendengar penuturannya sendiri, tidak mampu membuka matanya. Jason tersenyum melihat Diana dan sekaligus senang mendengar bahwa Diana juga menginginkannya. "Buka matamu, sayang." Ucap Jason. Diana perlahan membuka matanya, mendapati lelaki bermata hijau yang memiliki bulu-bulu halus disekitar rahangnya sedang menatapnya intens dan tersenyum lembut. Oh betapa sempurnanya dia, Tuhan, batin Diana.

Kemudian Jason menciumi bibir Diana. Kali ini lebih kasar, seksi, dan bergairah. Membuat Diana hampir kewalahan namun juga menikmatinya. Tangan Jason bergerak menyingkapkan kimono mandi yang digunakan Diana, melepaskan tali yang mengikatnya. Masih dengan menciumi bibir Diana, Jason mengelus perlahan perut ramping Diana. Menelusurinya dengan telunjuk, membuat Diana meracaukan erangan-erangan kecil. Ciuman Jason beralih ke leher Diana dan memberikan tanda lagi disana. Kemudian Jason melepaskan kimono mandi Diana. Diana membantu Jason dengan mengangkat sedikit tubuhnya.
Terpampang jelas tubuh Diana yang kecil namun cukup berisi, berwarna putih-merah jambu masih menggunakan bra dan celana dalam hitam rendanya.

Jason menatap keindahan tubuh Diana, matanya menelusuri tiap inci tiap jengkal tubuh wanita itu. Membuat Diana malu setengah mati, "Kau begitu indah, sayang." Puji Jason. Matany menggelap penuh gairah. Sontak saja pujian itu membuat Diana merona malu dan memalingkan wajahnya dari Jason. Jason benar-benar memperlakukannya dengan sangat istimewa. Mata Jason belum beralih dari tubuh Diana, Jason masih ingin menikmati pemandangan yang begitu menakjubkan di depannya ini. Melihat Diana yang memalingkan wajahnya yang merona, Jason mengusap wajah Diana dan mencium pipinya lembut dan tersenyum tulus. Menampakkan 110% ketampanannya yang tiada tara itu. Diana tidak mengerti apa arti tatapan itu. Yang Diana tahu hanyalah, Jason begitu mempesona.

Jason berusaha keras untuk tidak egois kepada Diana, meskipun saat ini sudah ada sesuatu yang mendesak keluar dibalik celananya. Namun ia harus memberikan pengalaman pertama mereka dengan sangat indah, sehingga Diana--mereka berdua tidak akan melupakan sentuhan pertama mereka. Jason kembali menciumi bibir Diana dan kedua tangannya mengusap-usap perut Diana dengan lembut. Hal itu menggelikan sekaligus nikmat bagi Diana.

Kemudian Jason menyelipkan sebelah tangannya kebalik punggung Diana. Diana mengangkat sedikit punggungnya, Jason mencari-cari sebuah alat kecil yang membuat bra itu masih menempel. Ketika ia sudah berhasil membuka kaitan bra Diana, ia melemparkan barang itu ke sembarang tempat.

Tidak ada yang mengahalangi tubuh atas Diana sekarang. Sehingga menampakkan payudaranya yang padat dan berisi. Jason kembali memandangi tubuh Diana itu. Kemudian perlahan ia mengelus pelan permukaan kulit payudara Diana dan kemudian menangkupkan tangannya, menggenggam payudara Diana yang terasa begitu pas di tangannya. Diana menahan desahannya dengan menggigit bibir bawahnya. Perlakuan Jason yang begitu nikmat dan perlahan membuatnya tidak kuasa menahan gejolak gairah yang sudah diujung kepala saat ini. Jason memijit pelan payudara Diana, membuat Diana akhirnya mendesah hebat seiring dengan sentuhan Jason.

Jason meniupkan nafasnya ke puncak payudara Diana, dan menghantarkan kegelian bagi Diana sendiri. Diana merasa sudah sangat basah sekarang. Jason membuatnya gila. Membuatnya benar-benar hilang kendali.

Tidak mau kalah, Diana menarik kaus yang membungkus tubuh atletis Jason ke atas, berusaha melepaskannya dari tubuh lelaki itu. Jason membantu Diana dengan mengangkat kedua tangannya. Diana menatap sekejap tubuh Jason yang begitu tegap. Otot bisepnya begitu sempurna. Diana mengelus pelan dada Jason, mengusapnya hingga ke perut membuat lelaki itu menggeram dalam aktifitasnya menjelajahi tubuh wanita itu.

Bibir mereka masih beradu, hanya suara decakan-decakan merekalah yang menggema diseluruh ruangan itu. Jason merasa kebutuhannya akan Diana sudah melampaui batas sekarang.
Dia menginginkannya sekarang. Saat ini. Begitupun dengan Diana.

Jason mencoba memberikan posisi yang nyaman bagi Diana, memperlakukannya seperti tuan putri, mengistimewakannya. Diana menyukai itu. Sangat menyukai itu.
Gejolak yang sudah membuncah di dada mereka, perlahan makin naik. Makin tinggi. Hanya deru angin dan nafas saling beradu mengisi gelombang nada persatuan mereka. Geraman-geraman berat dari Jason, dan erangan-eragan kecil yang meluncur dari bibir mungil Diana, ikut berlomba menghiasi penyatuan kedua insan yang sedang dimabuk kepayang itu. Hingga akhirnya mereka mencapai puncak masing-masing. Tetes keringat membasahi tubuh mereka, sebagai bukti betapa hebatnya penyatuan cinta yang mereka lakukan tadi.

Jason jatuh di samping tubuh Diana, menarik tubuh mungil itu untuk didekapnya erat-erat. Membungkusnya menggunakan kedua tangannya yang kekar. Menciumi puncak kepala Diana berkali-kali. Dan menghapus bulir-bulir keringat yang masih menetes dari pelipis wanita itu. Diana terlihat semakin cantik sekarang, semakin bersinar karna warna kulitnya yang putih-merah jambu. Memperlihatnya wajahnya yang kelelahan namun bahagia.

"Kau cantik, Diana." Ucap Jason lembut di telinga Diana.

Diana membenamkan wajahnya di pelukan Jason, tak kuasa menahan rasa bahagia yang meliputi dirinya saat ini. Jason mengusap punggung Diana untuk membantu wanita itu turun dalam lembah mimpinya.

Dengkuran kecil Diana terdengar di telinga Jason. Menunjukkan bahwa wanita itu sudah terlelap ke alam mimpi saat ini. Jason merasa benar-benar bahagia. Ia sangat merindukan Diana, merindukan semua tentangnya.
Diciuminya puncak kepala Diana berkali-kali, dan dipeluknya erat-erat tubuh Diana seperti tidak ingin Diana pergi kemanapun.

Sebenarnya Jason tahu bahwa apa yang dilakukannya ini benar-benar salah, namun ia sudah tidak peduli dengan semua itu. Nasi sudah menjadi bubur. Itulah intinya. Dan ia takkan pernah melepaskan Diana. Mulai saat ini, Jason tidak akan melepaskan Diana. Dia begitu mencintai wanita itu. Meskipun ini salah, ia tidak peduli. Selagi mereka berdua sama-sama menikmatinya, tidak ada yang salah dari itu.

Kemudian Jason terlelap, menyusul Diana ke alam mimpi. Mimpi indah mereka berdua. Menambah kenangan-kenangan indah yang mereka buat berdua.

***
Yeaaayy malem minggu dpt scene yang begini pasti para jomblo sedang mengkhayal wakaka
Siapa coba yang ga melting digituin ama cowo yakan yakan yadong T_T
Maafkan aku Diana membuatmu berada diposisi sulit seperti ini *obok-obok dada Jason*
Yaudahlahyaaa jalanin ajasih D. Seperti tai yang melaju membiarkan arus membawanya entah kemana wkwkw

Jangan jadi fucking silent reader ya! Kasih interaksi! Trims.

Continue Reading

You'll Also Like

31.2K 2.9K 37
Telah tersedia di Google Play Books (Repost) Sofia merasa hidupnya terlalu sempurna. Terlahir dengan wajah cantik dan juga dikaruniai otak yang pinta...
20.5K 2K 41
Ini adalah kisah cinta pertama yang telah terjadi dan memiliki akhir yang gelap. Semua masa lalu yang sudah dikubur dengan susah payah, kini kembali...
44.2M 2.3M 96
SERIES SUDAH TAYANG DI VIDIO! COMPLETED! Alexandra Heaton adalah salah satu pewaris Heaton Airlines, tetapi tanpa sepengetahuan keluarganya , dia men...
6.2K 655 36
Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang kamu sukai adalah tetangga rumahmu sekaligus guru privatmu? ***** Sequel kedua dari Teman Kakakku. Bisa di...