ENCHANTED | End

By retno_ari

123K 11.1K 794

Spin-off CONNECTED Namanya Demas, manusia dingin yang sialnya membuat jantungku kehilangan ritme. Aku jatuh... More

Hai!
01
02
03
04
05
06
07
08. KK || Hidden Part 1
09
10
11
12
13. KK || Hidden Part 2
14
15
16
17
18. KK || Hidden Part 3
19
20
21
22
23
24. KK || Hidden Part 4
25
26
27
28 + info
29. KK || Hidden Part 5
31
32
33. KK || Hidden Part 6
34
35
36. KK || Hidden Part 7
37
38
39
40
41. KK || Hidden Part 8
42
43
44
45 | Giveaway Time!
46. KK || Hidden Part 9
47
48
49
50. KK || Hidden Part 10
51
52
53. KK || Hidden Part 11
54
55
56. KK || Hidden Part 12
Bisik-bisik Extra Chapter
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Info Extra Part [Dunia Pernikahan]
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 8 & 9
Extra Part 10
Extra Part 11
Extra Part 12
Extra Part 13
Extra Part 14

30

1.9K 221 15
By retno_ari


Untuk tahu perkembangan Demas- Zoya di kantor, interaksi apa saja yang terjadi, baca bab di Karyakarsa ya!





Harusnya aku sudah di rumah, tapi Rio menahanku di pantri. Kami ngobrol cukup lama, membahas project GL yang kami kerjakan bersama sampai membahas dunia malam yang mengerikan. Rio terang-terangan bilang kalau dia sudah tidak perjaka lagi. Sinting, kan?!

Dari tampangnya saja sudah kelihatan nakal, terus kenapa dia ngomongin itu sama aku? Sejujur itu, maksudnya apa coba?

Aku mendadak kesal sendiri ketika dia membahas masalah keperjakaannya yang sudah direnggut oleh cinta pertamanya di masa kuliah. Dia kehilangan itu saat ikut party di puncak. Konyolnya, dia mengaku dia yang dijebak oleh teman ceweknya saat ikut mabuk.

Gggrrrrr!

Untung Papa agak konservatif, tidak pernah mengizinkan aku seliar itu. Di masa kuliah yang namanya ngumpet-ngumpet dari orangtua buat nongkrong di luar itu sering, tapi Papa selalu meneleponku kalau aku belum kelihatan juga ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Setelah kerja seperti ini, Papa tidak terlalu mengekangku lagi, paling hanya sekadar mengingatkan bahwa anaknya harus jaga diri dari lelaki hidung belang, tukang merayu, serta para predator yang selalu melancarkan aksinya dengan beribu macam cara.

Di banding dua sahabatku, Alya dan Inas, aku memang sedikit nakal karena pernah masuk ke dunia malam. Tapi di banding teman-temanku yang lain, yang berada di luar sana, aku masih anak baik-baik karena selalu ingat rumah dan wajah Papa ketika ditawari wine dan sejenisnya.

Aku memang bukan orang suci, banyak dosa yang sengaja dan tidak sengaja kuperbuat. Tapi, aku tidak akan membiarkan jati diriku direnggut oleh gemerlap dunia. Itulah mengapa aku dan Rio tidak cocok, kami beda pandangan dan urusan kehidupan lainnya. Bagiku hiburan di kala penat bukan kelab malam dan lompat-lompat di Senopati, tapi rumahku, semua ada di sana.

Pukul setengah sembilan lewat sedikit, akhirnya aku menapaki lantai parkir yang sunyi. Dan akhirnya telingaku bebas dari cerita kenalakan Rio lainnya yang membuat aku menahan sesak. Seandainya orangtuanya tahu, apakah tidak akan jantungan? Atau malah membiarkan anaknya seliar itu? Aku tidak tahu pendidikan seperti apa yang orangtua Rio ajarkan. Atau mungkin bukan salah orangtua kita yang terlalu baik atau terlalu keras dalam mengasuh kita, tapi salah kita sendiri yang tidak bisa memilih kehidupan yang baik, sehat, dan bersih.

Ck! Aku melihat ada sesuatu yang aneh pada mobilku, aku berjongkok di dekat ban belakang untuk memastikan sesuatu.

Ban mobilku ternyata kempes! Aku langsung menelepon bengkel langgananku, orang-orangnya tidak bisa datang karena baru saja tutup. Aku menelepon Mang Maja, sopir rumah, dia biasa membantu dalam masalah seperti ini, tapi teleponku tidak diangkat. Kusandarkan punggung ke pintu mobil, berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali ke lobi saja. Lebih baik pulang dengan taksi, urusan mobil kutunda dulu karena sudah malam.

Kakiku hendak melangkah setelah balik badan, namun seseorag mencegatku dan membuatku kaget bukan main. "Lo?!" nyaris saja aku menjerit. Tanganku turun dari dada, jantungku masih berdebar kencang.

"Apa penampakan gue nyeremin?" ujarnya datar. Dia tidak merasa bersalah sama sekali karena sudah membuatku sekaget ini, bagaimana kalau aku jantungan dan mati di sini?

Aku menggeleng ragu. "No. Ini cuma sepi aja, gue kira ... yah, begitulah." Aku tak melanjutkan kalimatku, lalu menatapnya dari atas sampai bawah, dia terlihat sedikit kacau.

Demas menyelipkan tangan kanannya ke saku celana, terlihat santai dan tidak seperti biasanya. "Mau kemana?"

"Pulang." Balasku seraya menunjuk arah tangga turun.

"Mobilnya?"

Aku mengangkat bahu, "kayaknya bocor."

Tanpa basa-basi lagi dia sudah berjalan ke mobilku, mengecek semua ban dan berhenti di bagian belakang samping kanan. "Ada ban serep?"

"Nggak usah, gue mau naksi, itu besok lagi." Jawabku sambil berjalan ke sisinya. "Gue juga nggak tahu punya ban cadangan atau enggak." Memang begitu kenyataannya, aku tinggal pakai mobil ini, semua sudah beres oleh Mang Maja.

"Kunci mobil lo?" Demas menengadahkan tangannya yang baru keluar dari saku celana.

Aku melangkah mundur. "Mau apa?" anehnya tanganku segera menyerahkan benda yang dia minta. Kulihat Demas membuka bagasi mobilku dan mengeluarkan ban cadangan dari sana, Pak Maja penuh persiapan juga.

Setelah meletakkan ban baru di sisi mobil, Demas berjalan ke lorong lain, aku mengikuti langkah kakinya. "Mau apa?" tanyaku sekali lagi.

"Gue ada dongkrak, lo duduk mobil gue aja, takut lama." Suruhnya sambil membuka bagasi mobil Fortuner hitam yang sepertinya masih baru. Dia mengeluarkan dongkrak dan kunci roda yang tersimpan di sana, menutup pintu bagasi kembali.

Aku tidak menuruti perintahnya, terus mengikutinya sampai dia berjongkok di dekat ban belakang mobilku. "Gue di sini aja. Lo bisa benerin?" tanyaku waswas, mengabaikan rasa penasaranku soal Fortuner yang dibawa Demas, kayak kenal monor plat-nya. Punya orang kantor sini juga, kan? Entahlah.

"He-em." Demas menjawab tanpa melirikku. "Gue mantan montir di sekolah," lanjutnya sambil memasang dongkrak dengan benar.

"Anak motor?" aku berdiri agak jauh dari punggungnya, dan mataku sibuk mengawasi pekerjaannya.

"Nggak juga, anak baik-baik." Sahutnya enteng.

Aku menahan senyumku, menatap langit-langit basement. Dia ngajak bercanda gitu?

Kakiku tetap berdiri dan tak kemana-mana, terpesona menatap Demas yang terlihat terampil mengganti ban. Mulai dari mengendurkan semua baut ban, mengangkat mobil dengan dongkrak, mencopot ban lama dan memasang ban baru, menerapkan baut kembali dan mengencangkannya. Saking seriusnya, aku sampai tak sadar Demas sudah berdiri menatapku.

"Selesai." Dia mengusap keningnya yang berkeringat dengan lengan kiri.

"Tunggu!" cegahku saat dia akan memasukkan ban bekas ke bagasi. Aku mengeluarkan tisu dari dalam tas, memberikannya pada Demas.

Dia menerima tisuku, mengusap kening dan tangannya sampai bersih. "Yuk!" ajaknya setelah semuanya beres.

"Arah kita beda, kan?"

"Gue antar ke bengkel, isi angin dulu. Lo tahu bengkel dekat sini?"

Aku menggeleng. "Enggak sih."

"Gue tahu. Ban lo harus isi angin, biar jalannya enak." Jelasnya sambil melirik jam di pergelangan kiri. "Masih buka sih jam segini."

"Oke. Makasih."

"Hem." Demas menungguku masuk ke mobil.

Sebelum membuka pintu, aku mendapat telepon dari seseorang. Kaget juga saat tahu siapa yang menelepon dalam situasi gerah begini. "Kenapa, Yo?" ucapku setelah menempelkan ponsel ke telinga kanan.

"Di mana?" sambar Rio.

"Lantai parkir."

"Kok masih di sana?"

"Tadi ada masalah, ban bocor. Tapi udah dibantu sama ... Demas." Lirihku pelan, orangnya masih berdiri di sini.

"Terus masih di sana?"

"Sudah mau balik kok. Kenapa telepon? Penting?"

"Penting buat gue, kangen aja."

"Kampret!" tanpa sadar aku sudah memaki cowok lain di depan Demas. Dia tampak tak peduli, syukurlah.

"Baru pisah sudah kangen gue, serius."

"Shut up! Gue mau nyetir, sudah ya." Aku membuka pintu mobil.

"Mobilnya sudah nggak apa-apa?"

"Aman. Sudah ya, gue tutup."

"Nanti gue telepon lagi kalau lo sudah sampai rumah."

"Jangan! Gue mau istirahat, ngantuk!" cegahku, siapa juga yang pengin ditelepon cowok yang baru curhat kalau keperjakaannya sudah hilang? Okay, ini bukan tentang Rio masih perjaka atau tidak, aku memang tidak mau diganggu saja olehnya.

"Gue temenin lo bobok. Boleh?" ajakan Rio mulai melantur dan menjurus.

"Amit-amit, Daryo!" sentakku sepenuh hati.

Rio tertawa terbahak-bahak, aku memutus sambungan begitu saja.

Klik.

Aku sempat menoleh pada Demas sebelum masuk ke mobil. "Katanya mau nganter?"

Dia mengangguk, dan berlalu ke mobil ... entah mobil siapa sih itu? Seingatku, tidak pernah ada Fortuner di halaman rumahnya.

Aku mengikuti mobil Demas yang berada di depanku, menuju bengkel pada pukul sepuluh malam. Beruntung sekali kalau ada bengkel terdekat yang buka sampai selarut ini. Dan ternyata memang ada! Demas baru saja menghentikan mobilnya di depan bengkel yang tidak pernah aku kunjungi, aku memarkir mobil agak maju dan buru-buru turun.

Terlihat Demas sibuk mengurus ban baruku, ia berbicara dengan montirnya. Ban segera diisi angin dan Demas membayarnya di meja kasir.

"Makasih banyak." Ucapku sungguh-sungguh.

"Hem. Langsung baik, kan?"

"Iya." Balasku disertai anggukan.

"Hati-hati."

"Ya, lo juga." Aku membalik badan, masuk ke mobil. Saat akan menyalakan mesin, ponselku berdering keras, aku mengorek isi tas di samping sampai menemukan benda berisik itu.

Rio lagi yang menelepon. Kali ini aku tidak mau mengangkatnya. Dasar manusia nggak tahu diri dan sopan santun. Kenapa sih yang tipe begini harus muncul dikehidupanku? Lelah rasanya. Kubiarkan ponsel tetap berdering dan melemparnya ke jok.

Sementara itu Demas membunyikan klakson agar aku segera jalan.

Sabar dong, aku lagi kesal nih. Kamu nggak tahu apa aku lagi pusing karena kamu baiiik banget hari ini. Nggak biasanya!



...

GIMANA KALAU ZOYA NGGAK MOVE ON JUGA?

PADAHAL ADA DARYO YANG SABAR NUNGGUIN 😄😁

Continue Reading

You'll Also Like

636K 42.5K 49
Dia itu seperti air, aku tidak bisa tanpanya, tapi juga bisa mati karenanya.
3.5M 85.6K 40
Keinginan Diana untuk merebut tunangan sahabat nya, harus berakhir kegagalan. Karena bukan nya berhasil menjebak tunangan dari sahabat nya, Diana ma...
490K 39K 35
Narendra, N nya itu NEKAT meski ditolak Ara berkali-kali dan kena sembur tiap ngajak deket lagi. Mantan yg tiba-tiba datang saat duo admin lambe tura...
788K 102K 42
Kendra Audrya, mahasiswi Hukum semester akhir yang jatuh cinta pada sepupu tunangannya. Pria yang memiliki selisih usia 11 tahun itu bernama Erwin, s...