Cipher | ✔

By AyuWelirang

16.9K 4K 308

[The Wattys 2022 Winner - Mystery/Thriller Category] [Silakan follow sebelum membaca dan jangan lupa tinggalk... More

.:: Prakata
.:: Evolusi Sampul
.:: Meet the Cipher Breakers
Prolog
1 - Crimson Night
2 - Lucene
3 - Cryptonym: jimmo
4 - Awanama
5 - Feisty
.:: Log AWANAMA 01: Jimmo's Archive
6 - Catur Pandita
7 - Patroli Siber
8 - Pentester
9 - Bukan Nostalgia
10 - Siber Alfa
.:: Log AWANAMA 02: Ubermensch's Archive
11 - Laporan Pertama
12 - Honeypot
13 - Russell
14 - Adin is MIA
15 - MLI Tech
16 - Laporan Kedua
17 - Unnamed Corpse
18 - Enemy in the Front Line
19 - Steganografi
20 - F is for "Forgotten"
21 - Bos
22 - Penambang
23 - Long Lost Brother
24 - Bayangan
25 - Pelayat Asing
26 - Unfinished Code
27 - Catur dan Wibi
28 - Rendezvous
29 - A Flying Spy
30 - Two Roads Intertwined
31 - Dua Pengejaran
32 - No Distance Left to Run
33 - D-Day
35 - Launcher
36 - Counter
37 - Reverse Engineered Program
38 - Catur versus Wibi
39 - Tenggelam Bersama
40 - Mulai dari Nol
41 - Leaked Scandal
42 - Disappear Always
Epilog

34 - 1984

191 72 1
By AyuWelirang

"Bagaimana persiapan untuk peluncuran 1984 di beberapa platform pemerintahan?" tanya seorang pria berusia 68 tahun pada Wibi.

Ruangan pertemuan mereka seperti biasa tidak Wibi ketahui. Bahkan Wibi tak bisa menembusnya secara daring. Setiap hendak bertemu kelompok yang Wibi kenali sebagai Big Brother, Wibi selalu diminta meninggalkan mobilnya di parkiran Blok M. Dari sana, Wibi berjalan kaki ke tempat keluarnya bus dari terminal dan dijemput oleh mobil berkaca gelap. Pengemudi serta dua orang penjaga memakai topeng wajah, sehingga Wibi juga tidak mengenalinya. Yang pasti, setiap Wibi hendak masuk mobil, selalu ada pointer sniper yang membuat baterai kehidupannya berkurang satu persen setiap harinya. Wibi sendiri berpikir, dalam seratus hari ke depan, dia mungkin bisa tewas jika kesepakatan ini terlalu lama diulur-ulur.

Dualisme identitas Wibi membuatnya tidak bisa bergerak leluasa seperti dulu. Setelah bernegosiasi dengan iblis negara, Wibi mau tak mau harus mengerjakannya sampai selesai. Dia tak tahu takdir seperti apa di masa depan, jika menolak kerja sama dengan deep state actor.

"Apa kelompok Bapak sudah pastikan aman? Pemilu 2019 tinggal menunggu waktu, Bapak sekalian harus sudah mulai memantau opini publik sejak saat ini. Namun, jika platform yang akan terpasang program kami belum siap, tentu saja kami juga tidak siap," balas Wibi dalam kapasitas sebagai Bos bagi Feisty dan Klaus.

Pria lain yang lebih tua dan gempal, mengisap cerutu dengan khidmat. "Timnya Pak Budiman sudah aman, kamu nggak usah khawatir. Prototipe programnya yang penting sudah full feature seperti yang dijanjikan, tho?" tanya pria itu menjebak.

Wibi tak berani mengatakan kalau setengah program utama masih berlarian dibawa kabur pencuri sialan. Namun, karena timnya sudah mengerjakan rencana cadangan dengan membuat program yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki fungsi serupa, Wibi masih bisa membeli waktu. Tentu saja dia berharap agar Feisty segera menangkap pencuri berkas penting itu.

Salah seorang pria tua terbatuk kecil. Lamunan Wibi pun buyar. "Program sudah full feature. Pengumpulan data biometrik, alamat terkini (baik sesuai KTP pun non KTP), pemantauan nomor ponsel, pemantauan via kamera ponsel dan eavesdropper," jelas Wibi sembari menunjuk berkas yang ia sajikan di hadapan lima deep state actor yang memiliki nama hanya satu suku kata.

Budiman.

Saman.

Holis.

Adiba.

Linggar.

Wibi sendiri tak mengenali mereka karena tak pernah tampil di televisi. Namun, nama terakhir mengingatkannya pada kawan lama. Catur Pandita. Hanya saja, seingat Wibi, ayah Catur tak memiliki nama Linggar. Lagipula, ayah Catur adalah Kapolda pada periode presiden ke-4, sehingga wajahnya sering tampil di muka umum dan media. Tidak mungkin ia menjadi seorang deep state actor.

"Apa mungkin saudaranya? Ah, berpikir apa aku ini," bisik Wibi sembari terus menjelaskan.

Pak Linggar memeriksa berkas dan menutupnya pelan. Ia menyodorkan kotak besar hitam ke meja dan mendorongnya ke arah Wibi. "D-Day hari Senin kan kau bilang? Jika ada bug dan membuat program ini diketahui khalayak sampai mengacaukan rencana kita untuk pemilu 2019, sebaiknya kau cepat-cepat menggunakan isi kotak ini."

Jantung Wibi mencelus saat membuka isi kotak. Sebuah senjata api lengkap dengan butir pelurunya, tampak mengilat dan terawat. Fakta bahwa Wibi sudah dipaksa memusnahkan dirinya sendiri bahkan sebelum peluncuran program pemantauan dimulai, membuat pria necis itu hilang nyali.

***

Keesokan harinya, di Polda Metro Jaya, Catur Pandita sudah sampai pagi sekali. Ia berkeliling di sekitar meja Unit 2 dan 3. Para pemiliknya belum datang. Di meja Wicak, tampak foto ketika kolega kerjanya itu masih muda. Ia merangkul orang yang lebih gempal darinya. Keduanya memakai jubah paduan suara gereja yang sama.

Catur tersenyum melihatnya dan hendak melanjutkan berkeliling saat ia dikejutkan oleh sebuah sapaan.

"Bang Catur, lagi apa?" tanya Wicak. Kanit 3 Subdit Siber itu langsung menuju meja kerjanya dan membalik foto yang tadi sedang Catur pandangi dengan baliho dalam foto, bertuliskan:

Paduan Suara Panti Asuhan Kasih Maria.

MAGETAN.

"Ah, kebetulan sekali sudah datang. Ngomong-ngomong saya mau merekap dan menyimpulkan laporan Patroli Siber yang sudah kita selidiki," ungkap Catur setelah Wicak menaruh ranselnya di loker bawah meja dan menyalakan komputer.

"Kesimpulannya apa, Bang?"

"Tentu saja Mas Wicak benar. Hanya laporan iseng. Bahkan penggunanya memang anak warnet kurang kerjaan. Apa saya bisa minta tolong Mas Wicak membuat laporannya?" tambah Catur.

Wicak menyanggupi. Hanya membuat laporan tentu saja pekerjaan termudah yang bisa dia lakukan.

Setelah Wicak mengiyakan, Catur pun pamit dan kembali ke kubikelnya. Andar, anak buahnya yang biasanya datang paling pagi ke kantor—sebenarnya karena dia memang tak pulang—tak tampak batang hidungnya. Saat Tere datang, Catur otomatis langsung menanyakan kabar petugas Unit 1 itu ke si gadis pucat.

"Andar cuti hari ini, katanya mau istirahat. Lumayan dari Jum'at sampai Minggu. Karena dia minggu lalu belum sempat pulang, makanya hari ini mau sekalian laundry dan lain-lain," jawab Tere kemudian.

Catur hanya menggeleng. "Punya rumah bukannya pulang, malah nongkrong di kantor polisi. Nggak jelas itu anak. Ya udah, berarti hari ini kamu bantu saya menyimpulkan laporan ya, Ter," lanjut Catur.

Tere menerima perintah itu. Ia pun segera menyiapkan berkas-berkas yang sudah Andar titipkan padanya untuk dilaporkan pada Catur.

***

Di lokasi yang telah ditentukan, Caraka dengan kode nama Jimmo sudah siap bertempur. Ia merapikan perangkat komputer yang akan ia gunakan untuk melakukan counter attack terhadap program pemantauan massal. Sebentar lagi program akan diluncurkan. Caraka menunggu para anggota Awanama lainnya hadir.

Baru saja hendak duduk, bel pintu ruangan besi di ruko markas berbunyi. Caraka menyalakan kamera pengintai yang sudah terpasang di luar ruko dan memeriksa sosok yang menekannya.

"Ah, itu Nitta," gumamnya saat melihat satu-satunya perempuan di Awanama telah tiba.

Memasuki ruangan besi, Nitta langsung duduk dan ikut menyiapkan perangkat. Ia berencana memakai laptop andalannya untuk menyusun serangan balik nanti.

"Siapa aja yang datang hari ini?" tanya Nitta sambil menyiapkan laptop berikut pernak-pernik lainnya.

Caraka masih sibuk memeriksa monitor dan mengecek pendingin di ruangan yang lebih mirip bunker dalam ruko terbengkalai itu. Dia kini mulai merambah ke bagian perkabelan dan berjongkok di bawah meja. "Aku undang semua. Kiri, Patrick, Kebo, dan kamu. Masalah mereka akan datang atau tidak, aku tidak tahu," jawabnya.

"Apa serpent_soul akan datang?" tanya Nitta lagi.

Kepala Caraka terantuk meja saat akan bangkit. Setelah perlahan muncul dari sana, dia malah tertawa. "Dia dan aku orang yang sama. Itu ID lama. Semua masalah ini bermula dari program yang aku buat dan hanya aku yang bisa membukanya. Namun, setelah kucoba cek flash drive yang kamu dapat dari Adin Fikri, dia sudah menambahkan keamanan lain. Jadi, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menggagalkan peluncurannya," jelas Caraka lagi.

Nitta terdiam, tidak kaget sama sekali. Hening melanda keduanya. Pada akhirnya, Nitta melanjutkan, "Aku membocorkan identitasku pada polisi siber itu. Aku mempercayainya dan sangat yakin kalau dia akan kita butuhkan di masa depan. Dia tidak berbahaya."

"Aku tahu, tapi kamu nggak usah khawatir," balas Caraka. Baru saja hendak bicara, bel kembali berbunyi. Seperti sebelumnya, Caraka mengecek kamera pengintai. "Nah, dia datang," tambah Caraka sembari membuka kunci ke pintu utama.

Seorang lelaki dengan tubuh kurus dan bahu cekung, memasuki markas yang akan mereka gunakan. Napasnya agak putus-putus. Saat sosok itu muncul di ruangan utama, mata Nitta terbelalak. Sebuah inhaler yang digenggam, menjadi pemandangan paling utama dari sosok itu.

"Sa-saya Andar Kusuma. Kode nama: akuinikiri," balas sosok itu yang tentunya mengejutkan Nitta. Baru saja kemarin gadis itu terlibat pengejaran dengan dua sosok tangguh dan satu sosok berpenyakit asma, kali ini orang itu muncul di hadapannya.

"Polisi?! Lagi?!" seru Nitta penat. Ia memijat keningnya.

Andar hanya mengangguk dan ia mulai menyalakan laptop yang akan ia gunakan untuk membuat program serangan balik. 

Continue Reading

You'll Also Like

4.8K 1.2K 52
[Mystery/Thriller] Karir Dominic Sawyer sebagai pencuri bayaran nyaris tamat saat misi terakhirnya membuatnya harus dikejar aparat setempat, interpol...
3K 264 31
Tentang gadis yang menghilang di laut dan kembali ke daratan, tanpa siapa pun mengenalinya kecuali seorang. "Aku ingat buih hari itu berwarna emas te...
1.3K 239 16
[Mystery] 1926. Mary kira, dengan menjadi Mario Mitford, ia tak lagi diremehkan. Hidupnya sudah ada di titik nyaman sempurna sejak Perang Dunia I ber...
5.6K 1.2K 16
Magoirie terlahir sebagai manusia biasa yang sengaja dipilih untuk dianugerahi berkah oleh Sang Dewi agar menjadi para penyeimbang alam. Tugas utama...