Cipher | ✔

By AyuWelirang

17K 4K 308

[The Wattys 2022 Winner - Mystery/Thriller Category] [Silakan follow sebelum membaca dan jangan lupa tinggalk... More

.:: Prakata
.:: Evolusi Sampul
.:: Meet the Cipher Breakers
Prolog
1 - Crimson Night
2 - Lucene
3 - Cryptonym: jimmo
4 - Awanama
5 - Feisty
.:: Log AWANAMA 01: Jimmo's Archive
6 - Catur Pandita
7 - Patroli Siber
8 - Pentester
9 - Bukan Nostalgia
10 - Siber Alfa
.:: Log AWANAMA 02: Ubermensch's Archive
11 - Laporan Pertama
12 - Honeypot
13 - Russell
14 - Adin is MIA
16 - Laporan Kedua
17 - Unnamed Corpse
18 - Enemy in the Front Line
19 - Steganografi
20 - F is for "Forgotten"
21 - Bos
22 - Penambang
23 - Long Lost Brother
24 - Bayangan
25 - Pelayat Asing
26 - Unfinished Code
27 - Catur dan Wibi
28 - Rendezvous
29 - A Flying Spy
30 - Two Roads Intertwined
31 - Dua Pengejaran
32 - No Distance Left to Run
33 - D-Day
34 - 1984
35 - Launcher
36 - Counter
37 - Reverse Engineered Program
38 - Catur versus Wibi
39 - Tenggelam Bersama
40 - Mulai dari Nol
41 - Leaked Scandal
42 - Disappear Always
Epilog

15 - MLI Tech

208 67 8
By AyuWelirang

Caraka terkejut saat klien pentesting yang harus ia lakukan bersama Lucene adalah Divisi Riset dan Pengembangan Teknologi milik MLI Tech. Pagi itu, tim MLI Tech menyambut tim Lucene dengan megah dan lengkap. Wibisana Bima sebagai kepala divisi tersebut, langsung menyambut Mona dan Nitta, lalu menyalami Caraka yang canggung.

"Jangan defensif gitu," bisik Nitta pada Caraka sembari menunduk dan mendekat ke bahu lelaki jangkung tetapi bungkuk itu.

"Nggak defensif. Siapa yang begitu?"

"Santai," bisik Nitta lagi. "Mereka korporasi besar, tapi mereka tetap butuh jasa kita, kan? Jadi, nggak usah merasa insecure."

Caraka menahan tawa, meskipun wajahnya masih menampakkan kekakuan. "Kayaknya bukan saya yang insecure, tapi kamu mungkin, Nit?"

Nitta menyenggol bahu Caraka pelan, kemudian tersenyum memaksa pada beberapa tim Wibi yang menyambut ketiga gembel Lucene itu.

Atasan divisi tujuan Lucene pagi itu, tengah memakai pakaian agak kasual. Ia memakai jas dengan dalaman kaus abu-abu. Kacamata Wibi bertengger di hidung mancungnya. Tiap senyumnya mengembang, ujung matanya berkerut.

"Cakep banget Pak Wibi," bisik Mona. Nitta mengangguk paham di samping Mona. Dalam hati, dia mengerti kenapa Mona hari ini berdandan heboh, sementara Nitta hanya memakai flanel dan mengikat rambutnya yang bau karena belum keramas.

"Mari, masuk ke ruang rapat utama. Kita mulai kick off dulu biar tidak terlalu siang," ujar seorang perempuan yang mendampingi Wibi. Mungkin dia manajer proyek seperti Mona, hanya saja dari sisi MLI Tech.

Ketiga karyawan Lucene melewati lorong yang sama seperti ketika pertama kali memasuki kantor itu. Di sebelah kanan ada ruangan besar yang terbuka dan semerbak aroma makanan. Beberapa juru masak tengah merapikan meja dan menyusun makanan.

"Wah, makan enak nih siang nanti. Asyik!" bisik Nitta lagi. Entah kenapa dia senang berbisik pada Caraka.

Lelaki itu hanya mengangguk. Kalau tahu dia akan datang ke kantor mewah begitu, dia seharusnya tadi mempertimbangkan untuk mandi dulu di kantor, tak lupa juga memotong poni. Akhirnya, Caraka hanya menyisir rambutnya dengan jari dan merapikan poni yang sudah kusut. Ia bahkan melepas kacamata buramnya dan meniup lensanya, lalu membersihkannya dengan kaus di balik flanel.

Di ruang rapat besar, Wibi membuka agenda kick off alias peresmian kerja sama pentesting selama beberapa minggu ke depan. Setelah itu dia juga memaparkan beberapa rencana divisi yang dia pimpin dalam satu tahun ke depan. Meskipun tidak ada urusannya dengan Lucene, ketiga karyawan kantor kecil itu tetap mendengarkan. Sebenarnya, Nitta lebih tertarik pada kehadiran makanan di ruang sebelah mereka.

Baru saja memikirkan itu, makanan ringan dan jajanan pasar yang dikemas secara lebih mewah, terhidang di hadapan masing-masing peserta rapat. "Sembari mendengarkan presentasi, bisa dinikmati juga sajian sederhana ini," sebut Wibi di tengah-tengah presentasi strategi divisinya.

Nitta dan Caraka yang memang lapar, tak malu mencomot makanan itu. Sementara Mona masih bertahan dengan sikap sok anggun dan penuh tata krama. Nitta terkekeh pelan lalu berbisik lagi pada Caraka, "Padahal si Mona pasti kelaparan juga, tuh. Cuma dia jaga image aja di depan bos divisi yang kata dia tampan itu." Nitta menunjuk Wibi dengan jarinya yang tersembunyi di bawah meja, supaya tidak ketahuan tengah membicarakan Wibi terang-terangan.

Caraka menahan tawa lagi. "Memang dasar, perempuan di mana saja tetap suka berspekulasi. Bisa saja, kan, Mona memang nggak lapar?" timpal Caraka pelan.

Nitta tak menjawab dan hanya mencomot lemper.

Dua puluh menit presentasi tak jelas itu selesai. Wibi meminta Mona maju. "Silakan, Bu Mona. Perkenalan tim Lucene yang akan membantu pentesting nanti boleh dimulai."

Mona maju dengan percaya diri. Dia memang sudah cocok didapuk menjadi project manager, karena dia paling tepat berada di bawah lampu sorot. Sementara Nitta dan Caraka, tentu saja hanya mengerjakan bagian teknis dan tak mungkin berada di depan sana untuk menjelaskan rencana proyek.

"Nah, saya akan memanggil dulu dua teman sekaligus tim di Lucene. Keduanya sebagai pentester," sebut Mona tiba-tiba sembari mengayunkan telapak tangan, mengajak Nitta dan Caraka maju. Mungkin, walau percaya diri, tetap saja Mona merasa gugup bicara di depan jajaran direksi.

Nitta dan Caraka maju dengan canggung. Masalahnya, pakaian mereka hari itu lebih cocok disebut pakaian rakyat jelata, sementara orang lain yang hadir rapat sudah berbusana necis. Kedua pentester Lucene itu tetap maju walau menanggung malu.

Mona menyodorkan mikrofon, sepertinya dia betulan gugup. Nitta menerimanya dengan kegugupan yang lebih parah. "Ha-halo. Fahima Nittari, pentester Lucene," ucap Nitta terbata-bata seraya menggeser mikrofon pada Caraka.

Lelaki itu menunduk dan berbisik, "Mahendra Caraka."

Suaranya kecil, sampai-sampai mikrofon tak bisa mengamplifikasinya.

"Hah, siapa?" tanya Wibi dari kursi di depan mereka. Direksi MLI Tech yang lain hanya saling berbisik, agaknya sedikit meragukan dua sosok berantakan yang berada di depan mereka.

"CA-RA-KA," eja Caraka, kali ini agak terlalu keras. Mikrofon pun berdenging, membuat para peserta rapat spontan menutup telinga. Akhirnya, Caraka meminta izin pada pengatur sound system untuk menonaktifkan mikrofon itu. Dia bicara lebih leluasa dengan volume standar, tidak kekecilan atau kebesaran. "Saya Mahendra Caraka. Pentester dari Lucene," ulang Caraka.

Wibi mengernyitkan dahi. Sepertinya dia pernah mengenal Caraka, tapi entah di mana. Ia tetap memperhatikan Caraka sepanjang penjelasan, kemudian sampai peresmian proyek, hingga akhirnya direksi bubar dan tinggal acara makan-makan saja pada jam dua belas siang tepat.

"Halo," sapa Wibi di acara makan-makan. Ia menyalami Nitta, Mona, dan Caraka bergantian.

Tatkala dia menyalami Caraka, Wibi tak melepasnya secara langsung. Dia malah bertanya, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Sepertinya belum, Pak Wibi," jawab Caraka cepat. Wibi pun melepas jabat tangan itu.

"Saya kayak pernah melihat kamu, tapi nggak tahu di mana," ulang Wibi lagi, setengah menyelidiki.

Caraka menggeleng cepat. Mona dan Nitta datang menyelamatkan lelaki canggung itu. "Oh, mungkin Bapak pernah lihat dari situs Synexis kali? Dia pernah ditampilkan di sana. Ya, kan? Benar, kan, Raka?" paksa Mona sembari mengedipkan matanya agar Caraka menyetujui usul bohong itu.

"Oh, mungkin dari sana, Pak. Saya dulu pentester di Synexis Indonesia." Caraka mengikuti sandiwara itu. Padahal, sepertinya tak ada tuh yang namanya menampilkan wajah karyawan di situs Synexis.

Wibi menganga, baru memahami bahwa Caraka memang bukan pria biasa. "Pantas saja. Oh ya, saya kenal sih beberapa orang Synexis. Darmo masih di sana? Kalau... Ehm, kalau Lina masih di sana juga nggak?"

Caraka menggeleng. "Sudah pada resign kayaknya, Pak."

Wibi mengecek arloji, lalu menyudahi basa-basi. "Nah, saya pamit dulu, harus rapat lagi sama direksi, nih. Nanti pas proyek mulai hari Senin, saya akan mampir-mampir. Selamat menikmati hidangan!" Wibi melambaikan tangan sebelum akhirnya menghilang di pintu menuju lorong ke lobi divisinya.

***

Setelah Wibi menghilang dan makanan masih sisa banyak, Nitta dan Caraka malah membungkus makanan-makanan itu seperti orang kelaparan. Mona sebagai teman kantor, merasa malu menonton keduanya. "Kalian ini lama-lama kayak duo gembel. Lapar banget memangnya?" protes Mona.

Nitta tak peduli dan memasukkan makanan lain. "Yah, ini makanan sayang banget. Yang datang kick off cuma berapa orang tadi? Makanannya segini banyak. Mubazir. Mendingan juga buat stok di kosan," terang Nitta. Ia tentu saja bersyukur bisa makan enak, apalagi kalau setiap hari.

Caraka tak berkata apa-apa, hanya mengangguk setuju. Selesai membungkus makanan, mereka pun bersiap kembali ke Lucene.

"Kamu kenapa nggak bilang sih, Mon? Kan kukira hari ini langsung pentesting, malah makan-makan dan ngapain dulu. Kalau tahu begini, mendingan tadi aku nggak datang," repet Nitta.

Mona hanya mencebik. "Nggak datang, nggak datang... Tapi akhirnya kamu bungkus makanan, kan? Udahlah, disyukuri aja. Lagian, aku juga nggak tahu kalau hari ini Pak Wibi bakal membahas roadmap sekalian. Mungkin dia jadwalnya bentrok, makanya sekalian kick off. Para direksi MLI Tech aja nggak ada yang mengerti kok sama pembahasan dokumen presentasiku," tegas Mona.

Nitta mengerti apa yang dimaksud. Yah, memang bekerja dengan korporasi seringnya begitu. Ia hanya bisa maklum dan tetap melaksanakan mandat. Namun, tentu saja ia nanti akan menolak tentang tawaran menjadi mata-mata Awanama yang pernah Wibi sebutkan pertama kali, saat Nitta baru menginjakkan kaki di gedung itu. Hari itu juga pertama kalinya Nitta mendengar informasi tentang Jimmo.

Aduh. Nitta jadi kembali ingat. Dia, kan, belum mengetahui identitas Jimmo? Dia harus segera mengerjakan pencariannya lagi.


***

#nowplaying: Gorillaz - Hong Kong

"You swallow me. I'm a pill on your tongue. Here on the nighting floor. The neon lights make me numb."

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 334 30
Kesetian itu, seperti mawar hitam rupanya. Started at 15 May 2021. Ended at 15 June 2021. Rombak (Revisi) at 15 June 2022.
642K 58K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
6.4K 283 4
[PROSES TERBIT - SELAIN PROLOG, BAB-BAB LAIN DIHAPUS] Konon ada suatu halte berwarna merah, tempat kau bisa bertemu dengan mereka yang sudah berpulan...
3K 473 44
[COMPLETED] Sci-Fi - Fantasy - Spiritual 🏆Daftar Pendek Wattys 2022 🏆Pemenang Wattys 2022 - Science Fiction Kau tidak tahu apa yang pernah terjadi...