R¹ : R E S E T. [END] ✔️

By Mutiara1210

8.1K 2.9K 380

Percayakah kamu tentang time traveller? atau Percayakah kamu tentang takdir yang bisa diubah? Ada pepatah b... More

Prolog.
Awalan.
RESET : 2
RESET : 3
RESET : 4
RESET : 5
RESET : 6
RESET : 7
RESET : 8
RESET : 9
RESET : 10
RESET : 11
RESET : 12
RESET : 13
RESET : 14
RESET : 15
RESET : 16
RESET : 17
RESET : 18.
RESET : 19
RESET : 20.
Bagian ke 21.
Bagian: 22
Bagian ke 23
bagian: dua puluh empat
Bagian: 25
Bagian: 26
Bagian: 27
Bagian: 28
Bagian: Dua puluh 9.
Bagian: 30
Bagian: 31
Bagian: 32
Bagian: 33
bagian: 34
RESET : 35
RESET : 36
RESET : 37
RESET : 38
RESET : 39
RESET : 40
RESET : 41
RESET : 42
RESET : 43
RESET : 44
RESET : 45
RESET : 46
RESET : 47
Epilog.

RESET : 48

71 18 11
By Mutiara1210

"atas keputusan dewan hakim dan disertai perbincangan panjang dari pihak penjurian, terdakwa Rantya Amumara Clever di hukum atas kasus pembunuhan tanpa rencana dibawah umur, pembunuhan berencana sebanyak dua kali yang dimana korban pertama mengalami kecelakaan dan korban kedua melakukan bunuh diri, dan pembunuhan berencana yang memakan satu korban. Pasal pertama yang terkait adalah Pasal 338 KUHP dan dijatuhi hukuman hanya lima tahun penjara karena terdakwa melakukan pembunuhan tanpa rencana saat masih dibawah umur, Pasal berlapis kedua adalah Pasal 340 KUHP yang terkait dalam melakukan pembunuhan berencana secara tidak langsung dikenakan hukuman lima belas tahun penjara, dan Pasal terakhir adalah Pasal 340 KUHP yang memakan satu korban dijatuhi hukuman mati." ucap asisten hakim.

"dengan adanya keputusan yang diperbincangkan sangat lama ini, terdakwa resmi dihukum 20 tahun penjara dan juga dijatuhi hukuman mati."

Tok... Tok... Tok...

Sang kepala hakim sudah membunyikan palunya, Arjuna menghembuskan napasnya dengan lega. Pada akhirnya dia bisa lepas dari genggaman Ranty, padahal dari dulu dia berpikir bahwa sepertinya tidak ada jalan lagi untuknya. Tapi semua ini berkat Nayya yang mampu membantunya melepaskan beban itu.

Ranty dibawa oleh pihak polisi lagi setelah dakwaan itu selesai. Ranty sempat melirik dan menatap tajam ke arah Arjuna, Arjuna hanya menyunggingkan senyum kecil tanda kemenangannya.

Arjuna keluar dari ruang sidang dengan berjalan tegap, rasanya beban dia sudah benar-benar hilang sekarang. Yohan dan Dira menyusul Arjuna disamping kanan dan kirinya lalu menyamakan langkah kaki Arjuna. Dira memasang kacamata hitam di depan matanya, dia berjalan berlenggak-lenggok dengan elegan bersama dua pria disampingnya. Yohan tak kalah keren karena menaikkan baju lengannya ke atas tangan. Sedangkan Arjuna membenarkan dasinya sembari berjalan dan tersenyum.

"apa benar kalian bertiga yang melaporkan keluarga sempurna itu ke polisi?"

"bagaimana cara kalian mendapat semua bukti itu yang padahal polisi tidak mungkin menemukannya?"

"tolong berikan setidaknya sepatah atau dua patah ...."

"bagaimana tanggapan kalian setelah menyaksikan terdakwa dijatuhi hukuman?"

"banyak masyarakat yang berterimakasih, apakah ada yang ingin anda sampaikan?"

"atas dasar apa anda membantu para korban korupsi dari perusahaan AC group? Apakah salah satu dari kalian memiliki anggota keluarga yang menjadi korban?"

Seluruh wartawan tiba-tiba saja mengerubuti mereka bertiga. Mereka memang sengaja mengungkap identitas setelah keluarga Ranty sudah dijatuhi hukuman.

"seseorang mungkin bisa pandai menyembunyikan api, tapi tidak dengan asapnya." kata Yohan ke kamera wartawan yang meliputnya.

"sekeras apapun topeng yang mereka pakai, topeng itu akan tetap runtuh jika dihancurkan bersama-sama." ucap Dira dengan tersenyum dan tangannya sibuk mengibas rambutnya.

"Diamnya manusia adalah gudangnya emas, namun diamnya penjahat adalah gudangnya dosa. Dan mereka sedang menebus segala dosanya dibalik jeruji besi, tetap doakan yang terbaik untuk mereka agar segera bertobat tanpa adanya kemunafikan." ujar Arjuna.

Arjuna, Yohan, dan Dirapun pergi dari kerumunan pengacara itu setelah mengatakan beberapa kalimat yang mereka keluarkan. Tak ada keraguan dihati mereka, karena kemenangan sudah ada ditangan mereka.

-ooo-

[Agustus 2042]

Aku melipat kembali koran tersebut setelah selesai membaca segala berita terkait kasus keluarga Ranty. Dengan perasaan yang tenang aku menghembuskan napas, rasanya dadaku sangat lega walaupun sedikit sesak karena kepergian ayah dan ibu kandungku. Awalnya aku masih menentang kematian mereka yang padahal aku seberusaha mungkin untuk mengubah takdir ayah, tapi pikiranku itu berubah ketika sebuah surat berada di kamarku.

Tidak ada nama pengirimnya, tapi yang aku yakini dengan sungguh pengirim tersebut adalah malaikat yang waktu itu berbicara padaku untuk menjelajahi waktu.

"pada dasarnya takdir memiliki dua pengertian. Takdir yang bisa diubah dan takdir yang tidak dapat diubah. Takdir kehidupanmu mungkin bisa diubah, namun tidak dengan takdir kematian."

Begitulah isi suratnya. Ternyata walau sudah seberusaha apapun aku menolong ayah saat kembali ke masa lalu, tuhan memang tetap mentakdirkan kematian ayah dan ibu.  Namun setidaknya aku bersyukur bisa menjalani kehidupan saat itu, aku jadi mengenal siapa ibu kandungku sebenarnya, dan aku juga dikelilingi orang-orang baik seperti adik-adiknya ayah, Dira, bahkan Angga. Lalu dikehidupan itu juga aku menemukan laki-laki yang aku cintai, Yohan.

Walau tidak ada kesempatan untuk menjalani hubungan bersama, namun aku benar-benar bersyukur bisa mengenal dirinya. Aku tidak sempat meminta maaf dan mengucapkan terimakasih kepadanya, namun semoga saja rasa maaf dan terimakasihku tersampaikan kepadamu walau tidak secara langsung. Dengan rasa sangat tulus, aku menyayangimu.

-000-

Hari ini aku mengunjungi penjara ibu tiriku alias Ranty. Setelah menunggu di ruang kunjungan selama lima menit, datanglah Ranty dengan wajah yang kusut serta badan yang semakin kurus. Wajahnya sangat berbeda dari dirinya sewaktu muda dulu. Banyak juga luka-luka lebam diseluruh tubuhnya, dia sedang merasakan sakitnya di neraka dunia. Terlihat sekali bagaimana tersiksanya dia menjalani kehidupan di dalam sana. Bagaimanapun juga, dia pernah merawatku sampai besar walau akhirnya membunuh ayah dan hampir membunuhku saat dulu waktu takdir kehidupan belum aku ubah.

Dibalik rasa benci yang sangat besar, terselip rasa iba dihatiku ketika melihat Ranty duduk di depanku sekarang. Dia menatapku dengan dalam lalu tertawa kecil.

"mirip banget sih sama ibu lo, gak kebuang sama sekali wajahnya." gumamnya setelah melihatku.

"hah ..." aku menghela napas panjang.

"gue harus manggil lo apa ya sekarang?" tanyaku kepadanya.

"ada urusan apa lo kesini?" tanya Ranty langsung ke intinya.

"gue cuma mau bilang, semoga lo sudah sadar dengan segala perbuatan lo ke ibu gue dan juga ayah. Semoga kehidupan di penjara menjadi titik jera lo ...." kataku.

"cih, gue gak butuh doa lo. Mending lo sekarang pergi, karena gue pengen muntah ngeliat wajah lo yang mirip banget wanita sialan itu." ketusnya.

Aku sedikit emosi namun aku tahan, "ternyata lo belum berubah ya, Ran. Lo tetap wanita busuk gak tahu diri."

"apa lo bilang? Lo cuma anak kecil berani-beraninya bilang gitu ke gue?!" bentaknya.

Aku sudah tidak tahan berlama-lama disini, padahal niatku baik mengunjunginya untuk sekedar menyapa dan melihat keadaannya. Tapi aku justru malah semakin tersulut emosi akibat tingkahnya sekarang.

"lo harus cepat tobat lalu minta maaf sama ibu dan ayah gue. Karena tahun depan lo akan dihukum mati, setidaknya tuhan akan sedikit memaafkan lo di akhirat nanti jika lo mengakui seluruh dosa lo." ucapku saat berdiri dari kursi.

"jangan pergi dulu. Kata siapa lo boleh pergi dari sini?" kata Ranty saat aku ingin melangkah keluar.

Aku tidak menghiraukannya dan mencoba meraih gagang pintu. Saat tanganku sudah sampai menyentuh gagang pintu, tiba-tiba saja Ranty berbicara dan membuatku menahan diri untuk pergi.

"gimana hadiah yang gue kirim ke ayah lo? Sayang banget lo gak ikutan mati ya ... Ha ha ha ha!" ucapnya sembari tertawa menyeringai.

"apa maksud lo?" tanyaku.

"yang menyebabkan kecelakaan ayah lo dan elo itu gue! Gimana rasanya kehilangan ayah? Kaget ya pasti lo pas bangun selama koma satu tahun taunya ayah lo udah mati ... Khekhekhe ..." ujarnya sembari terkekeh pelan.

Aku meneguk ludah dengan susah payah, "udah dipenjara masih aja ngelantur lo,"

Brak!

Ranty memukul meja dengan sangat keras.

"bukankah gue udah pernah bilang sama ibu lo? Bakal gue ulangin lagi supaya anaknya bisa ingat dengan jelas. Gue belum kalah, dan gak akan pernah kalah." bisiknya dengan tersenyum menyeringai.

"lo semua akan menderita, NGERTI GAK?!" teriaknya.

Dug!

Dug!

Dug!

Ranty membenturkan kepalanya dikaca pembatas antara mereka berdua.

"GUE BELUM KALAH!"

dug!

Dug!

Dug!

Ranty semakin membenturkan kepalanya dengan keras.

"GUE. GAK. AKAN. KALAH!"

DUG!

DUG!

DUG!

"KADO SELANJUTNYA AKAN TETAP DATANG SECARA BERTUBI-TUBI, NAYYA! DAN SEKARANG ANAK LO YANG CANTIK INI AKAN MERASAKANNYA. TUNGGU SAJA! KARENA GUE GAK AKAN KALAH!!"

DUG!

DUG!

DUG!

darah mengalir dari kening kepalanya, matanya penuh berwarna merah karena terisi oleh darahnya sendiri yang mengalir. Ranty semakin membenturkan kepalanya sembari berteriak-teriak dengan sangat gila. Tak lama polisi masuk ke ruangan dan menyeret Ranty keluar. Saat diseret keluar Ranty masih menatapku dengan tertawa.

"LO SELANJUTNYA! LO SELANJUTNYA!"

aku terpaku diam ditempat menatap Ranty yang sudah dibawa pergi. Didalam benakku terpikir dengan sangat keras mengingat kejadian itu yang kenangannya hilang diotakku. Setelah mengingat itu kepalaku tiba-tiba saja sakit.

Dan aku teringat potongan memori dari kejadian kecelakaan mobil bersama ayah, rem mobil yang ayah kemudikan tidak berfungsi sama sekali. Ini sangat aneh dan janggal mengingat ayah yang mengecek keadaan mobil itu saat memanasinya sebelum pergi.

Kenangan yang aku takuti terjadi, seingatku ayah sempat meninggalkan mobilnya yang dipanaskan diluar. Ini berarti ada seseorang yang memutus tali rem pada hari itu, namun siapa?!

Namun siapa pelakunya? Dan bagaimana bisa Ranty bekerja sama dengan orang tersebut saat berada di penjara?

-000-

"anak itu telah tersadar dari komanya dan tadi siang mengunjungi gue." ucap Ranty kepada seseorang yang duduk tepat di depannya yang terhalang kaca.

"tugas lo belum selesai karena anak itu selamat." kata Ranty lagi.

"iya, gue tahu apa yang harus gue lakuin." jawab orang itu.

"usahakan semuanya dengan maksimal, Dira." ucap Ranty dengan tegas kepada Dira.











To be continued

Part selanjutnya adalah epilog, jangan lupa selalu vote cerita ini.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 513 63
Ini sebuah kisah tentang sebuah pendewasaan diri dari seorang anak yang memahami apa arti sebuah cinta.
622K 29.6K 40
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
196K 12.4K 19
Keira Hanirasya adalah gadis Jakarta yang cukup berandalan di sekolahnya. Ketika seorang temannya mengatakan jika ia mirip dengan seseorang, Keira ta...
3.9M 165K 58
Lady Kiana, putri dari Earl of Bibury, berharap dapat membantu budak kulit hitam untuk mendapatkan kehidupan lebih baik. Dia ingin menolong mereka, w...