R¹ : R E S E T. [END] ✔️

Mutiara1210 tarafından

8.1K 2.9K 380

Percayakah kamu tentang time traveller? atau Percayakah kamu tentang takdir yang bisa diubah? Ada pepatah b... Daha Fazla

Prolog.
Awalan.
RESET : 2
RESET : 3
RESET : 4
RESET : 5
RESET : 6
RESET : 7
RESET : 8
RESET : 9
RESET : 10
RESET : 11
RESET : 12
RESET : 13
RESET : 14
RESET : 15
RESET : 16
RESET : 17
RESET : 18.
RESET : 19
RESET : 20.
Bagian ke 21.
Bagian: 22
Bagian ke 23
bagian: dua puluh empat
Bagian: 25
Bagian: 26
Bagian: 27
Bagian: 28
Bagian: Dua puluh 9.
Bagian: 30
Bagian: 31
Bagian: 32
Bagian: 33
bagian: 34
RESET : 35
RESET : 36
RESET : 37
RESET : 38
RESET : 39
RESET : 40
RESET : 41
RESET : 42
RESET : 43
RESET : 44
RESET : 45
RESET : 47
RESET : 48
Epilog.

RESET : 46

52 18 1
Mutiara1210 tarafından

Yohan membawakan makanan bubur untuk ibunya Nayya. Ibunya Nayya tampak terlihat kacau dengan pandangan kosongnya sembari mendekap sebuah foto dirinya bersama dengan Nayya. Arjuna yang menyuruh Yohan untuk membawakan ibunya Nayya makanan karena Arjuna tidak kuat jika harus berhadapan dengan ibunya Nayya. Hati Arjuna sangat terluka tentunya, ia gagal menjaga putri satu-satunya yang dimiliki ibu Nayya.

Ibunya Nayya sudah tidak makan selama tiga hari, badannya semakin kurus, penampilannya semakin kacau. Kelopak matanya menghitam karena terus menangisi kepergian Nayya. Tak ada yang mampu menandingi kesedihan seorang ibu yang kehilangan putrinya.

"Tan ... Bayinya Nayya terlahir premature, tapi dia terlihat cantik seperti ibunya." ucap Yohan.

Yohan tersenyum dengan tatapan yang sendu, ia mengusap-usapkan tangannya dipunggung ibunya Nayya yang tampak tidak merespon omongannya sedikitpun.

"Nayya udah bahagia, tante. Gak ada yang bisa ganggu dia di surga. Yohan bisa jamin semua itu." kata Yohan.

"tante harus makan, supaya Nayya bisa tenang ninggalin tante disini. Gak ada yang perlu disesali apalagi ditangisi, Tante. Nayya udah buat keputusan paling baik untuk kembali ke tuhan." ujar Yohan sebelum pergi dari sana.

-oO0Oo-

"bayinya lolos dalam masa kritis, sekarang lagi masa perawatan ditabung." ucap Dira kepada Juna. Sekarang mereka berdua sedang menatap seorang bayi kecil yang memiliki wajah sangat bersinar.

"dia kuat seperti Nayya." sahut Yohan yang baru saja datang lalu bergabung bersama mereka.

Mereka bertiga berdiri sejajar menatap sang bayi lewat kaca laboratorium yang menghalanginya.

"siapa kira-kira nama yang cocok untuknya?" tanya Dira.

"Dinda, wanita yang memiliki kemauan keras, pintar, dan penyayang yang selalu memikirkan orang lain." ucap Arjuna.

"bagus, namanya cocok untuk bayi cantik yang tangguh seperti dia." kata Dira.

"Tambahin, Dinda Denisa. Denisa sang dewa anggur yang pantang menyerah dan memiliki bakat apapun." kata Yohan.

-oO0Oo-

Setelah sebulan kepergian Nayya, akhirnya Arjuna, Dira, dan Yohan kembali bergerak ke tujuan awal mereka. Setelah perasaan mereka cukup tenang mengenai rasa duka terhadap Nayya, akhirnya mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan rencana yang sudah Nayya bangun.

"lo udah siapin semua yang gue minta?" tanya Juna kepada Dira.

"udah dong," jawab Dira. Lalu Dira mengeluarkan sebuah nametag serta beberapa berkas.

"name tag, profil, dan juga identitas lo sebagai pengacara akan terdeteksi di kepolisian kok, tenang aja." ucap Dira.

"oke, thanks."

"gue kemarin juga udah temuin pengacara yang Ranty sewa untuk membela supir yang nabrak Nayya, bisa dipastikan hari ini gak akan ada halangan apapun." ujar Yohan.

"good job all, kita gerak sekarang."

-oO0Oo-

Arjuna memasuki ruang kunjungan yang sudah ada pak Sutono—supir truk yang menabrak Nayya. Arjuna menyamar sebagai pengacara pak Sutono yang diutus langsung oleh Ranty, karena jika Arjuna tidak melakukan ini, dia akan sangat kesulitan untuk bertemu pak Sutono. Pak Sutono sudah dijaga baik oleh Ranty dan benar-benar dilarang untuk dikunjungi siapapun. Kunci terakhir yang paling pas ada dipernyataan pak Sutono, apapun caranya Juna akan tetap mengungkap kesaksian pak Sutono hari ini.

Arjuna mengeluarkan beberapa buku dan berkas-berkas layaknya pengacara pada umumnya. Dia sedang berlagak hebat dengan polisi yang mengawasinya diluar kaca jendela. Polisi tidak akan mendengar percakapan mereka berdua, namun tingkah laku Arjuna tidak boleh sampai membuat polisi curiga.

Karena disini beberapa polisi berada dipihak Ranty, Arjuna harus waspada terhadap siapapun yang ada di kantor polisi ini. Ranty memang cerdas dan selalu membuat rencana dengan matang, namun balik lagi, Nayya serta Arjuna memiliki seribu satu cara untuk melawan Ranty.

"Pak pengacara pasti utusan dari Ranty, bukan?" tanya pak sutono.

"benar. Pak Sutono pelaku penabrakan seorang wanita dipersimpangan jalan, 'kan?" jawab Juna lalu dia menaikkan kacamatanya—properti penyamaran—.

"iya, kenapa mesti segala diperjelas lagi ...." gumam pak Sutono.

"iya, pak?" tanya Juna tampak pura-pura tidak dengar.

"ah ... Enggak."

"pak Sutono. Harap melihat ke arah laptop tanpa membuat ekspresi yang membuat polisi curiga." perintah Juna, lalu Juna memposisikan laptopnya agak sedikit miring supaya polisi tidak dapat melihat apa yang ada disana.

"ayah ... Tolong jujur aja yang sebenarnya ... Hiks ... Fiko takut banget ayah ...."

"s-sakit ... Om itu mukulin Fiko ... Hiks ..."

"Akhhhhh, jangan s-sakiti saya lagi, saya mohon! Kyaaaaaa!"

"ibuuu!! Ibu!!! Om jangan pukul ibu!!"

"ayah ... Tolong ibu, ibu dipukulin ayah!"

"t-tunggu, apa ini?!" ucap pak Sutono dengan wajah yang marah.

Pihak polisi yang menyadari itu tampak curiga dan ingin masuk ke ruangan mereka.

"saya sudah bilang jangan ada ekspresi. Kalau anda tidak bisa menjaga wajah anda, anak dan istri anda akan mati hari ini." kata Juna dengan penekanan.

Pak Sutono tampak mencoba meredamkan amarahnya, dia mengisyaratkan polisi bahwa dirinya baik-baik saja dan polisi tidak usah memasuki ruangan mereka.

"kenapa, kenapa anak dan istri saya terseret? Mereka tidak bersalah!" ucap pak Sutono.

"siapa kamu sebenarnya?! Ranty tidak pernah membicarakan hal ini, kamu bukan utusan Ranty, 'kan? Jawab!" kata pak Sutono lagi.

"hadeuh ... Pak, pak. Dibilangin susah banget sih suruh jangan pakai ekspresi. Pengen istri sama anaknya cepat mati ya??" ucap Juna dengan menepukkan jidatnya.

"katakan sekarang, apa maumu?"

"ceritakan yang sebenarnya sekarang, akui bahwa bapak disuruh oleh Ranty untuk menabrak wanita itu, bukan?" kata Arjuna.

"saya yang menabraknya! Tidak ada suruhan, itu hanyalah perbuatan tidak sengaja."

"pffftt ... Lalu kenapa daritadi anda selalu menyebut nama Ranty? Kenal darimana anda dengan dia?"

"i-itu ...."

"katakan yang sebenarnya atau bapak tidak akan pernah melihat anak istri anda lagi!"

"cepattt!" desak Arjuna kepada Sutono.

Sutono memasang wajah bingung.

"saya bilang jangan pakai ekspresi!" cetus Arjuna.

"berekspresilah selayaknya hal umum. Jangan seperti itu!" kata Arjuna lagi.

"saya kenal Ranty hanya karena dia orang baik yang mau membantu saya dapat pengacara. Saya tidak sengaja menabrak—"

Arjuna memutar kembali video selanjutnya.

"a-ayah ... Badan Fiko sangat sakit. Hiks ... Fiko tidak kuat."

"F-fiko ...!"

"waktu bapak tidak lama lagi, cepat katakan atau anak ini yang akan mati pertama?" desak Arjuna.

"ba-baik! Tolong jangan sakiti anak saya. Saya mengaku bahwa Ranty lah yang menyuruh saya menabrak wanita itu ketika dipersimpangan jalan. Ranty memberi saya uang banyak serta menjanjikan akan membantu saya keluar dari penjara secepatnya." ujar Sutono dengan putus asa.

"oke, kata-kata bapak sudah saya rekam. Jika anda tahu bahwa pembicaraan ini saya rekam, berarti bukti suara ini saya dapat secara legal." kata Juna, lalu Arjuna bangkit untuk bersiap pergi.

"tolong lepaskan anak dan istri saya! Saya sudah berkata jujur."

"tenang saja, mereka aman kok." jawab Juna dengan tersenyum.

-oO0Oo-

[Villa keluarga Dira, Puncak, Bogor. ]

"om, tendang bolanya kesini!" ucap Fiko kepada Yohan.

"ayok rebut dong bolanya!" balas Yohan dengan terkekeh.

Yohan dan Fiko—anak Sutono— sedang sibuk bermain bola di kebun kosong belakang Villa ini.

Fiko tampak tertawa senang bermain bersama Yohan, ibunya Fiko juga tersenyum melihat anaknya tampak ceria. Memang baru pertama kali Fiko mendapat teman bermain, ibunya Fiko sempat mendengar kabar dari pihak sekolah sebelumnya bahwa Fiko sering dibully oleh anak-anak disana. Akhirnya ibunya Fiko memberhentikkannya untuk bersekolah sementara waktu. Setelah merasa trauma akibat dibully, Fiko tidak pernah tertawa lagi. Baru hari ini Fiko bisa tertawa lepas saat bermain dengan Yohan.

"kalian orang-orang baik, walaupun kalian tahu bahwa suami saya yang menabrak teman kalian, namun kalian tetap membantu Fiko untuk menuntut orang-orang yang membullynya dahulu." ucap ibunya Fiko.

"saya dulu tidak bisa berbuat apa-apa ketika mendengar Fiko dibully, orang tua para pembully itu adalah orang-orang kaya. Dan saya yang hanya orang kurang mampu tidak bisa melawan mereka. Mau tidak mau saya memilih mundur dengan perasaan yang terluka. Tetapi kalian membantu kami untuk mengadili mereka semua. Maafkan perbuatan suami saya, dan saya juga sangat berterimakasih." Ujar ibunya Fiko sembari meneteskan air mata.

"tidak masalah, bu. Saya harap Fiko bisa lebih bahagia kedepannya." balas Dira dengan menenangkan ibu Fiko yang tampak menangis.

Malamnya mereka semua makan bersama ditambah kehadiran Arjuna yang ikut bersama mereka. Yohan mentraktir makan malam itu dengan sangat mewah, berbagai macam makanan dari koki berpengalaman milik keluarga Yohan yang biasa mereka layani berjejer rapih diatas meja makan.

"Gila ... The power of anak pejabat negara kayak gini ya ... Keren-keren! Tukang masaknya aja koki profesional semua. Gue di rumah mah cuma punya tiga pembantu doang, sedangkan dia buat tukang masaknya aja ada sepuluh orang." gumam Dira yang matanya tampak berbinar-binar melihat makanan mewah didepannya.

Sama seperti Fiko, Fiko juga menganga melihat makanan mewah yang bahkan dia tidak tahu namanya berada di depan wajahnya sekarang. Makanan itu tercium sangat lezat aromanya.

"Makasih om Yohan, om Yohan emang terbaik!" ucap Fiko. Lalu dia langsung saja menyantap

"Sama-sama, ini semua hadiah buat kamu karena pinter banget actingnya.  Udah besar nanti jadi aktor aja," jawab Yohan.

"mau kok, kalau ibuku izinin." balas Fiko.

"terimakasih ya bu atas partisipasinya." kata Juna.

"harusnya saya yang berterimakasih, kalian sudah benar-benar baik. Saya meminta maaf dengan tulus mewakili suami saya juga atas perbuatannya kepada teman kalian. Semoga kalian tidak membenci suami saya terlalu dalam ya, suami saya juga pantas mendapatkan hukuman atas perbuatannya." ucap ibunya Fiko.

Juna dan kawan-kawan emang merencanakan untuk mengancam Sutono dengan embel-embel menculik keluarganya. Padahal tentu saja itu tidak dilakukan dengan adegan asli, Arjuna tidak mungkin tega melakukan itu. Arjuna tidak perlu berubah menjadi monster untuk melawan iblis. Dia tidak akan mengotori tangannya hanya karena Ranty.









TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTENYA ❤

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

8.1K 615 38
Bagaimana rasanya memiliki atasan yang misterius dan berkuasa di mata dunia luar, padahal ia adalah suami yang berbudi luhur dan sempurna dalam peran...
623 94 5
SCIFI || ROMANCE || TEENFIC Regina Fletcher, siswa senior dari Terrans Prep memiliki jalur masa depan yang cerah dan telah direncanakan dengan matang...
139K 4.9K 35
Apakah memang benar bahwa aku adalah seseorang yang rapuh? halayak daun yang mulai menguning di ranting pohon, yang siap untuk tersapu dan terbawa ol...
1.3M 90.4K 44
Livia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa...