R¹ : R E S E T. [END] ✔️

Da Mutiara1210

8.1K 2.9K 380

Percayakah kamu tentang time traveller? atau Percayakah kamu tentang takdir yang bisa diubah? Ada pepatah b... Altro

Prolog.
Awalan.
RESET : 2
RESET : 3
RESET : 4
RESET : 5
RESET : 6
RESET : 7
RESET : 8
RESET : 9
RESET : 10
RESET : 11
RESET : 12
RESET : 13
RESET : 14
RESET : 15
RESET : 16
RESET : 17
RESET : 18.
RESET : 19
RESET : 20.
Bagian ke 21.
Bagian: 22
Bagian ke 23
bagian: dua puluh empat
Bagian: 25
Bagian: 26
Bagian: 27
Bagian: 28
Bagian: Dua puluh 9.
Bagian: 30
Bagian: 31
Bagian: 32
Bagian: 33
bagian: 34
RESET : 35
RESET : 36
RESET : 37
RESET : 38
RESET : 39
RESET : 40
RESET : 41
RESET : 42
RESET : 43
RESET : 45
RESET : 46
RESET : 47
RESET : 48
Epilog.

RESET : 44

42 15 0
Da Mutiara1210

"kasus korupsi besar-besar yang terjadi lima tahun yang lalu kembali terungkap."

"polisi mengamankan sejumlah bukti transaksi yang masuk ke akun pribadi CEO AC Group."

"seorang publik figur inspirasi yang berprofesi sebagai kepala sekolah dan seorang pemilik perusahaan AC Group ditangkap dini hari."

"polisi meringkus tersangka dikediamannya langsung."

"publik dibuat heboh lagi kali ini, seorang inspiratif terkena kasus korupsi besar."

"lebih dari 15 karyawan serta 8 perusahaan kecil yang menjadi korban atas kasus ini."

"kini polisi sedang menginvestigasi seluruh karyawan disana serta menanyai korban untuk bukti lebih lanjut."

Aku menurunkan segelas kopi yang habis aku hirup dimulut, acara berita hari ini sangat menyejukkan hatiku. Ternyata julukan ayahnya Ranty sangat banyak sekali, seorang inspiratif? Motivator? Kepala sekolah bijaksana? CEO yang kompeten? Bahkan orang yang mereka puja-puja itu ternyata tak jauh dari seorang sampah. Sampah yang harus dibasmi secepatnya.

Jika saja aku gagal dalam rencana ini, mungkin ayahku mau tidak mau harus menikah dengan Ranty pada hari ini. Untung saja aku dapat melangkahkan kaki dengan tepat dan hati-hati. Bidikanku kepada lawan tepat mengenai jantungnya, tinggal satu lawan lagi yang harus aku bidik dengan segera, yaitu Ranty. Setelah Ranty akan terungkap segala kebusukannya, mungkin ibu, kakaknya, serta pembantunya akan terseret semua terkait pembunuhan ibunya Angga.

Tapi memang itu yang aku mau, tidak ada yang boleh lolos satupun dari genggaman tanganku. Mereka semua salah, tak ada yang ku anggap benar, pembunuh tetaplah pembunuh, bahkan yang bukan pembunuhnya langsung pun tetapi menutupi kematiannya sudah aku anggap sebagai pembunuh juga.

-oO0Oo-

Perasaan Ranty sangat kacau hari ini, setelah ayahnya dibawa oleh pihak kepolisian, semua berita diTV sudah membicarakan tentang ayahnya. Ranty meremas bajunya dengan air mata yang keluar ketika menonton televisi. Padahal hari ini adalah pernikahannya dengan Arjuna, tapi bisa-bisanya sebuah masalah datang kepadanya.

"ini pasti karena lo, Nayya!" ucap Ranty didalam hatinya.

Entah sudah berapa umpatan yang Ranty keluarkan kepada Nayya, Nayya benar-benar seperti hama bagi kehidupannya, andai saja Nayya tidak pernah ada, mungkin sekarang Ranty sudah hidup bahagia dengan Arjuna.

Tiba-tiba telepon masuk berdering diponselnya, pemilik panggilan tersebut ternyata Arjuna. Dengan langkah sigap Ranty mengangkat telpon dari Arjuna yang dipikirannya mungkin akan menghibur Ranty.

"gue pengen batalin pernikahan kita."

Ekspektasinya hancur begitu saja, tak ada kata menghibur dari suara Arjuna barusan. Hanya seperti sebuah panah yang berhasil menembus jantungnya sekarang. Bukan rasa amarah lagi, tapi rasa benci yang amat besar ada didalam hatinya Ranty. Panggilan telpon itu terputus begitu saja ketika Ranty tidak membalas perkataan itu.

Ranty membanting ponselnya ke lantai sampai hancur, semua barang-barang yang ada di ruang tamu ia lemparkan ke segala arah, tangisan serta teriakannya mengisi seisi ruang tersebut.

"NAYYA, NAYYA, NAYYA!!!!!!!!" teriaknya dengan lantang.

"EMANG HAMA KAYAK LO HARUS SEGERA DIBASMI SECEPATNYA!"

"ya ... Harus cepat dibasmi." gumam Ranty didalam hati sembari menganggukan kepala dengan matanya yang melotot karena marah.

-oO0Oo-

Ting!

Suara dentingan gelas yang kami adu menyaring diudara. Juna, Yohan, dan Dira bersama-sama meminum gelas mereka berbarengan denganku setelah mengadunya diudara. Hari ini kami merayakan atas keberhasilan yang sudah kami lakukan dengan makan bersama disebuah restoran thailand.

"hah ... Rasanya lega dan senengggg banget, kayak menang lotre aja ni hati gue." ucap Dira.

"bahkan semua korban berterimakasih sama kita." kata Yohan.

"gue juga lega banget akhirnya bisa seutuhnya lepas dari Ranty...." sahut Juna.

"gue bener-bener berterimakasih banget sama kalian. Kalau bukan berkat bantuan kalian, gue gak akan semudah itu ngelawan Ranty." kataku.

"jangan bilang gitu, Nay. Gue yakin biarpun lo sendirian pasti bisa ngalahin Ranty kok. Lo, 'kan pinter banget. Semua yang kita laluin aja berdasarkan perkiraan dan rencana lo." balas Dira.

"ya tapi karena bantuan kalian jadi mempermudah langkah gue."

"lo emang hebat banget, Nay. Gue akuin itu." kata Juna dengan tersenyum kepadaku.

"langkah selanjutnya Ranty, 'kan?" tanya Yohan.

"oh iya mumpung omongin Ranty. Gue kemarin dapat info yang keren banget sih," ucapku.

Mereka bertiga diam menatapku sembari menunggu info apa yang barusan aku katakan.

"kita gak perlu lagi pakai cara yang gue bilang kemarin soal nekan para polisi yang terlibat kasus itu dengan mempublikasikan videonya." ujarku.

"terus maunya gimana?" tanya Juna.

"tim kepolisian yang dulu menangani kasus ibunya Angga ternyata punya saingan tim lain di kepolisian mereka. Dan gue dapat info tentang saingan mereka ini, kalau kita kasih semua bukti itu ke tim mereka. Sudah dipastikan mereka akan menerima dengan senang hati lalu membuka kasus itu kembali dengan mudah. Selain dapat pujian dari masyarakat serta atasan, mereka juga akan mengalahkan tim itu tanpa bersusah payah." jelasku dengan menyilangkan kedua tangan didada.

Akupun mengeluarkan berkas-berkas profil anggota tim kepolisian tersebut,  "mereka adalah orang-orangnya yang akan kita serahkan ke kasus ini."

Dira, Yohan, dan Juna mengangguk-anggukan kepala dengan sunggingan senyuman puas diwajah mereka. Mungkin esok hari adalah hari terakhir bagi Ranty untuk bernapas lega diudara, karena selanjutnya dia akan merasakan napas sesak di penjara.

Setelah kami berempat puas makan di Restoran sambil bercanda dan tertawa, hari semakin larut malam dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Yohan pulang dengan membawa motornya, Dira pulang naik taksi karena tidak searah denganku, sedangkan Juna tetap mengantarku ke rumah walau tempat tinggal kami tidak searah.

"yahh ..., Nay. Kayaknya gue gak bisa antar lo sampe ke rumah. Si kembar mendadak ngambek pengen jajan keluar, gue gak mungkin biarinin Arfina malem-malem gini anter si kembar keluar." kata Arjuna sehabis dia melihat ponselnya. Mungkin barusan saja Arfina mengirim pesan untuk Juna.

Aku yang memahami situasi lalu tersenyum dan mengangguk.

"yaudah ga apa-apa kok sampai halte depan sana aja, gue bisa naik bis." jawabku.

Arjuna pun menemaniku berjalan sampai halte. Posisi halte bis ini ada diseberang jalan, saat persimpangan lampu merah aku akan menyebrang untuk sampai kesana. Arjuna berniat mengantarku sampai sebrang namun tiba-tiba ponselnya berdering, Arfina menelepon ke Arjuna. Lampu hijau untuk pejalan kaki menyebrang sudah menyala, namun Arjuna tampak bingung untuk menerima telepon dari adiknya.

"angkat aja, terus lo pulang, gue tinggal nyebrang kok." kataku.

"oh, iya Nay. Yaudah hati-hati ya." jawabnya sembari mengangkat telepon ke telinganya.

"bye, Jun." aku melambai tangan, lalu pandanganku beralih ke depan jalan.

Arjuna berbalik membelakangi Nayya dan berjalan pergi sembari berbicara dengan adiknya ditelepon, Nayya dan Arjuna kini berjalan saling berlawanan arah. Ketika Arjuna baru melangkah beberapa kaki, tiba-tiba...

BRAK!

Suara hantaman terdengar jelas di belakangnya. Semua orang yang ada disekitar sana terkejut lalu berlari ke arah suara keras itu.

"KYAAAA!"

"ada yang tertabrak!!"

"panggil ambulann!!"

Arjuna membalikkan badannya perlahan dengan ponsel yang masih ia pegang ditelinganya. Semua orang sudah mengkerumuni seseorang yang barusan saja ditabrak oleh truk. Diaspal jalanan dekat tabrakan itu, Arjuna melihat sebuah jepitan yang sering dipakai Nayya. Dan jepitan tersebut memang tadi dipakai oleh Nayya.

Arjuna menjatuhkan ponselnya, wajahnya terkejut bukan main ketika melihat jepitan tersebut. Arjuna pun berlari dengan kencang ke arah tempat terjadinya tabrakan dengan harapan bahwa dugaannya salah.

"permisi, permisi, tolong minggir." ucap Juna ketika melewati semua orang yang mengelilingi orang yang tertabrak itu.

Tubuh Arjuna mendadak lemas, jantungnya seakan berhenti berdetak beberapa detik ketika melihat bahwa dugaan dia barusan benar. Nayya sudah terbaring lemas diatas aspal dengan wajah dan kepala yang sudah berlumuran darah, darahnya mengalir deras ke badan jalan.

"p-panggil ambulan ..."

"CEPAT PANGGIL!"









TO BE CONTINUED

Continua a leggere

Ti piacerà anche

It's You Da Penulis REMPONG

Narrativa Storica

311K 20.4K 101
Cerita ini berlatar zaman dinasti Tang di daratan china, Kisah dimulai saat seorang gadis ceria anak dari seorang janda yang seumur hidupnya tinggal...
3.9M 165K 58
Lady Kiana, putri dari Earl of Bibury, berharap dapat membantu budak kulit hitam untuk mendapatkan kehidupan lebih baik. Dia ingin menolong mereka, w...
3.1K 513 63
Ini sebuah kisah tentang sebuah pendewasaan diri dari seorang anak yang memahami apa arti sebuah cinta.
621K 29.5K 40
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...