NARAYA (SEHUN)

By kiripikacang

20.7K 1.4K 1.2K

Naraya Adelard adalah sosok lelaki yang sangat di idam-idamkan banyak perempuan. Kaya, tampan, jago basket, b... More

//Prolog//
awal cerita baru
amarah Nara
bukan potong leher
perasaan aneh
gara-gara pms
problem
bukan lebaran
Rasya
nasehat duo kunyuk
nasehat duo kunyuk(2)
duri kecil
tak terduga
surs?
RBHN & murid baru
mulut Reno
saingan baru
bola basket
salting
bitter experience
berangkat bareng
"Aku salah apa?"
satu pesan, tapi isinya?
CAST!
AtlasΒΏ
berbeda
HUT Sekolah
HUT Sekolah(2)
HUT Sekolah(3)
HUT Sekolah(4)
obat dari Rasya
Desya dan Rasya
Desya demam
awal
Seruni
ga gitu ceritanya!
Agus gada ahlaq!
bingung
ciki ball/ciki ring?
COGANPEPI
pertengkaran
thai tea gratis dari Vano
ucapan Vano & Reno
camp
senja sendu
hurt
Desya kecil
jagung bakar dan tangkai yang jatuh
satu lagu, dari Desya
sakit sih engga, tapi malu
rindu
sedikit peduli
mulai kembali
R.A.J.A
SEBLAK
terror lagi
kedai eskrim
kelabu
bukan update!
Permintaan maaf Seruni
curhatan Arka
Desya kemana?
Rumah Tua
'Tentang Rasa' (new story)
Belum Akhir
darah B untuk Tania
Hadiah kecil dari Nara
Bandung-Jakarta

Ini semua masih berlanjut

294 14 1
By kiripikacang

Hallo temen-temen, ketemu lagi sama Nara & Desya nihh👋🏻

Jangan lupa vote dan comment nya yaaa. Ada yang kangen ga sih sama Nara? atau sama Desya? atau sama temen-temen lain? atau sama aku?😛

Daripada basa-basi mending langsung baca aja yuk temen-temen, semoga kalian suka ya🥺
-
-
-
-

🎵Melly Goeslaw - Denting

Pengen banget meluk diri sendiri, terus bilang: 'Sebesar apapun masalah kita, semua nya pasti bakalan baik-baik aja, semua pasti ada jalan keluarnya. Terimakasih kamu sudah mau berjuang dan bertahan sampai sejauh ini, kamu hebat'
_____________________________

"DESYAAAAA!"

"DESYA SUMPAH GAWAT!"

"INI LEBIH GAWAT DARI LUKA KESEREMPET LO WAKTU ITU!"

"DEMI SI VANO JADI ANAK TIRI PAK KEPSEK! INI GAWAT BANGET!"

Desya menutup kedua telinganya saat si upik Reno datang sambil berteriak membuat kehebohan di kelasnya.

"Anj sia ganggu! apaan sih No?" tanya Hida yang sibuk mencabuti lukanya yang sudah mengering, ini pasti membekas karena saat Hida terluka akibat berkelahi dengan Gino, ia terkena goresan yang lumayan lebar, tak heran jika bekas nya akan permanen.

"Iya ih anying apaan sih ganggu lo!" teriak Evie sambil mengipas-ngipaskan rambutnya menggunakan buku paket.

"Diem lo geng bigos! gue ngomong sama si Desya, bukan sama lo!"

"Ya SSE lah"

"Apaa tuh SSE?" tanya Arumi yang barusaja datang dari kantin membawa beberapa makanan yang ia dapakan dari Rasya

"Suka-suka Evie!" jawab keempat geng Ratu Bigos Hot News, atau biasa disebut RBHN yang sudah ada sejak jaman nenek moyang plankton.

"Ih najis cewek jadi-jadian centil amat lo!" teriak Reno sewot, kemudian Reno duduk di samping Desya. Diikuti Hida, Arumi dan si Evie yang ikut-ikutan nimbrung saat Reno akan memulai pembicaraannya.

"Apaan?" tanya Evie dengan nafas pas sekali mengenai wajah Reno

"Anj mulut lo bau bangke Vie, lo makan kadal?"

"Kagak, gue makan semur biawak"

"Jauh-jauh lo, lo bukan geng kita" usir Reno, Evie malah memeluk kaki Reno bak anak pada Ayah yang meminta dibelikan saham perusahaan.

"Gue kepo No! lo cepet aja bilang, anggap aja si Evie kagak ada" Hida gregeten sendiri, padahal Reno tinggal bilang apa yang terjadi, jadinya ia tak perlu repot-repot datang ke bangku Desya

"Oke gue mulai ya gais"

Mereka berempat mengangguk bersamaan, Desya merubah posisi duduknya menjadi menghadap Reno. Ia juga sedaritadi penasaran karena Reno amat lemot dan malah mengundang si Evie geng rebahan ini.

BRAKKKKK!

"ASTAGFIRULLAH" ucap Desya

"INNALILLAHI!" ucap Arumi

"ALHAMDULLILLAH" ucap Hida

"BANGKE!" reflek keempatnya berteriak saat Reno menggebrak meja.

"Gawat! Mobil yang bakalan kita pake buat tanding basket besok, mendadak ada yang sewa, dan bayarannya lebih gede dari yang udah kita sepakatin!"

"H-hah maksud nya No?" tanya Hida yang kini langsung naik ke atas meja tak memikirkan lukanya yang sudah terbuka lebar akibat cabutannya.

"Ya ga bisa gitu dong, kita udah bayar dp kan? masa di batalin begitu aja No?"

"Nah makanya itu Ca, uang nya di kembaliin ke si Arka. Gue juga bingung kenapa bisa-bisa nya ngebatalin gitu aja padahal sore nanti kita harus udah ke Bandung"

"Terus gimana dong? kita ke Bandung pake apa? masa iya bus nya ngebatalin gitu aja kan perjanjiannya udah di rundingin minggu lalu, dan dari pihak bus nya udah setuju" sumpah, Desya menahan rasa kesalnya.

"Sekarang si Arka, Arsen, Rasya sama si Vano lagi ngedatengin pihak bus nya. Mereka seenaknya aja ngebatalin perjanjian dan balikin dp gitu aja. Padahal kita semua udah persiapan dari awal, belum tau kekuatan gue apa?"

"Emang lo punya kekuatan?" tanya Evie yang masih memeluk kedua kaki Reno bak anjing kecil mencari tuan nya.

"Punya"

"Apaan?"

"Gue bisa ilangin lo sampe ke alam baka!" jawab Reno mantap.

"Yeay!"

Evie berdiri dengan senyum lebar nya "Gue boleh minta lo ilangin gue ke Korea? gue harus cepet-cepet ketemu Opa Sehun!!!"

"Jelas bisa Vie! gue bisa ilangin lo sampe ke Korut"

"Yeuuuuu, yang ada kagak bisa ketemu Opa Sehun. Yaudah buktiin kalo lo punya kekuatan"

Reno menghela nafasnya, menyesal ia berurusan dengan ketua rebahan ini.

"Kalo lo mau ke Korea, sekarang lo ikut gue. Kita ke pintu akhirat jalur beasiswa"

Desya menepuk kepalanya, bagaimana bisa anak dari Kepala Sekolah SMA sebelahnya, menuruti perkataan Reno yang bahkan tidak masuk akal sama sekali.

"Gimana dong Sya?" tanya Hida yang kini duduk di samping Desya mendorong Reno sampai jatuh di pangkuan Evie.

"Anj! Evie ngapain lo peluk gue?!" buru-buru ia berdiri karena kulit nya ternodai dosa-dosa Evie si penyebar gosip panas.

"Salahin Hida dong, kok lp nyalahin gue? kan Hida yang dorong gue"

"Lah elu bego, ngapain meluk kaki gue. Emang gue Ibu lo apa?"

"Ya emang gue mau lo kutuk jadi batu? ya ga lah"

"Siapa yang mau ngutuk lo yang jelas-jelas udah terkutuk bego!"

"Sialan, lo aja yang terkutuk!"

Hida mendorong keduanya sampai wajah mereka hampir bersentuhan

"HIDA SIALAN LO ADA MASALAH HIDUP APA SAMA KITA?!" teriak mereka bersamaan, apakah benih-benih cinta akan tumbuh?

"Arsen belum jawab chat gue, gue sih ga masalah kalo ga pake bus, Arsen bisa bawa mobil dan lo pada boleh numpang, tapi anak-anak lain gimana? ga mungkin kan semobil isinya se erte" Hida tak mempedulikan teriakan dua mahluk alam ghaib yang barusaja meneriakinya, buang-buang waktu. Lebih baik keduanya membantu dirinya membuang koreng yang mengelupas di kaki nya, lebih bermanfaat 'kan.

"Gue juga mikir itu Da, gue ga masalah ga pake bus, gue bisa bawa mobil gue sendiri dan bisa nampung 4 manusia. T-tapi yang lain gimana nasibnya?"

Desya mengangguk-anggukan kepalanya, ia juga tidak masalah, karena memang ia akan berangkat besama dengan Arka dan juga Vano. Tetapi bagaimana yang lainnya?

"Desya Anyelir" tiba-tiba saja ada yang memanggil namanya

Desya menatap ke arah pintu, dimana Pak Hendra memanggilnya. Buru-buru ia merapihkan dasi nya dan menghampiri Pak Hendra

"Kenapa Pak?"

"Ikut Bapak sebentar"

Desya mengangguk. Ia mengikuti Pak Hendra sampai ke Ruang Guru.

Begitu ia masuk ke Ruang Guru, langkahnya memelan saat melihat lelaki dengan kemeja hitamnya yang sudah lama tak Desya lihat keberadaannya.

Lelaki yang selama ini Desya rindukan, kini duduk tegas dengan sorot teduh ke arahnya.

Namun, langkah Desya berhenti sepenuhnya saat melihat perempuan seumuran Ibu nya duduk sambil menatap tajam ke arahnya.

Ia menggigit bibir bawahnya.

"Oh jadi kamu penyebab kecelakaan putri saya?!"

Desya terkesiap, begitupun guru-guru yang berada di sana kini menatap ke arah meja Pak Hendra walau sekilas.

Desya yang tidak mengetahui apa-apa tentang ini, hanya bisa mengerutkan kedua alisnya, ia menatap kosong ke arah Bapaknya yang kini menatap dirinya.

"Sebentar Bu, kami harus tahu cerita jelas dari Desya. Kami tidak bisa menuduh Desya sembarangan, karena belum ada bukti kuat yang menunjukan kalau Desya adalah penyebab Tania kecelakaan"

Tak lama Arsen dan Rasya datang dengan nafas tak beraturan, baru saja mereka keluar untuk menemani Arka, langkah mereka pun memelan saat melihat Desya duduk di hadapan Pak Hendra, dengan dua orang dewasa yang tak mereka ketahui siapa dan ada masalah apa dengan Desya.

"Pak, kunci nya" mereka hanya ingin mengembalikan kunci mobil milik Pak Hendra yang di pinjam barusan

"Saya belum terima kalau anak saya Tania, kecelakaan karena anak ini! kamu perempuan gak bener! memang nya kamu siapa, macam-macam dengan anak saya!" sentak Mama nya Tania tajam.

Barusaja Arsen dan Rasya membalikan badannya, mereka kembali membalikan badan menghandap Pak Hendra.

"S-saya tidak tahu dengan kecelakaan yang menimpa Tania dan Gino"

"Kamu tahu Tania kecelakaan dengan Gino?! itu berarti kamu tahu kejadian saat anak saya kecelakaan!"

Desya menggeleng, ia menatap Bapak nya yang tidak mengeluarkan sepatah kata apapun untuk membela nya.

"Kamu memang tidak tahu malu! apa salah anak saya sampai-sampai kamu hampir saja buat dia meninggal? gara-gara kamu anak saya lumpuh! kamu iri pada anak saya?!"

Arsen menarik Desya berdiri, membuat Pak Hendra melotot kaget karena tindakan muridnya

"Arsen, saya sedang berbicara dengan Desya"

"Maaf Pak kalau tindakan saya lancang"

"Kamu apa-apaan Arsen?"

"Seharusnya bukan Desya yang Bapak tanya, tetapi Tania. Bukan Desya penyebab Tania kecelakaan"

"Tapi, ada saksi yang melihat Desya di TKP, dan kami punya bukti kalau sebelumnya Desya sempat bersama dengan Tania, walaupun
buktinya belum terlalu kuat"

Arsen membasahi bibir bawahnya, ia menatap Mama Tania berganti menatap Pak Hendra yang sama-sama menatapnya

"Apa buktinya jelas kalau memang Desya bersama dengan Tania? apa Bapak lihat di dalam bukti itu kalau Desya berbuat jahat kepada Tania?"

"Kamu pacar anak ini?"

"O-ohh pantas. Kamu bergaul dengan berandalam semacam kalian, jadi saya ga heran kalau perempuan ini perempuan ga bener!"

Arsen menatap Mama nya Tania tajam, baru kali ini ia menemukan orang tua yang tidak tahu cara menyelidiki kasus anaknya sendiri dan seenaknya mengetai orang tanpa memberikan cermin untuk dirinya sendiri

"Kalau pacar Desya, mungkin bukan kecelakaan yang Tania alami, tapi kematian yang bakalan dia alami! saya ga akan segan-segan buat Tania lebih dari lumpuh, itupun kalau Desya pacar saya!"

Semua guru-guru langsung menatap Arsen tak percaya? bagaimana bisa Arsen Senjaya yang biasanya berbicara sopan dan santun juga terkenal dengan wibawanya, bisa berbicara hal demikian?

"Arsen jaga bicara kamu!" ucap Pak Hendra yang sama halnya dengan guru lain, ia juga terkejut.

"Saya tidak terima dengan perkataan kamu! masalah ini akan saya bawa ke jalur hukum, agar kedua anak ini di proses. Apalagi kamu Desya! kalau masalah ini dibiarkan, bisa saja anak lain yang menjadi korbannya. Saya tuntut Desya dengan hukuman berat!"

"Bu, masalah ini bisa dibicarakan baik-baik, kami para guru akan menyelidiki kasus ini" ucap Pak Hendra berusaha menenangkan

"Saya tidak bisa lagi menahan emosi saya. Biar pengacara saya yang mengurusi semua masalah ini. Pah, ayo pulang"

Desya menatap Bapaknya yang menurut saat mendengar perintah dari Ibu tiri nya. Bapaknya bahkan tidak mengeluarkan sedikit kata-kata untuk membantunya, padahal sedaritadi Desya sengaja diam, ia ingin tahu apakah Bapak akan menolongmya di saat seperti ini?

"Kacau" gumam Pak Hendra sambil menyandarkan tubuhnya. Ia menatap ketiga murid yang sama-sama menatapnya

"Kamu ada si tempat kejadian Desya?"

Desya melirik Arsen, ia mengangguk kecil sambil melipat bibir nya.

Pak Hendra menghela nafas berat, bagaimana bisa Desya menyebabkan kecelakaan? anak sepolos ini bahkan takut ketinggian dan anak ini tidaj pernah terlibag perkelahian apapun di sekolahnya.

Bagaimana caranya Desya membuat Tania lumpuh?. Ini jelas tidak masuk akal

"Bukan saya Pak yang buat Tania dan Gino kecelakaan, bukan saya"

"Iya. Bapak belum tahu kronologis sebelum Tania kecelakaan" sambung Rasya

"Saya ada di tempat, bersama Desya. Nara dan Rasya juga sama halnya dengan saya yang ada di sana. Tapi, kami semua tidak ada di tempat kecelakaan Tania dan Gino. Sebagian dari kami semua berkumpul di rumah Om Dion, Papa nya Arka" jelas Rasya

"Benar Pak, saat kejadian kami ada di rumah Arka. Bahkan sebagain menginap, Arsen mengantarkan Hida berobat ke klinik karena luka nya begitupun saya"

"Hida, ada disana?"

Arsen dan Rasya mengangguk

"Kalian sedang apa malam-malam dengan Tania?"

Rasya melirik Desya begitupun Arsen yang menunggu jawaban Desya.

"K-kami, k-kami.."

Arsen mengangguk, ia berusaha membuat Desya membuka suara. Karena jawabannya ada pada gadis ini

"Permisi"

Anjir.

Reno datang dengan cengiran khas nya, ia melambaikan tangan ke arah Rasya dan Arsen. Tak lupa menyapa guru-guru cantik yang kebetulan akrab dengannya.

"Si kunyuk ngapain ganggu sih anj!" bisik Arsen

"Kita bicarakan masalah ini setelah masalah di sekolah selesai. Bapak akan cari tahu, Desya kami juga butuh jawaban kamu. Karena jika sampai Mama nya Tania benar-benar membawa pengacara, semua nya akan menjadi rumit. Kamu persiapkan jawaban-jawaban kamu nanti. Bapak akan adakan rapat tertutup"

Desya mengangguk. Rasya segera merangkul Desya dan membawanya keluar, meninggalkan Arsen yang kembali duduk di hadapan Pak Hendra. Sedangkan Reno masih berdiri, ia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Arka.

***

Semesta nampaknya sedang menguji ketegaran Desya. Di saat ia sedang mempersiapkan hatinya untuk menemui Bapak, semesta mempertemukan keduanya dalam keadaan yang tidak pernah Desya sangka.

Semalam ia bercerita akan bertemu dengan Bapak kepada Nara, ia sangat antusias karena bertahun-tahun lamanya ia tidak bertemu dengan sosok tegas nan penyayang yang selalu Desya banggakan kepada teman-temannya dulu.

Desya merindukan Bapak, tentu saja.

Selama ini Desya bohong soal benci Bapak, selama ini yang Desya rasakan itu perasaan sayang, perasaan rindu, dan perasaan ingin memeluk Bapak.

Tidak ada sedikitpun kebencian yang ada di hati Desya untuk Bapak.

Desya pernah bertanya kepada Nara saat dirinya menginjak kelas 5 SD

"Nar, kalo suatu saat nanti Eca ketemu lagi sama Bapak. Bapak bakal bangga gak sama Eca?"

"Bangga. Nara juga bangga sama Eca, Mama Nara juga pasti bangga sama Eca"

"Eca juara satu di kelas, pasti Bapak bangga 'kan?"

"Iya. Bapak itu cinta pertamanya anak perempuan, Bapak juga pasti bangga, sayang banget sama Eca kalau tahu Eca juara satu di kelas"

"Tapi..Eca gak tahu Bapak dimana"

"Tunggu aja Bapak pulang, kalau Bapak pulang, Eca baru ceritain semuanya ke Bapak. Eca mau apa kalau Bapak pulang?"

"Peluk Bapak, ajak Bapak jalan-jalan, terus..Eca gak mau Bapak pergi lagi. Eca sayang sama Bapak, Nara"

Tapi, yang Desya rasakan sekarang malah perasaan gamang. Ia bahkan tidak bisa memeluk Bapak seperti apa yang dikatakannya dulu.

"Apa gue udah ga di anggap anak ya sama Bapak?"

"Tatapan Bapak tadi, kayak nunjukin banget kalau gue anak nakal" ia tertawa untuk dirinya sendiri.

"Nara, andai aja lo tau kalo gue ga bisa peluk Bapak. Mungkin lo sendiri yang bakalan peluk gue dan nenangin gue"

Ia menatap awan yang mulai menghitam, nampaknya langit pun merasakan apa yang sedang Desya rasakan

"Nara, gue baru sadar kalau kehadiran lo buat gue itu berarti banget" ia menundukan kepalanya, menatap sepatu tanpa tali yang diikat. Ia tersenyum getir, biasanya Nara yang akan menalikan tali sepatunya dan memarahinya karena selalu berbuat ceroboh

"Desya!"

Ia menoleh ke arah sampingnya, dimana ia menemukan Gino yang tiba-tiba datang dengan kaki kanannya yang pincang. Reflek ia berdiri dan tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya

"G-gino lo ngapain kesini?"

Gino berhenti di depannya, "Desya, gue kesini atas suruhan Tania"

"M-maksud lo?" nafas Desya rasanya tak beraturan saat Gino mengatakan jika kedtangannya atas suruhan adik tiri nya.

"Desya, gue kesini atas permintaan Tania. Gue ga bisa nolak permintaan dia kali ini, gue takut ini yang terakhir kalinya buat dia"

Desya tak mengerti apa yang di maksud Gino

"Lo ngomong apa Gin? gue ga tau apa yang lo maksud, lo bisa bicara intinya?"

Desya membawa Gino duduk, ia juga tak tega melihat kaki Gino yang masih belum sembuh, apalagi Gino tak mau di rawat barang sehari pun.

Walaupun dalam hati, Desya menyembunyikan ketakutannya.

"Tania punya penyakit kanker otak, stadium akhir Sya"

"H-hah?"

Jantung Desya berdebar, nafasnya tercekat, bahkan tenggorokannya terasa mengering saat mendengar ucapan Gino. Apa ini sandiwara?

"Gin, kalo lo cuma mau buat drama lagi supaya bisa nyakitin gue. Maaf, gue ga percaya. Selama ini gue udah sabar banget hadapin Tania, karena dia adek tiri gue, gue sama dia punya satu darah yang sama. Gue pernah relain Nara buat deket sama dia, bahkan gue terima saat dia buat berita bohong tentang gue, gue juga terima saat Nara marahin gue demi belain dia. Gue terima semua apa yang dia lakuin buat gue Gin"

"Tapi, untuk sekarang gue ga mau lagi percaya sama apa yang kalian bilang. Selama ini gue di asingkan dari keluarga kalian, bahkan Bapak kayaknya udah lupa sama kehadiran gue"

"Jadi, maaf Gin. Gue ga mau denger drama baru kalian lagi.."

Desya berdiri membenarkan roknya, ia menatap Gino datar kemudian meninggalkannya. Ia bukan tidak percaya ucapan Gino, hanya saja ada alasan lain yang membuatnya bersikap seperti ini.

Ia takut jika ucapan Gino memang benar, ia takut jika adik tirinya sakit, dan ia takut kehilangan adik tiri nya.

Desya menyayangi Tania, asal kalian tau.

Tidak ada sedikitpun rasa benci untuk Tania, Desya senang saat tahu jika Tania adik tirinya, Desya senang saat tahu jika ia punya saudara walaupun berbeda Ibu, ia bahkan bingung untuk mengatakan Tania adik tirinya, karena bagi Desya, Tania satu Ayah dengannya dan Desya menganggap jika Tania adik kandungnya sendiri.

"Naraya, ternyata bener ya apa kata lo dulu, gue sama lo ga boleh punya jarak, gue sama lo harus tetep sama-sama supaya lo bisa lindungin gue dan tenangin gue. Hadir lo ternyata punya pengaruh besar dalam hidup gue, Nar. Selama ini, lo yang tau banyak cerita tentang gue Nar, selama ini lo yang selalu ada di samping gue. Dan sekarang? gue sendirian. Bahkan gue terlalu takut buat nunjukin wajah gue di depan Bapak, gue takut. Naraya, gue juga takut lo yang suatu saat nanti bakalan ninggalin gue.."

Continue Reading

You'll Also Like

651K 43.9K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
493K 18.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
812K 70.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
489K 25.6K 36
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...