🌺Caraku Mencintaimu🌺

By putriiiiapkato

311K 16.3K 1.1K

" iya maaaah.. Ini juga udah siap kok. Ngapain sih neng harus pake baju seformal ini? Ada yang nikahan? Atau... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
HARAP DI BACA
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
59
60
61
62
63
64
65
66

58

2.4K 180 18
By putriiiiapkato

Satu bulan aku nggak nongol 😭
Maafin aku guys 🙏

Vote yuk yang udah kangen sama Elsa, Ervan, Syifa dan Aldo ⭐

Kangen Iky nggak sih? 😣

Cuss lah ~

***

Setelah Syifa meyakinkan bahwa ia akan berhati-hati dan jika terjadi sesuatu ia akan membangunkan Aldo, itu hanya untuk meyakinkan lelakinya. Ia akan terus mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, tidak perduli seberapa lama Aldo tertidur di sampingnya. Sesekali kedua matanya melirik ke kanan dan kiri berharap ada warga yang masih berada di luar rumah mereka. Jujur saat ini Syifa merasakan takut ketika daerah yang ia lewati sangatlah sepi. Tidak ada tanda-tanda warga yang jaga malam.

Jantungnya berdegup lebih keras ketika ada seseorang yang tergeletak di tengah jalan dan membuatnya menginjak pedal rem dengan dadakan. Aldo dan Wiwi yang sedang tertidur pun terbangun akibat Syifa yang menghentikan laju mobil dengan sekali injak pedal remnya.

Belum sempat ia meminta maaf kepada Aldo dan juga Wiwi, sudah ada dua orang yang mengetuk-ngetuk kaca mobil itu dengan tidak sabar. Dapat Syifa lihat dengan jelas, lelaki yang mengetuk kaca mobil sebelah kanan itu membawa pisau di tangan kanannya.

" Kakak, Wiwi takut.."Wiwi dengan posisi duduknya yang sedikit ke pertengahan.

" Mas gimana ini? " Syifa. Masih mencoba mengabaikan rasa takutnya karena kedua lelaki yang mengetuk kaca mobil .

Orang yang tadi menghalangi jalan mereka pun ikut bergabung bersama kedua lelaki itu dan mengetuk pintu belakang.

" Kendarai lagi mobilnya, nggak ada alasan kita buat keluar mobil kan? "Aldo

Syifa sedikit mengerutkan keningnya, kedua matanya menatap arah depan. Benar kata Aldo bahwa tidak ada alasan untuk mereka keluar dari mobil, jalan yang berada di hadapan mereka kosong tanpa ada penghalang apapun.

" Kamu bisa. "Aldo mencoba meyakinkan Syifa yang masih ragu untuk mengendarai kembali mobil yang mereka tumpangi. Dengan tarikan nafas yang lumayan panjang, Syifa mulai menginjak pedal gas nya dengan sedikit memainkan gas nya. Setelah ia berhasil sedikit menjauhkan para ketiga lelaki yang mungkin hendak merampok mereka, ia segera menancapkan gas dengan kecepatan seratus dua puluh kilo meter perjam.

Setelah merasa aman Syifa pun memperlambat laju kendaraannya dan mulai menginjak pedal remnya dengan perlahan. Kepalanya menoleh ke Aldo yang berada di sebelahnya. Mulut lelaki itu menganga dan sepasang matanya melotot menandakan bahwa ia terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, tepatnya terkejut karena Syifa berhasil menjauhkan mereka dari para perampok dengan mengendarai mobil begitu kencang.

" Hey! " Syifa, mengusapkan telapak tangannya ke wajah Aldo agar mulut menganga juga mata yang hampir keluar itu bisa masuk kembali ke tempat semula.

" Gantian, Mas."Lanjut Syifa ketika Aldo sudah sadar akan dirinya yang tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya di hadapan wanita itu.

" Kamu aja deh yang kendarai mobilnya sampai Tasik, asik banget aku di ajak kebut-kebutan sama kamu. "Aldo.

" Iya. Kak Syifa aja yang nyetir mobilnya, seru. "Wiwi.

" Wiii jangan ikut-ikutan deh. Mas cepetan ah gantian ."Syifa.

***

Berat rasanya membiarkan lelaki yang kita sayangi pergi untuk tugas negara dan jauh dari keluarganya. Elsa baru saja pulang mengantarkan Ervan ke asramanya bersama dengan Om Winata. Percaya adalah kunci utama yang Ervan pegang saat jauh dari Elsa dan membiarkannya berteman dengan siapapun. Ragu, Elsa ragu akan Ervan yang berada di asrama dan akan bertemu terus menerus dengan Polisi Wanita yang rata-rata memiliki paras wajah yang manis juga cantik.

" Aku istirahat dulu, ya. Jam tiga harus bangun dan mulai aktifitas. Tetap jaga kesehatan, ya. Semangat kuliahnya dan semangat juga jalani hari-harinya ❤️ As'salamu'alaikum."

Itulah akhir pesan yang Ervan kirimkan untuk Elsa tanpa menunggu balasan darinya. Ervan benar-benar mematikan handphone nya saat di asrama. Ia tidak ingin merusak jam tidurnya, dan istirahatnya kurang hanya karena tidak mengikuti peraturan kamarnya.

" Semangat juga, Pakpol. Wa'alaikumsalam.."Elsa mengirim balasan singkat itu kepada Ervan melalui aplikasi chattingnya.

" Besok kuliah nggak? " Tanya Tante Dhita yang baru saja duduk di sofa ruang keluarga.

" Iya, tapi neng mau bolos aja. "Elsa, dengan Posisi tubuh tengkurap di atas sofa panjang.

" Mamah telephone Evan ya, biar nggak jadi nikah, "

Elsa melirik mamahnya dengan sinis dan mengubah posisi tengkurapnya dengan posisi duduk. " Ya nggaaaak."lalu berdiri dan mengambil bingkisannya yang berada di atas meja dan melangkahkan kedua kakinya untuk menjauh dari ruang keluarga.

" Mamah nggak dibeliin apa-apa neng? Kan abis main ke mall sama Evan. "Tante Dhita yang memperhatikan punggung Elsa yang membelakanginya.

Elsa yang terus melangkah dan mendengar suara mamahnya pun menjawabnya dengan sedikit mengeluarkan suara yang kencang alias berteriak, " Nggak, kalo mau oleh-oleh dari mall suruh Ervannya pulang lagi! Biar bisa belanjain mamah, papah, sama Nisa. "Masih terus melangkahkan kedua kakinya ke kamar.

Tante Dhita sudah tidak aneh ketika melihat perubahan sikap yang putrinya tunjukan. Ia tahu bahwa putri satu-satunya ini berat melepaskan Ervan untuk melanjutkan tugas negaranya. Hanya gelengan kepala dan sedikit senyuman yang Tante Dhita tunjukan saat mendapatkan jawaban yang keluar dari mulut Elsa.

" Coba aja dari dulu gua nggak pernah punya cita-cita buat jadi istrinya Abdi Negara, pasti perkenalan gua sama PakPol juga nggak bakal pernah ada. Jangan salahi gua kalau tiba-tiba badmood dan segalanya. Lu juga bakal latihan sampai hari H nya datang dan nggak punya banyak waktu buat ketemu gua, setidaknya kasih kabar ke gua lah kalau ada sedikit waktu senggang.. " Elsa yang berbicara di hadapan cermin.

Di atas meja rias itu sudah terpajang dengan rapih beberapa bingkai photo nya bersama beberapa teman kampus, preman-preman, dan juga anak-anak rumah kasih. Kedua bola mata milik Elsa tidak sengaja melihat sebuah bingkai foto yang terbalik, kemudian ia membenarkan posisi dari bingkai foto itu.

" Kapan gua cetak foto ini? " Tanyanya saat melihat photo di bingkai yang terbalik tadi. Ternyata itu adalah fotonya dengan Ervan saat tidak sengaja bertemu di kampus tempat ia berkuliah.

Elsa sama sekali tidak ingat bahwa ia pernah mencetak foto itu dan di pajang di kamar kotornya. Elsa memandangi foto nya dan bayangan-bayangan pada masa itu datang ke pikirannya lagi,

Flashback ..

Ervan dan timnya sedang menjalankan tugas negaranya. Mereka di perintahkan untuk menangkap beberapa mahasiswa yang dicurigai mengkonsumsi narkotika. Bahkan dicurigai mengedarkan narkotika itu di area yang bukan tempatnya. Kampus. Saat itu Elsa sedang berada di toilet pintu nomor tiga. Awalnya ia ingin keluar dari dalam bilik toilet, namun ia mengurungkan niatnya itu ketika mendengar beberapa suara pria, ketukan pintu, dan juga dobrakan pintu. Elsa hendak mengintip dari bilik pintu nomor tiga. Toilet yang ia tempati sengaja pintunya tidak di kunci agar ketika terjadi sesuatu ia mudah kabur dari sana.

Pintu bilik toilet ke tiga di dobrak dengan paksa dan membuatnya terjatuh ketika hendak menaiki kloset. Terlihat laki-laki berseragam serba hitam, masker hitam dan terdapat logo di maskernya serta senjata yang berada di genggaman mereka.

Elsa sempat di beri pertanyaan oleh beberapa lelaki yang berseragam itu, namun dengan sesegera mungkin ia keluar dari sana. Saat sudah berada di depan pintu masuk toilet, tubuhnya bertubrukan dengan seorang laki-laki berseragam hitam sama seperti lelaki di dalam.

Wahyu, lelaki itu memperkenalkan dirinya kepada Elsa dan alasan mengapa lelaki itu tahu namanya. Wahyu, rekan kerja Ervan. Ia bertanya pada Elsa apakah bertemu dengan Ervan di dalam toilet itu, Elsa menggeleng seraya memberikan jawabannya bahwa ia tidak tahu yang lelaki pujaannya karena semuanya menutupi wajah dengan masker. Berselang beberapa menit beberapa Brimob itu keluar dari toilet dan menangkap seorang pria juga wanita dengan kedua tangan di borgol.

Ada satu lelaki yang keluar dari barisan. Dan bergabung dengan Elsa juga Wahyu. Ervan.

" Pakpol pakpol ini kenapa pada ke kampus, mau lanjut kuliah Chut? " Ucap Syifa teman kuliah Elsa yang baru saja datang menghampiri mereka.

" Ya tanya lah sama mereka." Elsa .

" Jadi kita dapet perintah bahwa di kampus ini ada yang mengedarkan Narkoba jenis sabu dan orang yang tadi lah pemakai dan pengedar narkoba itu .. " Wahyu

" Ooohh.. " ucap Elsa dan Syifa secara bersamaan .

" Aku boleh foto bareng kamu ? " pinta dan tanya Ervan yang berhadapan langsung dengan Elsa .

" Kenapa nggak sama gua aja pak? " Syifa .

" Tuh sama Syifa aja" Elsa

" Kamu sama aku aja " Ajak Wahyu pada syifa agar tidak mengganggu Elsa dan Ervan.

" Soalnya sebentar lagi kita bakal lanjut tugas, please... " Ervan menyatukan kedua telapak tangannya. Senjata yang tadi ia genggam kini ditaruhnya di punggung seperti menaruh gitar.

" Dasar Fens " Elsa memposisikan dirinya di samping Ervan, dan memasang wajah penuh dengan pertanyaan.

Ervan paham dengan tatapan itu, " Hp nya di saku celana aku, tolong ambilin ya, Cha.. kalau aku yang ngambil harus lepas sarung tangan, kan ribet.." Ervan, Elsa mengambil handphone Ervan yang berada di saku celana sebelah kanan.

" Pasport nya apa? "Elsa saat layar handphone itu menyala dan memperlihatkan password dari handpone itu.

" Password! " Kompak Ervan Syifa dan juga Wahyu.

" Iya itu password " Elsa .

" Nama sama tanggal lahir kamu.. " Ervan .

" Ini hp lu bukan hp gua, ngapa pakai nama sama tanggal lahir gua? Nggak waras lu, Pak! " Elsa sambil mengetik password di handphone Ervan dan kemudian memberikan handphone itu pada Syifa. Syifa yang mengerti apa maksud teman sekaligus sahabatnya ini langsung mengambil posisi ala photografer

Tiga foto dengan gaya yang berbeda berhasil Ervan dapatkan

" Buat Adek-adek emesh semangat ya kuliah nya biar jadi masa depan yang baik buat kakak kakak polisi .." Wahyu .

" Gua aduin lu. " Ervan.

" Aduin gimana ? Kan gua bener Van semangati mereka biar dapet calon nya polisi.." Wahyu .

" Pak putusin aja ceweknya, terus jadian sama aku.. " celetuk Syifa yang berujung mendapat cubitan di lengan kanan nya oleh Elsa . Syifa mengusap pelan bekas cubitan yang Elsa berikan untuknya.

" Lebih baik lu balik gabung sama tim, Pak, dari pada temen gua makin nggak waras karena temen lu .." Elsa.

Flashback Of.

Elsa tersenyum ketika mengingat kejadian itu. Sama sekali tidak mengenali Ervan yang bertugas di kampusnya, padahal ia di kepung oleh para polisi saat berada di dalam toilet, tetapi sama sekali tidak mengetahui adanya Ervan di dalam sana. Senyum yang kini di temani oleh tawaan kecil darinya.

" Ada-ada aja si PakPol tuh... Password pakai nama sama tanggal lahir gua, padahal disitu gua belum memperlihatkan rasa sayang gua ke dia. Lagi tugas juga sempat-sempatnya maksa gua buat foto bareng dia... Sebucin itu lu, Pak ..."Elsa masih memperhatikan fotonya dengan Ervan. Ibu jarinya mengusap wajah Ervan di dalam foto itu.

" Bissmillah, Ya, Pak, semoga gua bisa jalani ini semua. Bukan gua doang sih, lu juga semoga bisa, Ya, Pak.. "Elsa meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melanjutkan hubungannya dengan Ervan walau tidak saling bertemu.

Kemudian Elsa mengingat bingkisan kecil yang Ervan berikan pada saat di Mall. Ia mengambil bingkisan itu yang berada di atas kasur dan membukanya dengan rasa penasaran. Sebuah foto yang sudah di cetak memperlihatkan ibu jari dan telunjuk saling bersilang dan membentuk love, di tengah-tengah kedua jari itu terdapat cincin emas putih. Dan, ada seorang perempuan yang sedang menjelaskan suatu materi kepada anak-anak jalanan. Elsa.

Elsa juga mendapatkan satu kotak perhiasan berwarna merah di dalam bingkisan. Ia membuka kotak dan cincin emas putih yang berada di foto itu kini berada di tangannya. Senyumnya semakin mengembang hingga membuat matanya sedikit menyipit.

Senyum itu berbarengan dengan air matanya yang mulai mengalir dari kedua mata indahnya. " Insha Allah, pilihan mamah sama papah nggak akan salah..." Elsa, kemudian memakai cincin emas putih itu di jari manis sebelah kirinya. Ia menaruh dirinya di atas kasur dan mulai memejamkan kedua matanya dengan memeluk foto itu.

Tring!!

Satu notification masuk kedalam handphonenya, namun Elsa tidak mempedulikannya. Ia tetap memejamkan matanya hingga dengkuran kecil darinya terdengar dengan samar.

***

Senang ketika melihat Wiwi dan juga ibunya saling berpelukan. Peluk rindu yang tak tertahankan oleh keduanya. Wiwi menangis saat sampai di kediaman orang tuanya begitupun dengan ibu Wiwi. Semalaman Ayah Wiwi meronda untuk menjaga kampung ini walau mungkin tidak akan ada maling atau penjahat yang datang ke desa kecil ini. Kedua orang tua Wiwi mengurungkan niatnya untuk berpisah dan memilih bersama agar Wiwi memiliki masa depan yang cerah dengan kedua orang tua yang masih utuh.

Suara ayam berkokok dan kambing saling bersahutan membuat Syifa terbangun dari tidurnya. Sungguh nyaman tinggal di desa seindah ini. Syifa dan juga Aldo di persilahkan untuk beristirahat di rumah orang tuanya Wiwi. Aldo tidur bersama Ayah Wiwi, Syifa tidur bersama Wiwi dan ibunya.

" Ibu kenapa nggak bangunin Syifa? Syifa kan bisa bantu-bantu buat masak.."Ucapnya ketika berjalan ke dapur dan mendapati Ibu Wiwi yang sedang memasak sarapan.

" Kamu itu tamu, jadi nggak boleh pegang apapun di dapur ini.."Ibu Wiwi.

" Syifa nggak mau di anggap tamu, Bu.. "

" Sana mandi, selesai mandi sarapannya udah siap.. "Titah ibu Wiwi pada Syifa yang kekeuh ingin membantunya memasak.

" Nggak enak dong, Bu, "

" Nggak papa atuh neng.. udah sana mandi aja."

Syifa akhirnya mengalah dan memilih untuk mandi. Ketika hendak masuk ke dalam kamar mandi kakinya berhenti saat Aldo tiba-tiba saja keluar dari dalam sana. " Untunglah Aldo keluar dengan pakaian lengkap. "Pikir Syifa.

" Kalo udah nikah sama aku, kamu harus lebih dulu bangun ya? Terus masakin sarapan juga buat aku dan anak-anak kita nanti.."Aldo.

" Iya, mas .. permisi atuh aku mau mandi, "Syifa, karena Aldo berdiri tepat di ambang pintu dan membuatnya kesulitan untuk masuk ke kamar mandi.

Aldo dua kali melangkahkan kakinya dan segera mempersilahkan Syifa untuk masuk ke dalam kamar mandi. Setelah Syifa masuk ke dalam Aldo pun pergi ke kamar tamu yang di tempatkan olehnya dan juga Ayah Wiwi.

Aldo telah mengenakan kaus lengan pendek dan juga celana boxer. Kemudian ia keluar dari rumah itu dan mencari keberadaan Ayah Wiwi. Pria berusia kurang lebih empat puluh tahun itu sedang memotong rumput liar yang tumbuh di halaman rumahnya. Aldo berinisiatif untuk mengumpulkan rumput yang sudah terpotong itu ke satu tumpukan. Walau di larang oleh Ayah Wiwi Aldo dengan kekeuh membantunya.

" Kambing-kambingnya kenapa nggak di bawa ke sini aja, Pak? Lumayan kan nggak harus gunting rumput liarnya.."Aldo.

" Kambingnya kalau habis makan suka buang air besar sembarangan, jadi biarin aja kambing-kambing itu di kandangnya atau sekitaran kandangnya.. "

" Rumput ini di bawa ke kandangnya yang ada di belakang rumah, Pak? "Aldo.

" Iya, tapi sudah kamu jangan bantuin bapak. Sudah mandi nanti bau lagi.."

" Bau kambing doang mah nggak papa, Pak, Aldo bawa rumputnya ke kandang dulu ya, Pak.."Aldo, membawa rumput yang sudah ia kumpulkan tadi ke kandang kambing dengan tangan kosong.

Beberapa menit setelah Aldo membantu ayah Wiwi, ia dipaksa membersihkan tubuhnya kembali karena baju yang dikenakan sudah ramai bercorak karena tanah merah yang menempel pada rumput yang ia bawa. Syifa lah yang meminta Aldo untuk mandi lagi karena memang bau kambingpun menempel pada tubuh lelaki itu.

Kini mereka sudah duduk di kursi meja makan yang sederhana. Semua sudah siap untuk sarapan. Namun karena ulah Aldo mereka harus menunggu lagi untuk beberapa menit. Di meja makan sudah tersaji makanan khas tanah Sunda. Sayur Asem, tempe goreng, tahu, ikan asin, sambal mentah, ayam goreng, dan tidak lupa kerupuk yang selalu menemani setiap lauk yang mereka makan setiap harinya.

" Sebelum sarapan kita baca doa makan dulu, Ya.."Wiwi. Ke empat pasangan dewasa ini pun mengangguk dan Wiwi lah yang memimpin doa makan.

" Aamiin ..." Kompak kelimanya dan mulai melahap makanan yang telah tersaji dj hadapan mereka.

Kedua orang tua Wiwi tersenyum dengan sangat tulus. Mereka tak habis pikir kepulangan putri mereka sungguh membuat kesempurnaan di keluarga kecil mereka. Di tambah lagi Wiwi yang sudah hafal doa doa pendek, padahal kedua orang tuanya ini belum pernah mengajarkan Wiwi bacaan doa doa pendek, hanya beberapa surah pendek yang ada di Al-Qur'an.

***

Mata pelajaran kedua telah usai, Elsa kesal karena Syifa hanya menitip absen olehnya, di tambah Bilqis yang juga menitipkan absen kepadanya. Ia kembali menyendiri di dalam kelasnya dan membiarkan keheningan menghantuinya lagi. Elsa menaruh kepalanya di atas meja dengan tangan yang dijadikannya sebagai tumpuan. Ia menatap kosong ke depannya. Tidak ada notification special yang masuk ke dalam handphone nya. Ets bukan tidak ada namun Elsa sama sekali belum membaca notification yang masuk. Ia hanya menjawab telephone dari Syifa dan juga Bilqis.

" Ntar juga kesambet! " Suara lelaki itu membuyarkan lamunannya.

Terlihat seorang lelaki dengan kepala dan juga leher yang masih di perban. Ia duduk di sebelah Elsa yang kini sudah menegakkan posisi duduknya. Saat sadar dengan lelaki yang ada di hadapannya, Elsa segera memeluknya dengan beberapa cubitan yang ia taruh di punggung lelaki itu. Risky.

" Gua kira bakal di peluk dengan kasih sayang, nggak taunya di peluk dengan kekerasan. " Keluh Risky saat Elsa melepaskan pelukannya.

" Sorry, udah lama kaga nyiksa lu, bang! Anjir muka tampan lu kenapa, bang? "Elsa, jari jari di tangan kanannya memegang rahang Aldo dengan kasar.

" Lepasin tangan lu dari rahang gua, sakit anjir! "

Elsa melepaskan tangannya dari rahang Risky, kemudian ia mengusap pelan rambut lelaki itu.
" Maapin kelakuannya si Dimas ya, gara-gara dia lu jadi babak belur begini, bang.."Elsa.

" Udah biasa gua babak belur gini mah, asal jangan lu aja, Cha, yang babak belur. Bisa gagal nikah kalo muka lu hancur kaya gua gini.."Risky.

" Gua tabok tuh mulut! "Elsa, menarik bibir Risky dengan kasar namun hanya sekejap saja.

" Eh segini doang yang luka? Ada luka dalam nggak? Kaki lu kaga patah? Otak lu nambah geser kaga? Aelaaah muka lu bengeup nya segini doang, seharusnya bisa lebih parah... Mata lu tuh harusnya bengkak karena di tabokin, ah kaga seru dah si Dimas .."Lanjut Elsa. Risky hanya mengangguk dan membalasnya dengan kata " terus-teruuus" .

" Kaga bang, becanda .. sorry ye pas lu lagi parah-parahnya gua kaga ngejenguk."

" Iya kaga ngapa gua tau kok lu mah sibuk sama si polisi .."Risky.

" Urusan gua banyak, bang. Eh temenin gua makan yuk! "

" Bayarin gua,"Risky. Elsa hanya memberi Dekhem-an saja, dan segera menarik lengan Risky agar mereka keluar dari kelas yang menurutnya sangat membosankan.

Elsa mengajak Risky untuk makan ketoprak di pinggir jalan, walau sebenarnya di kantin pun ada yang menjualnya. Risky mengerucutkan bibirnya pertanda kecewa pada Elsa. Ia kira akan di ajak makan disebuah Caffe atau restoran, ternyata Elsa hanya mengajaknya makan ketoprak pinggir jalan.

" Hehh! Tinggal makan aja banyak komplainnya! "Elsa, saat Risky terus menggerutu.

" Eh tapi ini enak lho ketopraknya. Gila ya Cewek, tau aja tempat makan-makanan yang enak dan murah.. "Risky. Seraya menyuapkan ketoprak itu kedalam mulutnya.

" Cewek? Gua mah emang tau tempat jajanan yang enak, bang. Ehh.. maksud lu cewek yang mana nih? Nggak mungkin gua dong, ya ya yaaa? "Goda Elsa.

" Punya pacar kaga bilang-bilang gua ya lu! "Lanjut Elsa dengan tangan kanannya yang memukul lengan Risky.

" Ngapain gua bilang lu, lu juga sibuk sama si polisi. "Risky.

Rupanya jawaban yang diberikan Risky bukanlah jawaban yang Elsa inginkan. Ia langsung terdiam ketika mendengar jawaban itu karena merasa tidak enak hati dengan Risky dan juga teman-teman jalanannya. Walau mungkin Risky hanya bercanda namun menurut Elsa itu adalah kebenaran. Benar jika akhir-akhir ini ia sibuk dengan hubungannya bersama Ervan.

Elsa hanya ingin memperbaiki semua kesalahannya di masa lalu pada saat ia dan juga Ervan baru saling mengenal. Elsa juga tidak ingin melepaskan Ervan yang memang benar-benar tulus ingin memilikinya tanpa memandang apapun. Setelah mendapatkan foto dan juga cincin emas putih itu ia semakin yakin bahwa kedua orang tuanya tidak salah dalam memilih calon mantu, idaman.

" Jangan bahas PakPol dulu, ya, Bang. "

" Ngapa? Lagi ada masalah? Lu baku hantam sama dia? Echa..Echa... Alim dikit bisa kaga? "Risky.

" Sok tau kan! Gua sama dia lagi baik-baik aja Babang Iky yang mukanya udah nggak tamvan lagi.. "

" Terus ngapa? "Tanya Risky. Tanpa sadar satu porsi ketoprak yang ia makan telah ludes dan hanya menyisakan bumbu kacang di atas piring itu.

" Oh iya gua tau! Ditinggalin tugaskan? Bisa juga sih lu ditinggalin gara-gara dia kebanyakan liat Bu polisi yang uhuy-uhuy" Risky.

" Iky! gua serius! " Elsa.

" Oke nggak bahas tuh polisi dah.. "

" Gua cerita nih... Selama gua di rumah sakit bahkan sampai gua di rawat di rumah juga, ada cewek baik yang selalu rawat gua, Cha. Bahkan yang anterin gua kesini juga dia, Cha. Dia baik banget nggak kaya lu yang jahat banget sama gua, terus dia juga cantik. "Risky.

" Terus sekarang tuh cewek dimana? "Elsa.

" Di parkiran. Dia nggak mau ikut ke kelas, kayanya sih orangnya pemalu gitu, Cha.."

" Cewek baik, cantik, perhatian... Apa iya dia kepincut sama preman yang masa depannya ntah begimana? "Elsa. Menaruh piring kotornya di bawah kursi.

" Ya mungkin aja Allah mengirimkan cewek itu buat rawat gua aja, dan lebih mungkin lagi Allah mengirimkan dia buat jadi pendamping hidup gua." Risky dengan kepercayaan dirinya yang semakin meningkat .

" Iya juga sih...semoga aja ada hidayah yang dikirimkan Allah buat lu, biar kaga gini-gini terus.."Elsa.

" Aamiin"

Dari kejauhan ada seorang perempuan berhijab yang memperhatikan kedekatan Elsa dan juga Risky. Perempuan itu mengenakan gamis dan masker juga untuk menutupi mulut juga hidungnya . Elsa yang merasa di perhatikan oleh perempuan yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengannya itu merasa sedikit menaruh rasa curiga. Kemudian Elsa berbisik kepada Risky hingga lelaki itu pun menoleh ke arah perempuan yang Elsa maksudkan.

" Gua jemput dia dulu, biar lu berdua kenalan. "Risky.

" Oh bener itu ceweknya.. gua aja yang jemput dah! "Elsa, lalu berdiri dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya dengan cepat untuk menghampiri perempuan itu.

Kecurigaan Elsa benar bahwa perempuan yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua adalah perempuan yang Risky maksud. Perempuan yang merawat Risky selama di rumah sakit dan juga di kediaman orang tua Risky.

" Anjay dapetin yang lebih baik dari gua.. "Elsa sepanjang langkahnya menuju perempuan yang berada di sebrang jalan.

Semoga di tahun ini bisa Cepet Cepet ketemu jodoh 🤲🙏😭 hayang gera boga Salaki sah ih akutuh 😭

Tangerang,02,2021

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 271K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.1M 42.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
9M 955K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...