27 | Cinderella and the Pauper

6.7K 1.5K 189
                                    

Update lagi! Happy?

Komen 100+++ langsung up next chapter!

Anyway, ada yang bilang, nikmati prosesnya. Khawatir berlebihan akan masa depan hanya akan membuat perjalanan hidup terkesan sia-sia. *ngarang aku aja sih wkwk.

Tapi semoga paham maksud tersebut yah ^^ enjoy!

___

Laura membuka pintu kediaman Kusuma lebar-lebar dan melengos masuk begitu saja.

Seorang laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang masih melekat pada tubuh jangkungnya pun lantas menyambut. Kedua alis tebalnya saling bertautan menatap aneh kehadiran Laura siang bolong.

"Ngapain, Kak?"

"Kok elo udah pulang?" tanya Laura, melemparkan tatapan curiga. "Bolos, ya?"

"Enak aja. Ada rapat guru tiba-tiba tadi," kilah laki-laki itu, sebelum mengulang pertanyaan akan rasa penasarannya. "Ngapain ke sini."

"Cari Mami lo." Laura menyisirkan pandangan ke berbagai sudut saat Tante Gulalinya tidak kunjung muncul. "Mana Aunty Key?"

"..."

"Naga! Gue lagi ngomong sama lo!" dengus Laura saat pemuda bernama lengkap Nagara Kusuma itu justru sibuk dengan ponsel di tangannya. Mengabaikan Laura yang bahkan tidak dipersilakan duduk olehnya. Dasar tidak sopan!

"Mami dan Papi lagi nganterin Kakek sama Nenek ke bandara. Mereka mau liburan ke Hawaii."

Laura berjengit mendengarnya. "Berdua doang?"

"Sama pengawal, dua."

"Maksud gue, kok elo nggak diajak?"

Pertanyaan tersebut lantas membuat Naga mengerling, jengkel. "Alasannya, gue masih sekolah. Belum liburan. Bete banget!" Kemudian ia mengangkat bahu. "Tapi entar gue nyusul sih, hari Jumat. Lumayan tiga hari juga, refreshing."

Laura hanya memanggut-manggut menanggapi. "Anyway, gue nggak bisa lama-lama. Ada kelas pengganti sore ini, pulangnya mungkin menjelang malam. Nanti lo kabarin Tante Key kalau gue kemari, ya?"

"Dih?" Naga mengembuskan napas. "Nggak elo, nggak Mami, kenapa suka banget sih ngerepotin orang?"

"Maksud lo apa?"

"Lo, kan, punya handphone Kakak cantik. Chat aja si Mami. Pasti dibalas kok. Apalagi kalau dari elo," jelas Naga, lalu mengibaskan tangan. "Dah ah, gue mau istirahat. Jangan ganggu."

"Eh! Tamu lagi di sini juga, malah main pergi aja!" pekik Laura seraya berkacak pinggang.

Naga memutar matanya. "Please deh, kan, lo juga mau pulang, Kak."

"Ya seenggaknya tunggu sampe gue bener-bener ngilang, baru lo leha-leha di kamar!"

"Ish! Ngomel terus, kayak Mami!" desis Naga, geregetan. "Gue p—"

"APA?!" Laura menunjukkan kepalan tinjunya pada Naga. "Berani lo?"

Alih-alih takut, Naga justru tertawa kencang. "Beranilah, Kak. Kecuali kalau Kak Tasha, baru boleh bilang begitu."

"Oh, nantangin?" Laura mengangguk. "Gue panggil Tasha ya? Dia lagi di mobil tuh, nungguin gue."

"Eh?"

"TASH—"

Sebelum Laura sempat menyelesaikan pekikannya, Naga sudah terbirit-birit pergi berlalu dari hadapannya. Katakanlah Naga cemen karena takut pada perempuan. Tapi jika persoalannya dengan Natasha, itu beda lagi!

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now