19 | Cinderella and the Pauper

10K 1.7K 71
                                    

Hey, just enjoy the story okay? Jangan khawatir soal ending yang gimana-gimana. Selalu ingat aja, kalau nggak manis, bukan karya Junieloo namanya ^^

___

"Guys, I have a bad news!"

Nita, wakil ketua dari Theatre yang dibentuk oleh Laura—sang ketua—tergopoh-gopoh masuk ke dalam aula kampus. Jika Unit Kegiatan Mahasiswa lainnya tidak boleh menggunakan aula sembarangan, khusus untuk UKM Theatre sangat diperbolehkan. Selain karena penampilan mereka yang mengharuskan di atas panggung, pengaruh seorang Laura terlalu kuat di kampus.

Banyak yang iri, tentu saja! Terutama ketua UKM Dance Club dan Art Therapy. Namun, mereka tidak mampu menentang pihak kampus atas keputusannya. Dan yang terpenting, tidak mau mencari masalah dengan Laura. Sekalipun UKM Theatre termasuk lembaga kegiatan "junior" karena baru hadir saat Laura meniti Pendidikan di Universitas tersebut.

Sebelumnya, drama yang dimiliki kampus hanyalah Art Therapy. Dan entah bagaimana Laura meyakinkan pihak kampus agar dirinya bisa menciptakan kelas Theatre yang bisa dibilang "bersaing" dengan Art Therapy sendiri.

Intinya, Laura sangat pandai bersandiwara dan memanipulasi. Siapa pun bisa dibuat percaya atau "percaya-percaya saja" jika gadis itu sudah mengutarakan statementnya.

"What kind of bad news?" Sebelah alis Laura menukik. Menatap Nita yang masih terengah, sibuk mengatur napas. "Tenang, Nit. Sini duduk. Kasih tahu kami," ujarnya, menepuk-nepuk kursi penonton di sebelahnya.

Begitu Nita sudah rileks, gadis itu bergegas menghempaskan bokongnya ke sisi Laura. Menatap Laura, serta para anggota yang bahkan terhenti bermain di atas panggung secara bergilir. Terdapat kilat horor di kedua matanya. "Calvin pindah ke Art Therapy!"

"Hah?"

"Apa, Nit?!"

"Anjing si Calvin!"

"Language!" tukas Laura pada Daniel yang baru saja mengumpat kasar.

Peraturan pertama dalam UKM Theatre adalah "tidak boleh berkhianat". Meskipun banyak dari mahasiswa yang mengabdi pada banyak kegiatan, tapi pengecualian untuk teater. Laura tidak suka jika ada yang "membagi" waktu terhadap hal lain karena akan membuat mereka tidak fokus dengan kelas drama Laura.

Rahang Laura terkatup. Peraturan kedua, tidak boleh mengizinkan biang masalah masuk atau kembali. "Find someone else."

"Ng... Lau? Lo yakin? Nggak ada orang yang seganteng Calvin di kampus ini. Kayak yang lo bilang sendiri waktu itu." Nita mewakili seluruh isi benak para anggota. "Lagian, bakal susah cari cowok cakep yang bersedia main drama gini. Calvin aja datang dengan kemauannya sendiri dulu."

Semua orang memanggut-manggut, terkecuali Daniel, cowok yang selalu mendapatkan peran menjadi kaki tangan Pangeran, maupun tokoh antagonis.

Laura terdiam menyadari kebenaran dalam kalimat Nita. Gadis itu pun mengembuskan napas. Terlihat tenang dan seolah mampu menangani kekecewaannya. Padahal, Laura sedang frustrasi bukan main saat ini!

"We're over with him. Just find someone else," titah Laura, sekali lagi.

Belum ada persetujuan dari siapa pun. Baik Nita, maupun anggota lain hanya bergeming seakan ucapan Laura tidak masuk akal.

Dalam beberapa minggu ke depan, mereka akan pentas. Pihak kampus yang memintanya untuk tampil dalam rangka menyambut Presiden.

Entah acara apa itu sampai mengundang Presiden hadir. Laura tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya teaternya yang harus sempurna di segala penampilan, terlebih di hadapan orang penting.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now