90 | Prince and the Swan

6.4K 1.3K 86
                                    

Hai, kangen nggak?

Enjoy!
___

Nathan ditinggal! Bisa-bisanya mereka semua pergi tanpa mengajak Nathan. Jangankan pamit, meninggalkan pesan saja tidak!

Saat Nathan baru keluar dari kamar mandi, dengan keadaan rambut yang masih basah, membuat kaus bagian bahunya terkena beberapa tetesan air, Nathan langsung dikejutkan dengan keadaan villa yang sepi. Benar-benar tidak ada orang! Apa-apaan ini?!

Tapi Nathan keliru. Ia tidak benar-benar sendirian di sana. Setidaknya, tersisa Putri.

Gadis itu tampak menghampiri Nathan saat ia sedang kebingungan mencari semua orang yang tidak tampak batang hidungnya. Curiga, Nathan mengerling tajam pada Putri.

"Kamu ngerencanain ini?"

"Huh?" Putri menggenggam gelas berisi air dinginnya dengan kikuk. Sikap Nathan masih sama. Masih lebih membekukan dari pada apa pun yang Putri rasakan selama ia di sini. "Ngerencanain apa?"

"Semua orang pergi. Kamu sengaja?"

"Aku nggak paham." Putri bersungguh-sungguh. Ia memang tidak mengerti apa maksud Nathan karena gadis itu juga mengalami hal yang sama sepertinya. "Aku baru bangun tidur, terus langsung ke dapur buat ambil minum tadi. Aku bahkan baru sadar kalau di sini sepi karena ucapan kamu."

Mau tidak mau, Nathan terdiam mendapati Putri berkata jujur. Ia justru merasa bersalah karena telah berprasangka buruk terhadap gadis itu. Tanpa dapat dicegah, tiba-tiba saja ia bergumam, "Maaf."

Putri tersenyum. "Kenapa minta maaf?"

"Udah nuduh?" Nathan segera memalingkan wajah saat Putri tersenyum. Masih seperti dulu. Dampak pada dirinya tidak berubah. Maknanya masih sama persis, bahkan lebih parah.

Putri memang tidak sepenuhnya berubah. Gadis itu mungkin benar akan asumsinya tentang penampilan dia di televisi; menawan karena make up dan aura bintangnya pun lebih keluar. Tapi perihal "perubahan" yang Nathan maksud bukanlah tentang fisiknya, melainkan something about herself yang melempar Nathan ke masa lalu. Tatapan Putri, segalanya tentang gadis itu sekarang seolah mencungkil sosok "Nona T"-nya dulu.

Bukan soal penampilan, ini tentang sikap Putri dan mungkin juga... hatinya? Entah.

"Nggak apa-apa."

Hanya itu. Dan entah mengapa respons tersebut membuat Nathan kesal. Putri seolah menyudahi begitu saja pembicaraan mereka dengan memberikan balasan tertutup!

Memangnya apa yang ia harapkan?

Merasa keheningan di antara mereka akan semakin membuat suasana menjadi aneh, Nathan memutuskan untuk berlalu. Namun, belum sempat ia melangkah, Putri bergegas menghentikannya saat pemuda itu hendak memutar badan.

"Nathan, aku udah boleh ngomong?"

"Ngomong apa?"

Putri menelan ludahnya susah payah. Gelas berisi air di tangannya seolah tidak bisa berfungsi untuk meredakan haus yang tiba-tiba menyerang. "Soal semalam."

"Semalam apa?" Nathan menenggelamkan kedua tangannya pada saku celana pendek selututnya. "Emang semalam kamu ngapain? Bukannya yang mau kamu omongin itu masalah lama?" Kemudian pemuda itu mendengus. "Udah basi, Put."

"Iya. Aku nggak minta kamu bisa ngertiin kok. Aku cuma pengin kamu sekadar tahu aja." Putri menatap Putri dari balik bulu matanya. "Boleh ya?"

Nathan mengedikkan dagunya. "Ngomong aja."

Putri memang tidak berharap mereka dapat duduk tenang dan berbicara dengan kepala dingin. Mendapati Nathan mengizinkannya untuk menjelaskan apa yang telah dilaluinya selama ini saja sudah cukup baginya.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now