40 | Sleeping Beauty and the Gangsta

5.9K 1.3K 108
                                    

Ada yang nungguin? Udah dibaca belum cerita "Warna Untuk Pelangi"-nya? Nggak kalah bagus dari cerita Jun yang lain ^^

Enjoy!
___

"Ayah dengar-dengar, kamu jadi ketua dalam sebuah gank."

DEG!

Makan malam Aeros mendadak terasa horor akibat pembukaan sang ayah yang hendak melenyapkan keheningan. "Bukan geng kok, Yah. Kelompok biasa, kelompok belajar," kilah Aeros, cepat. Ia pun kembali sibuk dengan santapan di hadapannya yang kini terasa tidak menggiurkan sama sekali.

"Kalau cuma kelompok belajar, kenapa ada namanya?" Tuan Aldebaran menyipitkan sebelah mata. "Anak buah Ayah nggak mungkin keliru."

Damn! Aeros melupakan fakta bahwa "mata" seorang Aldebara ada di mana-mana.

Sebuah dengusan terdengar dari seberang meja. "Silver King? Cokelat kali ah," sindir Aletha, adiknya yang lebih cocok dinobatkan menjadi rival sejak orok!

"Letha," tegur Aldebaran pada anak perempuannya, membuat Aeros diam-diam tersenyum puas.

"Beneran, Yah. Aeros nggak punya geng apa-apa."

Aldebaran mengembuskan napas mendengar kebohongan Aeros. Sebagai seseorang yang"mengabdi pada negara" tentulah Aldebaran ingin anak-anaknya tumbuh menjadi figur yang baik. Profesinya yang merupakan kepala polisi membuat Aldebaran menjunjung tinggi tata tertib dan segala bentuk kebenaran di tanah airnya. Aldebaran tidak ingin Aeros tumbuh menjadi seorang pemberontak.

"Kita sudah sepakat waktu itu. Kalau kamu mau menetap di Indonesia dan tinggal sama Ayah, kamu harus jadi anak baik."

Aeros memanggut-manggut. "Aeros anak baik, Yah. Serius!"

"Ayah nggak perlu lagi jelasin berulang kali alasannya karena Aeros pasti ngerti, kenapa Ayah begini. Bukan cuma demi kamu sendiri. Tapi demi orang-orang yang kita sayang." Aldebaran tersenyum seraya menepuk dan meremas ringan bahu anaknya. "Kamu masih ingat, kan, perjanjian kita?"

Kali ini Aeros tidak mengangguk meskipun ia paham betul apa yang tengah dibicarakan. "Aeros janji, Yah. Ayah nggak bakal pernah dengar kabar buruk apa pun dari Aeros."

Aldebaran tersenyum hingga kerutan di bawah matanya tercetak jelas. "Good."

Di tempat lain, terlihat the Triplets and Nathan tengah makan malam bersama. Kenikmatan masakan Aeris membuat Natasha sampai nambah berkali-kali. Tapi bukan itu yang membuat Laura keki, melainkan suara "berisik" yang Natasha ciptakan.

Dengan tatapan jijik, sudut bibir Laura berkedut kesal menatap mulut Natasha yang asyik mengunyah di sampingnya. "You eat so freaking gross, Natasha." Kemudian ia mengibaskan rambutnya. "Perhaps there's a reason why, no one take you on dates."

Natasha langsung menoleh. "Damn, Lau! I wanna punch you in the face so bad."

"Yeah. Then I'll kick your ass!"

"Eh, udah udah." Suara lembut Aeris menyeruak. Gadis itu menggeleng-geleng melihat kedua kakaknya yang seolah memiliki prinsip 'tiada hari tanpa bertengkar'. "Fokus sama makanan masing-masing aja, keburu dingin nanti supnya lho."

"Gimana mau fokus kalau nih anak dari dulu nggak pernah berubah cara makannya!" protes Laura, menunjuk Natasha dongkol. "Ngecap terus, hhhh!"

"Ya nggak usah dilihat!" Natasha meraih paha ayam bagian bawah miliknya dan mengoyaknya makin ganas. Memancing emosi Laura. "Makan sana di kamar," titahnya, dengan mulut penuh.

"Kak Sha, Kak Lau, udah dong. Kasihan Kak Ris tuh pusing."

Ucapan lembut Nathan lantas membuat kedua Tom & Jerry tersebut menoleh pada Aeris di seberang mereka. Gadis itu kini tengah memegangi kepalanya seraya meringis.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now