75 | Snow White and the Handsome Sitter

6.9K 1.3K 156
                                    

Ini hari Sabtu, Evan berencana mengajak anak-anak asuhnya jalan sekaligus menjalankan misinya. Sebenarnya ia hanya ingin mengajak Laura dan Aeris, tapi tidak mungkin Natasha ditinggal begitu saja! Kalau Nathan sih, pemuda itu tampaknya tidak peduli ditinggal di apartemen sendirian pun. Karena Nathan tidak melulu sepaket dengan triplets.

Ya, misinya pada sang Cinderella. Namun, baru dirinya memarkirkan mobilnya tepat di menghadap pada pintu masuk, sosok Nita terlebih dulu memasuki kedai kopi tersebut dan membuat Evan mendadak mengurungkan niatannya.

"Eh, iya. Kayaknya kita ke tempat lain aja deh. Baru ingat, toast di sini kurang enak," terburu-buru Evan menyalakan mesin mobilnya.

"Idih? Kenapa elo plinplan gitu deh? Katanya kopi sini enak dan nggak bikin perut kembung!" Natasha mengerling pada Evan di sampingnya. Sekalipun gadis itu sudah mengetahui hubungan Evan dan Aeris, Evan tetap tidak membiarkan Natasha duduk di belakang bersama Laura karena...

Berisik banget kalau ribut! Untungnya, Aeris pun setuju serta tidak mempermasalahkan sama sekali di mana gadis itu akan duduk. Evan bersyukur, gadisnya bukan tipe clingy yang selalu ingin menempel padanya. Meski begitu, tetap saja Evan senang tiap Aeris sedikit "manja" padanya seorang.

"Cuma kopinya—"

"Ya udah, kalau gitu kita beli kopinya aja. Ribet." Laura mengibaskan tangan. Posisi gadis itu yang berada di belakang Natasha membuat ia tidak sempat melihat sosok Nita yang masuk ke dalam kedai. "Gue turun duluan deh. Haus!"

Sebelum Evan sempat mencegah gadis itu, Laura sudah terlebih dulu turun dan melangkahkan kaki jenjangnya ke arah pintu masuk kedai. Dan melihat kembarannya tersebut telah menghilang dari balik benda pipih transparan itu, Natasha pun bergegas menyusul. Berdebat dengan orang tua mendadak membuat tenggorokan Natasha ingin dibanjiri oleh minuman segar.

"Evan? Kamu kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Aeris menyembulkan kepala mungilnya pada celah dua punggung bangku mobil di depannya. "Bukannya, kamu mau bantuin Laura ketemu Kanta? Kanta masuk, kan?"

Evan pun menghela napas. "Bukan masalah Kanta. Aku lihat Nita barusan. Dia kayaknya mau nemuin Kanta."

Aeris tertegun. "T-terus... gimana dong ya?"

Evan mengangkat bahu. "Aku cuma berharap semoga di dalam, Nita nemuin Kanta di tempat tertutup selama Laura ngantre sama Natasha."

Keinginan Evan terkabul. Tapi tidak sepenuhnya.

Kanta memang menemui Nita di ruang khusus karyawan. Ada sesuatu yang gadis itu ingin bicarakan. Sangat penting sampai-sampai Kanta perlu meminta tolong pada bartender lain yang sedang beristirahat, untuk menggantikan tugasnya sementara.

Namun, hal tersebut tidaklah lama. Setidaknya, Kanta—bahkan juga Nita—masih sempat diperlihatkan sosok Laura dan Natasha yang tengah berbincang kecil sambil berdiri di baris antrean.

Gadis itu masih belum menyadari keberadaan mereka. Namun, baik Kanta dan Nita, tidak ada yang saling berupaya untuk bersembunyi lagi. Pikir mereka, mungkin ini waktunya.

"Aeris kok nggak turun-turun ya?" Natasha menjulurkan lehernya ke arah luar dari dinding kaca. Menunggu Aeris turun dari mobil Evan dan bergabung dengan mereka.

"Didoktrin kali sama si Evan buat nggak ikut kita. Lagian dia, kan, punya maag. Nggak disaranin konsumsi kafein," ujar Laura tanpa melepaskan pandangan dari banner yang tengah mempromosikan minuman baru bertema "secret menu" kedai tersebut.

"Tapi, kan, ada minuman lainnya. Nggak harus pesan kopi, anjrit! Itu sih, si Evan aja yang mau berduaan di mobil..." Kemudian wajah Natasha memerah. "Sialan, si Kakek! Kalau adik gue tercemar polusi area dewasa, gue tarik bulu kakinya!"

The Triplets and Nathan! [✓]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora