37 | Sleeping Beauty and the Gangsta

6.7K 1.4K 217
                                    

Aeros:
Morning, Tasha...
Mimpi indah nggak semalam?

Baru juga bangun, Natasha sudah diteror kembali oleh pesan singkat dari Aeros. Namun, alih-alih mengabaikannya karena risi, ia justru membalasnya dengan kejam. Seperti biasa.

Natasha:
Mimpiin elo semalam.

Respons Aeros sangat cepat. Di detik yang sama lelaki itu membaca pesannya, di menit yang sama pula balasan darinya sampai pada Natasha.

Aeros:
Really?
Guenya lagi apa tuh?

Natasha:
Nongkrong di got.
Lo jadi tikus di mimpi gue.

Aeros:
Wow!
Ganteng banget pasti tuh tikusnya.

Natasha:
Jijik! Bau!

Di tempat lain, Aeros tertawa geli membaca hinaan yang dilontarkan Natasha padanya. Menurut laki-laki itu, tidak ada yang lebih manis di dunia ini dibanding makian seorang Natasha Aluna Wijaya. Hmm, nama yang bagus. Pantas bersanding dengan Aeros Yamaza.

Iya, kan?

Aeros baru akan membalasnya lagi, saat bubbles dari Natasha mendahuluinya.

Natasha:
Mandi lo, dongo!
Emang nggak sekolah?!

Kalimat Natasha memang terkesan kasar. Tapi bagi Aeros, Natasha seolah tengah memberi perhatian padanya, seperti: "Mandi dong, Sayang! Kamu sekolah, kan, hari ini?"

Aeros:
Sekolah dong.
Kan, mau jagain adik ipar.

Natasha:
Cih! Kalau bukan karena Nathan, ogah gue balas chat lo!

Aeros tersenyum masam. Fakta tersebut mau tidak mau sedikit mencubitnya untuk bangun dari mimpi dan meratapi kenyataan. Benar, Natasha meladeninya bukan semata karena gadis itu ingin, tapi "terpaksa" supaya Aeros masih mau bekerja sama dengannya. Apa lagi kalau bukan memastikan Nathan baik-baik saja setelah Putri menghilang dari dunia mereka?

Damn! Mendadak Aeros merasa iri dengan Nathan. Laki-laki itu sangat beruntung memiliki kakak-kakak yang menyayanginya sepenuh hati. Sedangkan Aeros? Jangan ditanya! Adik perempuannya—yang lebih mirip disebut singa betina, tidak jarang bertengkar dengannya.

Sialnya, Aeros terlahir sebagai seorang kakak—laki-laki pula—yang dibebani dengan 3 "lah", yaitu; salah, kalah, dan mengalah. Dan akan selalu begitu di mata ayahnya, orang tua satu-satunya yang mereka miliki. Seseorang yang paling keras di rumah, yang selalu menuntut Aeros untuk sepertinya.

Ah, indahnya dunia. Batinnya, sarkasme.

Aeros:
Gue yakin kok, Sha
Suatu saat nanti, lo bakal yang nyariin gue :)

Natasha:
Bangun yang bener! Dah pagi.
Jangan mimpi mulu kerja lo.

Aeros:
Serius. Kita lihat aja entar.

Natasha tidak lagi membalasnya. Mungkin itu merupakan tanda bahwa sudah waktunya Aeros untuk bangkit dari ranjang dan bergegas siap-siap agar tidak terlambat ke sekolah.

Dan Aeros melakukannya dengan semangat. Saking riangnya, ia sampai bersenandung kecil saat melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Membuat sepasang mata yang selalu ia hindari, menyipit menatapnya dari kejauhan dengan penuh kecurigaan.

***

Aeros:
Sha, gue udah sampai di sekolah.

Aeros masih terduduk di motornya. Menimang-nimang benda pipih tersebut di tangannya, sambil sesekali memastikan bahwa notifikasinya memang tidak eror. Natasha hanya belum sempat membalas pesannya.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now