84 | Sleeping Beauty and the Gangsta

6.4K 1.3K 114
                                    

Malam minggu nih, ada yang masih bangun? Atau udah mau tidur karena jomblo?

Sama kok :3

Enjoy!

___

"Jatuh bangun aku, mengejarmu..."

"Tarik, Sis!"

"Namun dirimu tak mau mengerti..."

"Semongko!"

"Kubawakan segelas air, namun kau meminta lautan. Tak sanggup diriku sungguh tak sanggup..."

Denis memetik gitarnya seraya bersenandung, ditemani oleh Jaka yang melakukan goyangan patah-patah dan Yoga dengan goyangan ngebornya, berdiri di kedua sisi Denis bak dayang-dayang.

Kesal dengan goyangan Yoga yang tidak selaras dengannya, Jaka memukul pantat semok Yoga hingga berbunyi keras memenuhi seluruh ruangan basecamp. "Yang sama dong goyangnya!"

"Ini goyangan ikonik khas Inul darah tinggi tau!"

"Bapak kau lah darah tinggi! Daratista, dongo! Ada gila-gilanya kau kutengok!" hardik Jaka, keki abis! "Goyang kayak gue. Patah-patah khas Anisa Bahari. Berhubung ini anak lagi patah hati. Sama, kan, tuh temanya. Sama-sama patah."

"Bahar, Goblok! Idola nenek gue tuh, jangan sampai salah ucap lo! Entar dilempar pakai gigi palsunya yang bau jigong itu, mau lo?!" Yoga tidak mau kalah.

Denis yang melihat kedua teman absurdnya pun semakin kesal. Ia sudah patah hati! Barusan saja gebetannya mengunggah video singkat di snapgram dan mengumumkan bahwa gadis itu akan segera bertunangan dengan cowok lain.

Bukan apa-apa, pasalnya, Denis sudah berjuang sekuat tenaga supaya Syifa percaya padanya. Denis telah berjanji untuk kerja yang benar setelah lulus kuliah nanti. Tapi Syifa meragu dan justru menerima lamaran seorang PNS yang mengakui mengagumi Syifa sejak lama.

Yah mau diapakan. Mungkin memang tidak berjodoh. Karena kalau iya, perjuangan Denis akan terbalaskan. Selama apa pun penantiannya, sesulit apa pun usahanya. Seperti Bosnya sendiri, Aeros dan Natasha. Mereka adalah bukti nyata kalau saling mencinta, pasti akhirnya bahagia.

Kesal karena tidak mungkin merusak hubungan orang lain, Denis pun menumpahkan kesedihannya pada sebuah lagu jadul—yang memiliki makna kurang lebih seperti kisahnya—dengan bermodalkan gitar mungil yang memang tersedia di basecamp-nya.

"Dah lah, kalian diam aja. Nggak ada berdukanya sama sekali ngelihat sobatnya lagi terluka gini!" gerutu Denis.

"Ya elah, Den. Kami, kan, lagi berusaha menghibur. Cukup elo aja yang berduka, di sini kami kudu ngebuat elo happy."

"Ngomong gitu, gampang lo! Ngelakuinnya susah."

Merasa harus turun tangan, Taufan pun memulai aksinya. Apalagi kalau bukan menjelma menjadi Taufan Teguh? "Galau boleh, sedih berkepanjangan ya jangan. Hidup lo masih panjang. Mendingan lo bangkit buat ngembangin diri lo jadi lebih baik lagi. Nggak usah pusing soal cewek, biar mereka yang ngejar lo."

Denis memanggut-manggut. "Benar juga, biar si Syifa nyesal."

"Salah kalau lo termotivasi cuma buat bikin anak orang nyesal. Niat lo udah jelek di awal, entar nggak berkah." Taufan berdecak. "Singkirin itu Syifa dari otak lo mulai sekarang. Kuliah yang benar biar makin jadi "orang". Bukan buat Syifa nyesal lagi tujuan lo, tapi buat bikin jodoh lo kelak bangga milikin lo."

"Super sekali, Angin Topan kita memang!" Gaffar berdecak kagum. "Gue setuju. Penyesalan Syifa entar itu hanya bonus. Bukti kalau lo berhasil sukses, Den. Tapi bukan tujuan utama lo."

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now