58 | Snow White and the Handsome Sitter

5.8K 1.3K 90
                                    

Yang masih bangun, kita satu golongan XD

___

Evan mengucak pelan matanya saat suara menggelegar di langit membuat ia terjaga dari tidurnya. Lelaki itu meraih ponselnya di atas nakas dengan pandangan samar karena kelopak yang masih terasa lengket. Evan pun mendengus kesal mendapati dirinya terbangun pada waktu dini hari.

Lelaki itu berusaha memejamkan mata kembali, tapi usahanya selalu gagal meskipun ia merasa kantuk masih menguasai diri.

Sialan! Umpat Evan seraya bangkit sambil membanting pelan bantalnya ke atas ranjang. Besok ia harus mengantar the triplets ke kampus mereka—seperti biasa—pagi-pagi sekali karena mata kuliah pertama mereka dimulai pukul 06.30 dan Evan malah dibangunkan oleh guntur yang sedang berpesta liar di luar sana.

Tiba-tiba Evan berencana untuk memaki pihak kampus karena seenaknya membuat jadwal sepagi itu untuk mahasiswanya! Jaman Evan berkuliah, mata kuliah paling pertama biasanya dimulai pukul 08.30, pun dengan dosen yang kerap telat. Apa kampus itu tidak memikirkan nasib pelajarnya yang berdomisili cukup jauh dari lokasi mereka menempuh Pendidikan tersebut?!

Ah, sudahlah. Itu bukan urusannya!

Kesal karena tidak bisa melanjutkan tidurnya, Evan segera keluar kamar. Ia berniat mengelilingi apartemen luas tersebut upaya membuatnya bosan dan memancing dirinya kembali mengantuk.

Lelaki itu mengernyit saat mendapati beberapa ruang—kecuali dapur—masih dalam keadaan terang benderang. Evan yakin betul jika ia telah mematikan seluruh lampu saat semua anak-anak telah masuk ke kamar untuk tidur. Tapi mengapa sekarang keadaannya berbeda? Mungkinkah ada orang lain yang menyelinap masuk ke dalam sini?

Evan segera menampik pemikiran tersebut karena sangat mustahil rasanya. Pengamanan di gedung ini cukup ketat hingga Evan kerap merasa tenang jika "anak-anaknya" sedang tidak berada di luar kandang. Sekaligus meringankan pekerjaannya bukan?

Kembali pada keanehan yang didapatinya kini. Siapa gerangan yang menyalakan setiap lampu? Mungkinkah mereka sudah terbangun? Tidak mau permainkan oleh rasa penasarannya sendiri, Evan pun bergegas melangkahkan kakinya ke area di mana kamar para anak asuhnya berada.

Di tempat lain, Aeris mengetuk-ngetuk pelan pintu Laura dengan buku-buku jemarinya. Aeris mengeluh saat suara guntur semakin tidak terkendali. Bukan hanya menenggelamkan suara ketukan yang ia ciptakan, tetapi juga semakin membuat Aeris merasa takut!

Aeris memandangi daun pintu tersebut dengan penuh kekecewaan. Laura adalah harapan terakhirnya karena Natasha pasti tengah tidur dengan earpods di kedua telinganya jika langit sedang bergemuruh seperti ini. Begitupun Nathan, pemuda itu sangat suka tidur dalam keadaan hujan karena menurutnya kasur akan terasa lebih dingin dan membuat ia sulit beranjak bahkan terlepas dari mimpi indah.

Namun, usahanya sia-sia. Laura juga tidak merespons.

Gadis itu tidak menyalahkan Laura. Ia justru ingin memaki kilat yang sejak dua jam lalu belum berhenti memamerkan pada dunia akan kuasanya. Terlebih lagi, Aeris kesal pada dirinya sendiri yang penakut, bahkan untuk hal-hal yang tidak perlu dipusingkan di usianya yang sudah bukan lagi anak-anak. Seharusnya, ketakutannya lebih mendasar seperti yang orang dewasa lainnya hadapi. Bukan lagi hantu, guntur, kegelapan, ruang sempit, serangga, dan sebagainya.

Aeris menyerah untuk membangunkan Laura. Suara gutur yang terlalu kuat hari ini seolah menyuruhnya untuk berhenti karena suaranya yang lembut pun tidak sanggup membangunkan semut sekalipun.

Entah apa yang membuat cuaca begitu buruk hingga apartemen yang biasanya kedap suara akan sesuatu di luar sana, kini bahkan sanggup merasakan getaran kecil yang diciptakan bumi.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now