49 | Sleeping Beauty and the Gangsta

4.9K 1.2K 172
                                    

Yang masih baca, ayo sini absen pakai vote dulu!

Sudah votenya?

Enjoy!

___

Aeros pulang dengan kepala tertunduk. Buku-buku jemarinya yang terluka akibat memukul sang rival terlalu keras, ia biarkan terkepal kuat, menggantung di kedua sisi tubuhnya.

Di hadapannya, terdapat Aldebaran telah duduk menunggunya. Tatapan tajam pria itu seolah mampu menembus tengkorak Aeros saking tajamnya.

"Ayah kasih waktu kamu buat jelasin semua, Aeros." Sebelah mata Aldebaran menyipit. "Ayah harap, alasan yang Ayah terima sangat masuk akal atau kamu akan—"

"Aeros mau ke Jepang, Yah." Dengan kedua mata terpejam sejenak, Aeros mengadahkan kepalanya. Membiarkan air matanya mendarat mulus tanpa bisa dicegah. "Aeros mau jadi lebih baik."

Hati Aldebaran mencelus. Khawatir akan keadaan anaknya, pria itu bangkit dari tempatnya dan menghampiri Aeros. "Ada apa, Aeros?"

"Aeros mau buat pengakuan dosa, Yah." Aeros meneguk ludah susah payah, berusaha keras membalas tatapan Aldebaran. "Aeros punya genk, Aeros ketuanya. Aeros sering balapan liar, Aeros pernah tawuran, Aeros pernah bolos, Aeros nggak suka belajar, Aeros—"

Belum sempat Aeros menyelesaikan ucapannya, Aldebaran terlebih dulu melayangkan tamparan keras hingga telinga anak itu berdenging hebat. Aeros tersungkur di lantai tanpa berani membuat sang ayah semakin murka.

Namun, ketakutan Aeros saat ini tidak beralasan karena alih-alih melanjutkan pukulannya, Aldebaran justru bersimpuh dengan sebelah kakinya. Menyejajarkan diri pada Aeros yang terduduk di bawah.

"Ayah kecewa, Aeros."

Aeros mengangguk. "Maaf."

"Tapi Ayah bangga karena kamu udah jujur. Nggak banyak orang yang berani mengakui kesalahannya." Aldebaran meremas lembut bahu Aeros yang dipenuhi dengan bercak darah. "Jadi, apa tujuan kamu bicara seperti itu sama Ayah?"

"Aeros nggak pernah apa-apa sama Ayah. Aeros juga selalu ngalah sama Aletha selama ini."

"Apa yang mau kamu bicarakan sebenarnya?" tanya Aldebaran, sekali lagi.

"Aeros mau, Ayah penjarain orang itu!" Tangis Aeros pecah. Ia meraih tangan Aldebaran dan menyalaminya erat-erat. "Aeros mohon, Yah. Aeros bakal turutin kemauan Ayah asal Ayah bayar Aeros dengan permintaan itu."

Hati Aldebaran begitu nyeri melihat Aeros dalam titik terlemahnya. Ketidakberdayaan laki-laki itu seolah mengusik ketenteraman pada dirinya. "Ayah nggak paham, Aeros. Bisa kamu ceritakan dengan tenang supaya Ayah mengerti mau kamu?"

"Anak-anak itu ngincar Natasha. Natasha dalam bahaya selama Aeros nggak ada di samping dia, Yah," ujar Aeros di sela tangisnya.

"Natasha?" Aldebaran mengernyit. "Pacar kamu?"

Aeros menggeleng lemah. Natasha dan dirinya memang tidak mempunyai status resmi. Namun, selama berdekatan, baik Natasha dan Aeros sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut selagi kedua hati telah saling memiliki. "Aeros sayang dia, Yah. Please..."

"Siapa yang membahayakan Natasha, Aeros?"

"Black Eagle."

"Siapa itu Black Eagle?" Aldebaran menepuk-nepuk punggung Aeros. "Tenang, Aeros. Biar Ayah bisa selesaiin ini kalau Ayah udah ngerti permasalahannya."

Kemudian Aeros menjelaskan segala yang terjadi, mulai dari awal munculnya masalah hingga kejadian beberapa saat lalu di mana ia nyaris "membunuh" salah satu anggota karena telah mencelakai Natasha.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now