36 | Sleeping Beauty and the Gangsta

6.5K 1.4K 104
                                    

Gils, aku masih diteror akan ending Nathan dan Laura ternyata :")

Oke, clue:

Kisah Aeris adalah kunci.

Enjoy!

___

"Sha, anak di Theatre ada yang mau kenalan sama lo."

Natasha, yang sedang sibuk menikmati usapan lembut jemari Aeris di kepalanya pun lantas menoleh pada Laura. "Demi apa?" Gadis itu mengerjap tidak percaya. "Tumben bukan Aeris," lanjutnya, berbisik.

Mendengar lirihan kakak kembarnya tersebut, Aeris lantas mencubit ringan kedua cuping hidung mancung Natasha yang menjadikan sepasang pahanya sebagai bantalan. "Bukan tumben, tapi kamu yang terlalu pemilih."

Natasha langsung terduduk. Tidak setuju dengan ucapan Aeris. "Gue nggak pemilih, Ris. Tipe cowok idaman gue sangat-sangat realistis kok."

Laura, yang terduduk di hadapan mereka pun bergegas menunjukkan Natasha profil Instagram laki-laki yang tertarik pada si sulung. "Nih, orangnya. Cakep, kan?" ucap Laura, memperkenalkan anggotanya dengan bangga. "Dia pemeran Prince Charming lho. Selain tampangnya yang oke, lo juga harus lihat body-nya, Sha!"

Badan Natasha langsung condong ke belakang tatkala Laura memperlihatkan salah satu foto laki-laki bernama Bernard itu, sedang shirtless dan menampilkan otot-otot matang di seluruh bagian tubuhnya.

"Ew!"

Senyum Laura sontak redup mengetahui ekspresi jijik yang justru tampak di wajah Natasha alih-alih ngiler, seperti cewek-cewek pada umumnya. "Kok nggak nafsu gitu sih tampang lo?"

"Jijik, Lau!" Natasha mendengus. "Gue nggak terlalu suka cowok yang badannya atletis banget. Biasa aja ototnya kalau bisa. Kayak Jungkook atau Justin gitu! Tapi nggak mau yang kerempeng juga—"

"Banyak mau ya lo!" sergah Laura, memotong kalimat sang kakak. "Dicoba aja dulu. Ini anaknya baik banget kok."

Sebenarnya, Laura bukan orang yang gemar menjodoh-jodohkan. Hell no! Ia sangat tidak punya waktu untuk mengurusi urusan orang lain! Tapi ini Natasha. Makhluk pemilih yang menderita sendiri karena sikap pemilihnya! Dan Laura agak capek juga mendengar Natasha suka "mengeluh" tanpa sadar, bahwa tidak ada satu pun lawan jenis yang mendekatinya.

Natasha cantik, of course. Mereka kembar. Kalau Laura merupakan primadona kampus, otomatis Natasha pun tidak diragukan parasnya. Hanya saja, ketiganya berbeda.

Laura sangat "menonjol" auranya, sehingga ketika mereka berjalan beriringan, Laura dululah yang kaum Adam lirik. Kemudian ada Aeris, gadis polos yang terlalu biasa menurut mereka. Sementara Natasha? Terlalu tomboy dan "menakutkan" bagi para cowok.

Jadi, kalau ada yang tertarik dengan Natasha, bisa dipastikan bila mereka adalah cowok-cowok pemberani.

Berani untuk ditolak. Khusus untuk Aeros, plus "dimaki-maki".

Mengingat betapa mirisnya kisah percintaan Natasha—yang bahkan belum pernah mencicipi indahnya berpacaran, ia pun mengangguk pada akhirnya.

"Ya udah deh, kasih aja nomor gue."

***

"Dia nggak suka BTS."

Natasha tiba-tiba muncul dan mengusik obrolan ketiga adiknya. Mau tidak mau, Laura pun berhenti bercuap-cuap saat topik yang Natasha ingin bicarakan sepertinya lebih menarik.

"Ng... terus?"

"Gue disuruh pilih Jungkook atau dia." Kemudian Natasha mengangkat bahunya. "Dia single sekarang."

Mereka yang saat itu sedang bersantai ria di kamar Aeris, kontan pada melotot. Menatap horor sosok Natasha di ambang pintu seolah sosoknya adalah makhluk astral.

Bagaimana tidak?! Baru literally sepuluh menit yang lalu Natasha melompat-lompat kegirangan, berteriak-teriak memenuhi apartement dalam mengumbar status barunya. Dan sekarang, sudah pupus begitu saja.

"WHAT?!" Laura memekik. Melemparkan pandangan sulit percaya pada Natasha. "Why???"

"Ya lo pikir aja dong, belum apa-apa udah ngatur!" Natasha mendengus.

"Mungkin dia cuma bercandain kamu, Sha?" Aeris angkat suara.

Natasha mengibas tangannya. "Kalau sekali ini, bisa gue toleransi. Tapi pas masih PDKT kemarin-kemarin, dia juga sempat bilang ke gue, 'iki tih gik siki Jistin Biibir' cuma karena dia mikir Justin menang tampang doang, bukan prestasi!" cibirnya seraya mencebik. "Like I care!"

"Kan, nggak semua orang bisa suka sama apa yang Kak Sha suka..." Nathan mencoba memberi pengertian.

"That's not the point, Than!" Natasha bersedekap. "Gue nggak masalah kalau cowok gue kelak nggak suka BTS, Justin, atau bahkan nggak suka main PS dan nggak ngerti Tekken sama sekali. Masalahnya di sini adalah, kalau emang dia nggak suka, cukup nggak suka. Nggak usah ngatur. Nggak usah menyepelekan apa yang gue suka! Dikira suka sama Korea-Korea gitu dosa kali ya?!"

"Lo nggak coba kasih tahu dia kalau lo nggak suka—"

"Nggak! Udah males!"

Laura baru akan berbicara lagi saat Aeris menyentuh punggung tangannya dan menggeleng. "It's okay, Lau. Mungkin Tasha emang nggak sefrekuensi aja obrolannya sama Bernard. Kamu, kan, juga udah janji sama Tasha kalau dia nggak suka, itu pilihan dia. Kamu cukup bilang apa adanya entar sama Bernard kalau kalian ketemu," ujarnya, seolah dapat membaca isi kepala Laura dan juga hati Natasha sekaligus.

Mendapati kebenaran di balik ucapan Aeris, Laura pun memilih untuk tidak menentang keputusan Natasha kembali. Lagipula, ada benarnya juga memutuskan hubungan sejak awal jika mengetahui adanya ketidakcocokan, daripada terjebak dalam status yang menuntut kepura-puraan.

Natasha hanya menjadi apa adanya, bukan pemilih yang meminta hal muluk. Karena selama ini, belum ada yang mampu menerima segala tentangnya. Belum ada yang bisa untuk tidak "menilai" secara sepihak selera musiknya, hobinya, dan hal sebagainya yang ia sukai.

Dan Natasha menanti laki-laki itu. Seperti sang papa yang menerima make up jadi bagian dari hidup mamanya. Ia yakin, mereka hanya belum dipertemukan. Atau mungkin sudah di depan mata, tapi belum disadarinya.

<3<3<3

Kemarin pada minta-minta kisah Natasha dan Aeros. Tapi pas udah dipost gini malah makin surut votesnya wkwk. Ya udahlah, pasrah.

Thank u buat semua yang udah baca sampai detik ini, mungkin hingga nanti. I love you guys!!! Really really do~

The Triplets and Nathan! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang