69 | Snow White and the Handsome Sitter

6.9K 1.4K 191
                                    

Esoknya, Evan berencana kembali ke kampus lama triplets—usai mengantar mereka terlebih dulu—untuk menemui laki-laki misterius kemarin. Entah mengapa firasat Evan mengatakan sesuatu tentangnya berhubungan dengan misi Aeris. Terlepas dia benar Al Kantara atau justru orang lain, yang pasti sosok tersebut dirasa cukup "mengenal" Laura.

Di pelataran, Evan mengamati pengemudi berkendara dua yang memasuki lahan parkir satu per satu. Posisinya sama seperti kemarin, menempatkan mobilnya tepat di depan area sepeda motor sehingga bisa mengawasai berbagai mahasiswa yang masuk. Namun, hingga tiga puluh menit setelahnya, Evan tidak kunjung menemukan tanda-tanda sosok yang dicarinya datang.

Hingga tiga jam lebih berlalu. Lagi-lagi Evan merasakan pantatnya mati rasa karena menunggu sang target! Evan hampir menyerah. Lelaki itu nyaris mengeluarkan mobilnya dari barisan kendaraan beroda empat lainnya saat apa yang ditunggunya pun akhirnya muncul.

Diam-diam Evan berdecak. Menurut Aeris—seseorang yang memegang teguh adanya privasi bagi setiap individu—sebesar apa pun misinya, mereka tetap tidak boleh "mengorek" isi ponsel Laura hanya untuk menemukan foto Kanta. Jangan sampai membuat orang lain tidak nyaman dengan mengatasnamakan "membantu". Sama sekali tidak terpuji!

Tapi kalau seandainya ia tahu sosok "Kanta" secara jelas, kan, jadi tidak perlu menguntit seperti penjahat begini!

Yang Evan tidak tahu, bila Aeris mengizinkannya pun, ia tetap tidak akan menemukan apa yang dicari. Karena dulu, Laura telah menghapus segalanya tentang Kanta. Tersisa hanya sebuah diary Laura yang Aeris tidak sengaja temukan. Rangkaian tulisan yang membuat Aeris tahu saat itu tentang sosok Al Kantara.

Evan bergegas mengikuti targetnya saat lelaki itu keluar dari parkiran kembali—setelah gadis yang diantar olehnya berlalu dan menghilang di balik gedung.

Seraya memacu Rush-nya, Evan berharap bila sosok tersebut nanti tidak melewati jalanan sempit yang tidak bisa dilalui oleh mobilnya. Dengan begitu, maka misinya kali ini akan membuahkan hasil. Semoga.

***

"Yeu si Kakek! Dibilangin jemput sebelum waktu makan siang, malah jam dua gini baru datang!"

"Tahu, mana udah meleleh BB cream gue!" rutuk Laura seraya bercermin pada kamera depan ponselnya yang jernih, menyambung kekesalan Natasha.

Evan menghela napas. Memang, kali ini keterlambatannya dalam menjemput mereka tidak bisa ditoleransi. Itu semua karena ia sibuk menjalankan misi Aeris. Tapi untungnya, hal tersebut tidak sia-sia. Evan jadi mengetahui, di mana laki-laki misterius tersebut "bekerja".

"Maaf. Saya ada urusan tadi," ucap Evan, tidak sepenuhnya berbohong.

"Urusan apa tuh?" Natasha mengerling, curiga. "Urusan elo, kan, harusnya cuma ngurusin kami."

Baru Evan akan bersuara, suara lembut Aeris yang duduk di belakang keduanya terlebih dulu mendahului.

"Udah, Sha. Yang penting, Evan udah jemput."

Diam-diam Evan menghela napas saat ucapan Aeris—seperti biasa—mampu membungkam Natasha untuk gadis itu menyadari "batasannya". Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bila tatapan penuh selidik masih Natasha lemparkan pada Evan. Lelaki itu bisa melihatnya dari sudut mata.

Evan bersyukur karena dirinya kini sedang dalam kondisi menyetir, sehingga tidak perlu repot mencari alasan untuk "menghindar" dari Natasha.

Tidak terasa mereka pun sampai. Natasha dan Laura terburu-buru melompat turun dari mobil Evan saat kendaraan putih tersebut telah terparkir sempurna di basement. Sementara keduanya menghilang dari pandangan Evan, Aeris masih tetap bersamanya. Terduduk diam di tempat tanpa berniat turun.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now