39 | Sleeping Beauty and the Gangsta

6.8K 1.4K 281
                                    

Guys, sebenernya aku minta komen 100+ yang nyambung sama ceritanya :") tapi ya udahlah. Here we go!

Semoga kali ini komen tetep banyak tanpa paksaan, dan sesuai isi cerita ya. Enjoy~

___

Salah! Salah besar menyuruh Yoga dan Jaka menyanyi di depan gerbang kampus Natasha. Karena ketiga satpam yang berjaga kini, tampak ingin melemparkan pentungannya ke kepala mereka berdua.

"Iki gimana lee... kok Tasha manis lee... si Bos jatuh cinta, terngiang-ngiange..."

"Aeros jadi gimana-gimana gitu ya, kan... Aeros masih kecil suka sama Mbak-Mbak..."

Natasha—yang sudah cukup malu sejak kedatangan genk motor tersebut—sontak murka mendengar lirik lagu yang mereka gonta-ganti seakan menghinanya.

Dengan langkah penuh amarah, Natasha merebut pentungan salah satu satpam dan memukul Yoga dan Jaka. Tidak lupa... tentu saja sang biang masalah! Aeros, the one and only.

"Ini ngapain sih jamet-jamet pada ke sini?!" gerutunya dengan bibir menipis.

Seraya mengusap-usap kepalanya yang terkena pukul oleh Natasha, Aeros menyengir lebar. "Jemput elo dong, Shayank. Yuk, pulang."

"Najis!"

"Kok—"

"Sha?"

Sontak semua pandangan mengarah pada laki-laki yang datang menghampiri mereka. Lebih tepatnya, Natasha. "Are you okay?"

Natasha yang tidak menduga jika Bernard akan muncul kembali di hadapannya pun menggigit bibir tanpa sadar. Namun, tidak untuk Aeros yang sejak tadi tidak luput mengamatinya.

Entah mengapa dirinya bisa menyadari jika keberadaan laki-laki bertubuh atletis itu membuat Natasha jauh dari kata nyaman.

"I-I'm fine, Bernard." Natasha mencoba tersenyum lima jari, canggung. "Ini urusan gue, by the way."

"I know." Bernard mengangguk. "Tapi kalau kamu ngerasa nggak nyaman sama mereka. Aku bisa usir..."

Aeros tergelak mendengarnya. Dengan dagu terangkat, ia turun dari motornya dan mengikis jarak pada Bernard. "Mas, sorry bikin lo kecewa, tapi ngomongin soal 'kenyamanan', kehadiran elo lebih diragukan sama Tasha."

Bernard mengangkat sebelah alisnya. "Jangan belagu, bocah! Elo yang kena pukul sama dia tadi, bukan gue."

"Justru itu." Aeros menjentik jemarinya sebelum kembali menenggelamkan kedua tangannya dalam saku celana. "Karena Tasha nyaman sama gue, makanya Tasha berani macam-macam ke gue. Sedangkan elo..."

"Oke, enough." Natasha yang tidak ingin berlama-lama menghadapi Bernard pun memilih mengalah kali ini. "Ayo, antar gue pulang."

Aeros tersenyum. Bukan semata karena ucapan Natasha, tapi karena sentuhan gadis itu. Tanpa disadarinya sendiri, Natasha meraih lengan Aeros menjauh dari Bernard. Membuat Aeros detik ini juga mengerti bahwa sebenci apa pun Natasha padanya, laki-laki itu tetap dibiarkan "masuk" dalam kehidupannya.

Melihat wajah puas sang ketua, Yoga tertawa menyindir dengan pandangan mengarah lurus pada Bernard. "Duh, Pangeran Kesorean, nggak dianggap sama ya sama gebetan?" Kemudian ia pun menghidupkan mesin motornya dan memberi salam perpisahan sebelum berlalu, menyusul komplotannya yang mendahului. "Dadah, Beruang! See you soon!"

***

Natasha menatap setangkai tulip yang ia letakkan dalam botol kaca. Ingatannya kembali mengulang momen beberapa jam lalu di mana Aeros memberikan bunga tersebut padanya begitu mereka telah sampai di parkiran motor apartemennya.

The Triplets and Nathan! [✓]Where stories live. Discover now