R.A. 36

1.7K 80 4
                                    

Banyak yang bilang, malam minggu adalah malamnya para remaja. Malam dimana sepasang remaja saling bergandengan tangan menyusuri taman, mengelilingi kota untuk menghabiskan waktu bersama pasangan masing-masing.

Namun, tidak berlaku untuk gadis berparas ayu ini. Meski dirinya sudah menyandang status 'berpacaran' tetapi Ia tidak merasakan apa yang dirasakan remaja lainnya. Biasanya Ia akan disibukkan dengan pekerjaannya akan tetapi pagi tadi Papanya pulang dan untuk beberapa hari Ia izin secara mendadak.

Pancaran sinar rembulan malam ini menjadi temannya duduk di balkon kamarnya sembari meminum cokelat hangat. Ia menarik napas lalu membuangnya perlahan. Jika saja cowok itu tiba-tiba datang dan mengajaknya mengelilingi kota.

Ia sesikit menyesal karena tidak ikut makan malam di restoran bersama kedua orang tuanya dan kakanya. Bukan, Ia bukan berharap dia datang tetapi karena tatapan tajam mama beserta kakaknya membuatnya takut jika sewaktu-waktu Papanya pergi, dirinya kembali diperlakukan kasar oleh mereka berdua.

Sementara itu, di bengkel tepatnya segerombolan remaja yang berkumpul untuk menghabiskan waktu mereka di malam minggu ini nampak heboh setelah kedatangan pimpinan mereka. Sorakan demi sorakan mulai memenuhi bengkel ini.

Inilah saatnya mereka membully pemimpin geng Deforters. Kapan lagi mereka bisa membully habis-habisan pemimpin mereka itu? Rasanya sangat langka dan beruntung semua anggota Deforters hadir malam ini. Semakin meriahlah pembullyan mereka.

"Gak salah belok, Pak Bos?" tanya salah satu dari mereka.

"Seharusnya kan Pak Bos langsung otw rumah doi, ya gak?" lanjut cowok berkulit sawo matang.

"Yoiii!" sahut anggota Deforters.

"Ciee Pak Bos udah gak joms lagi ciee!" sorak mereka.

"Pajaknya jangan lupa, Pak Bos!"

"Traktir ayam gepuk special yang nganter Bu Bos cantik!"

"Gak bakal dianter sama dia," ujar seorang cowok yang duduk bersandar sambil bermain handpone.

"Bapaknya balek," lanjutnya.

"Sayang banget," ujar mereka kecewa.

"Pak Bos ready stock gak nih?"

"Apa?" tanyanya dingin tak lupa tatapan tajamnya yang menatap lawan bicaranya seakan memberi peringatan pada cowok itu.

"Sensi amat, Pak!" ujarnya lalu mengangkat kedua jarinya pertanda damai.

"Gelud ae gelud!" kompor mereka.

"Bu Bosnya ajak main dong, masa Bu Bos gak dikenalin sama kita?"

"Gak perlu," ujarnya mengambil handphone di saku celananya.

"Takut bener ditikung,"

"Tikung? Puter balik tikung lagi, simple," sahut cowok di pojok.

Merasa pembicaraan mereka sedikit memojokan seseorang, meski Ia tahu maksud sebenaranya. Ia mengambil sebatang rokok dari bungkusnya lalu menyalakan ujungnya menggunakan korek.
Biasanya mereka akan mengikuti balapan liar tetapi kali ini mereka menutuskan untuk absen.

"Lo mau cabut, Ar?" tanya Guntur saat melihat Arjuna membuang putung rokok dan bersiap untuk pergi.

"Keluar bentar," jawab Arjuna.

"Mau nyamperin, Litha?" tebak Bima.

Arjuna mengangkat bahunya acuh lalu bergegas pergi dengan ninja hitam miliknya tak lupa helm fullface yang menutupi wajah sangarnya. Jalanan kota dipenuhi muda-mudi, taman dan angkringan juga penuh.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now