R. A. 18

2.2K 108 10
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Litha melepas helmnya lalu menyerahkannya pada Arjuna. Arjuna sedang berbaik hati menawari tumpangan untuknya. Percuma saja Litha menolak karena Arjuna akan memaksa, tidak peduli akan tatapan dari siswa-siswi Trisakti. Tujuannya hanya satu, sampai di tempatnya bekerja tepat waktu agar tidak mendapat potongan gaji.

"Arjuna makasih,"

"Hm,"

"Gue masuk dulu. Hati-hati."

Arjuna menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi. Litha membuang napas beratnya, Arjuna selalu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Apa Arjuna tidak tahu jika sangat berbahaya? Litha bergegas masuk dan berganti pakaian.

Selepas mengganti seragamnya, Litha dikejutkan dengan kedua seniornya di sini. Mereka menatap Litha dengan penuh rasa penasaran. Pasalnya Litha tidak pernah diantar oleh seorang laki-laki kecuali Bima.

"Astaghfirullah, kalian ngagetin aja," ujar Litha.

"Cowok tadi siapa, Tha? Pacar kamu? Kenalin ke kita dong," ujar Dela.

"Bukan, Mbak. Dia temen aku di sekolah," ujar Litha.

"Kayanya gue pernah lihat deh, pernah ke sini gak sih dulunya?" tanya Veni.

"Pernah, Mbak. Beberapa hari yang lalu dia sama temen-temennya nyewa ruang VIP," jawab Litha.

"Dia yang paling ganteng bukan? Wajahnya mirip Manu Rios 'kan?" tanya Veni lagi.

"Giliran yang ganteng aja cepet lo Ven," cibir Dela.

"Bodo, La!"

"Beruntung lo, Tha. Pepet aja si doi," ujar Veni menatap Litha.

Saat hendak mengatakan sesuatu, Ia kembali teringat ucapan Guntur padanya. Litha menggelengkan kepalanya pelan. Tidak! Litha tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Sangat merugikan dirinya sendiri.

Litha hanya menanggapi ucapan Veni dengan senyuman. Dela menyenggol lengan Veni.

"Jangan didengerin, Tha. Yuk kita kerja nanti Pak Bos marah." ujar Dela.

Litha mengangguk dan mengikuti Dela dan Veni dari belakang.

~**~**~

Arjuna baru saja tiba di kamarnya dan merebahkan tubuhnya di King sizenya. Kelopak matanya tertutup rasa lelah mulai menghampirinya. Sekelebatan kejadin di kantin siang tadi melintas dikepalanya.

Senyumnya mengembang mengingat bagaimana tingkah Litha saat dirinya mengikut sertakan Bima dan Guntur dalam acara traktiran tadi siang. Disatu sisi, Ia merasa bahagia disatu sisi Ia merasa kasihan pada Litha.

Perlahan Arjuna mulai menyelami dunia mimpinya. Masih tersisa beberapa jam sebelum pergi ke bengkel. Arjuna akan memanfaatkan waktunya untuk tidur.

~**~**~

Arjuna terbangun saat jarum jam menunjukan pukul tujuh malam. Perutnya meminta jatah berupa makanan sehat. Arjuna menuruni tangga setelah badannya fresh karena habis mandi.


Indra penciumannya menangkap aroma masakan yang lezat. Beginilah semenjak Dewa tinggal bersamanya. Dapur yang dulunya hanya tersedia mie instan, telur, daging dan hanya beberapa bumbu dapur. Arjuna hanya sesekali memasak meski dulu dirinya sering membantu Keyla didapur.

Dewa selalu memasak entah itu untuk sarapan dan makan malam. Kehandalan Dewa dalam memasak tidak perlu diragukan lagi. Hampir semua hidangan direstauran yang Dewa dirikan merupakan hasil resepnya sendiri.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now