R. A. 09

3.1K 152 6
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^


Pagi yang indah. Mereka di sambut dengan wejangan gratis dari guru berbadan tebal ini. Ketiganya mendengarkan dengan anteng dan sering kali menjawab wejangan dari guru BK ini.

Entah sudah berapa lama mereka di ruangan berAC ini yang pasti mereka sudah melewatkan dua jam pembelajaran dan kuping mereka terasa panas sejak tadi.

"Rubah sikap kalian mulai dari sekarang. Kalian sudah kelas tiga, apa kalian tidak malu pada adik kelas kalian?" ujar Bu Eni.

"Iya, Bu,"

"Terutama kamu, Arjuna. Meski kamu pintar, sering menjadi juara umum, apa sikap kamu patut dicontoh oleh semua orang?" ujar Bu Eni menatap Arjuna.

"Mereka sudah dewasa, Bu. Seharusnya mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk," ujar Arjuna.

"Arjuna! Jangan menjawab ucapan saya!" geram Bu Eni.

"Kalau Ibu gak nanya, saya gak jawab," sarkas Arjuna.

"Kembali ke kelas kalian! Jangan membuat onar dan sepulang sekolah kalian bersihkan lapangan sampai bersih!" ujar Bu Eni tak terbantahkan.

Mereka keluar dari ruangan Bu Eni lalu bergegas ke kelas. Mungkin hari ini mereka akan mengikuti pembelajaran seperti yang seharusnya mereka lakukan.

Arjuna berjalan di belakang Bima dan Guntur. Sepanjang perjalanan, kedua sahabatnya itu saling menempelang satu sama lain. Arjuna tidak habis pikir, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Ada-ada saja.

"Mas!"

Arjuna membalikan badan, Ia sampai melupakan satu hal. Hari ini Dewa resmi menjadi siswa SMA Trisakti. Cowok yang dua tahun lebih muda darinya ini terlihat begitu sumringah saat menghampirinya.

Senyumnya tak kunjung pudar dari wajah tampannya meski lebih tampan dirinya. Arjuna bernapas lega, setidaknya Dewa senang menempuh ilmu disini.

"Kenapa, Wa?" tanya Arjuna.

"Ini Mas, Dewa dari tadi nyasar mau balik ke kelas lupa jalannya," jawab Dewa dengan cengiran khasnya.

Terdengar tawa dari Bima dan Guntur, sedangkan Arjuna geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari adiknya ini. Dewa sempat izin ke toilet saat jam pembelajaran tadi. Namun, saat hendak kembali Ia lupa belokan kelasnya. Alhasil Ia nyasar dan beruntung Ia bertemu dengan Arjuna.

SMA Trisakti sangatlah luas bahkan luasnya mencapai satu setengah hektar. Sangat luas bukan? Sekolah ini memiliki fasilitas yang sangat memadai. Bisa di bilang mayoritas siswa-siswinya dari kalangan atas dan memiliki kecerdasan serta bakat yang mengagumkan.

Sekolah ini hanya berlantai dua saja, lantai satu sebagian di gunakan untuk pertemuan para guru atau sering disebut dengan rapat, sisanya perpustakaan, kelas sepuluh, dan ruang guru. Sementara lantai dua di isi kelas sebelas, dua belas, dan lab khusus.

"Pake maps, Wa. Biar gak nyasar," ujar Bima disela-sela tawanya.

"Lagian lo anak baru udah keluyuran sendiri," sahut Guntur.

"Ya, mau gimana lagi?"

"IPS berapa?" tanya Arjuna.

"Tiga, Mas," jawab Dewa.

Arjuna mengangguk mengerti. "Dari sini lo lurus mentok belok kanan, kelas lo paling ujung,"

"Jangan-jangan tadi lo juga nyasar mau ke toilet," tebak Guntur.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang