R. A. 23

1.8K 107 10
                                    

Aku tau kalian mulai bosen. Jangankan kalian, aku aja juga bosen ngingetin buat vote dan comment!






Mereka masih menunggu Bima kembali dengan membawakan obat untuk Arjuna. Meski Guntur sedikit ragu jika Bima membelikan obat yang sesuai untuk Arjuna. Pasalnya ingatan Bima sedikit terganggu ketika lapar. Guntur terus saja mengirimkan pesan pada Bima agar tidak salah membeli obat.

Arjuna kembali memejamkan matanya berharap sakit kepalanya bisa sedikit mereda. Guntur sesekali melirik Arjuna guna memastikan Arjuna tidak pingsan di tempat. Hanya mengantisipasi saja, di sini hanya mereka berdua. Menuruni anak tangga dengan orang yang pingsan cukup membahayakan bukan?

Guntur tidak berani mengambil resiko lebih parah lagi.

"Jangan pingsan di sini lo nyet!" ujar Guntur.

"Ck! Gue gak selemah itu," ujar Arjuna kesal.

"Iya gue padam," ujar Guntur.

"Paham bego!" ujar Arjuna menempelang Guntur.

Guntur meringis pelan lalu menatap tajam Arjuna. Disaat sakit seperti ini, Arjuna masih sempat-sempatnya menempelang kepalanya. Membalas juga percuma, Arjuna juga pasti akan menempelangnya lebih keras. Dasar Arjuna.

"Litha lo apain tadi?" tanya Guntur.

"Gue gak ngapa-ngapain,"

"Terus? Pintunya kenapa lo kunci? Ngaku lo, Litha udah lo apain?" tanya Guntur.

"Gue gak ngapa-ngapain bangsat!" ujar Arjuna kembali menempelang Guntur karena kesal.

"Eh, gak cuma gue yang mikir ke sana tapi banyak Ar. Kenapa harus dikunci kalau gak ada apa-apanya," ujar Guntur.

"Kepo!"

Braakk!

Seseorang mendobrak pintu dengan keras hingga mereka terlonjak kaget. Pintu bercat coklat itu terbuka menampilkan Bima yang masih ngos-ngosan akibat lari marathon dadakan. Bima berjalan sempoyongan lalu duduk dengan kasar di sebelah Arjuna.

"Kurang asupan apalagi lo? Kasih sayang?" tanya Guntur.

"Baper gue Nyet!"

"Sama Raisa? Yaelah tinggal balikan aja, susahnya apa?" tanya Guntur.

"Perut gue yang baper dari tadi,"

"Obatnya mana?" tanya Guntur.

Bima memberikan kantung plastik berisi obat serta air mineral pada Guntur. Mengapa tidak pada Arjuna? Karena Guntur ingin memastikan Bima tidak salah membeli obat. Guntur tercengang setelah melihat obat yang dibeli Bima.

Guntur membuang napas kasarnya lalu menatap Bima datar, sementara Arjuna masih memejamkan kelopak matanya. Apa Bima tidak salah membelikan obat? Apa Bima lupa usia Arjuna saat ini? Apa efek perut kosong bisa separah ini?

"Efek perut laper bisa separah itu, Bim?" tanya Guntur.

"Jangan salah, Gun. Makhluk hidup kalau gak makan aja bisa mati," sahut Bima cepat.

"Tapi mereka gak setolol lo, bangke!"

"Astaghfirullah berdosa banget kamu," ujar Bima mendramatisi keadaan.

Arjuna membuang napasnya, Ia mulai jengah dengan perdebatan Bima dan Guntur. Arjuna membuka kelopak matanya lalu merebut kantung plastik dari Guntur. Dilihatnya isi dari kantung plastik tersebut sejenak lalu menatap Bima dan Guntur secara bergantian.

Pantas saja mereka berdebat. Arjuna mengambil air mineral lalu memberikan kantung plastik itu pada Bima tanpa mengatakan sepatah kata. Bima menatap Arjuna heran. Mengapa Arjuna tidak meminum obat yang Ia belikan?

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now