R. A 24

1.8K 98 3
                                    

Haloo!!

O genki desuka?

Apa kabar?

Aku baru belajar bahasa asing wkwk

Kalian ada yang Wibu gak?

Kalau ada, boleh dong sharing sama aku^^

So,

Happy Reading!

Satu minggu berlalu, Litha merebahkan tubuhnya di Queen size miliknya. Masih tersisa tiga minggu sebelum menghadapi pelatihan tengah semester. Kegiatannya tidak pernah berubah, sekolah, kerja, belajar, mengerjakan tugas, membereskan rumah, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Jujur, Ia sangat merindukan Papanya. Sudah lama mereka tidak bertemu, terakhir mereka bertemu adalah ketika penerimaan rapor tiba. Hanya berselang beberapa hari saja, Papanya harus kembali menyelesaikan proyek barunya di luar pulau. Beliau mengatakan tidak akan lama, mungkin beberapa bulan saja karena proyeknya hampir selesai.

Meski dirinya anak angkat, Papanya -Rafi Prasetya- tidak pernah membeda-bedakan antara dirinya dan Nessa. Rafi selalu bersikap adil terhadap mereka dan tidak pernah pilih kasih. Baginya, senyum kebahagiaan Rafi adalah hal yang utama. Sebisa mungkin Litha tidak akan pernah mengecewakan pria baik itu.

Getaran handphone membuyakan lamunannya, tangannya terulur untuk mengambil benda pintar yang tergeletak di atas nakas. Sebuah nama tertera dilayar handphonenya sukses membuat Litha bangun dari rebahannya. Litha mengucek matanya berharap dirinya hanya salah lihat.

Namun, ternyata tidak! Pesan itu benar-benar darinya. Apa Litha harus membalasnya? Bisa saja itu bukan dirinya, melainkan orang lain. Yang benar saja?

Jangan alay Litha!

Arjuna
Udh plng?

Lalitha
Udah, lima belas menit yang lalu

Arjuna
Udh mkn?

Lalitha
Belum, kenapa?

Arjuna
Mkn! Bljr jg bth tnga!
Lo gk lpa kan?

Lalitha
Iya, gue gak lupa kok:v

Read!

Litha membuang napas kasarnya lalu merebahkan tubuhnya. Apa dimeja makan ada sesuatu yang bisa Litha makan? Mungkin tidak karena Litha selalu melewatkan makan malam dan Bi Imah selalu menyediakan porsi untuk dua orang saja ketika Rafi pergi. Ya! Atas perintah Vania tantunya.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka menapakkan sosok wanita yang sudah tak lagi muda dengan setelan kebaya melekat ditubuhnya. Bi Imah! Wanita itu terlihat membawa nampan, entah berisi apa Litha tidak tahu. Litha bergegas menghampiri Bi Imah.

"Bi Imah ngapan ke sini? Nanti kalau Mama lihat, Bi Imah bisa dimarain," ujar Litha.

"Bibi mau ngasih ini nduk, kamu belum makan to?" ujar Bi Imah.

"Ya belum, Bi. Litha takut Bi Imah kena marah sama Mama,"

"Ndak bakalan tahu mereka masih di luar, sudah kamu makan ya. Bi Imah kancani,"

Litha mengangguk dan mengajak Bi Imah duduk. Pantas saja rumah ini terlihat sepi ternyata Vania dan Nessa sedang pergi. Mereka selalu saja memanjakan diri sendiri. Bi Imah mengelus rambut panjang Litha dengan penuh kasih sayang.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now