R. A. 68

1.9K 97 7
                                    

Halo! Selamat Sabtu malam!

For part selanjutnya, aku tunggu 10k readers dan 1,5k vote dari kalian, ya😊

Selamat Membaca!

Dunia seakan sedang mengujinya saat ini. Ia kembali dikhianati dan lagi-lagi tempat ini menjadi tujuannya untuk melampiaskan amarahnya. Dia tampak brutal memukul samsak. Hatinya bergemuruh tak karuan.

Di ruangan ini dia tidak sendiri, kedua sahabatnya masih setia mengawasinya layaknya bodyguard. Mereka hanya memastikan laki-laki itu tidak berbuat nekat karena patah hati. Sejujurnya mereka prihatin dengan keadaannya sekarang.

Untuk pertama kalinya mereka melihat kehancuran seorang Radyan Arjuna. Mereka tidak menyangka sebesar itu cinta Arjuna pada Litha. Mereka juga masih tidak percaya dengan pengakuan gadis itu siang tadi. Semuanya terlalu tiba-tiba.

Arjuna sudah cukup lama berada di sini. Bahkan jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan selama itu Ia tetap diam memukul samsak. Hatinya tidak hanya terluka tapi juga terkhianati. Ia tidak menyangka Litha mempermainkannya selama ini. Ia terus memaki dirinya sendiri. Mengapa Ia terlalu cepat untuk menjatuhkan pilihannya?

"Bangsat!"

Arjuna kembali memukul samsak dengan brutal, Ia tidak peduli lagi tangan dan kakinya terluka karena saat ini emosi mulai menguasai dirinya. Butiran bening mengalir dari sudut matanya. Ia sakit, Ia kecewa, marah dan sedih. Ya Tuhan! Mengapa harus seperti ini? Di saat hatinya sudah menetap untuk satu orang, dirinya malah dipermainkan.

Bima dan Guntur bergegas menenangkan Arjuna. Mereka tidak akan membiarkan Arjuna terluka sendirian. Baru saja mereka menyentuh pundak Arjuna, cowok itu sudah melayangkan bogeman untuk Bima dan Guntur secara bergantian di ikuti pukulan-pukulan lainnya. Bima dan Guntur tidak tinggal diam, mereka membalas setiap pukulan yang Arjuna berikan.

"Arjuna!"

Mereka sempat menghentikan aksi pukul-memukul satu sama lain karena suara itu. Namun, Arjuna tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menumbangkan Bima dan Guntur. Seorang laki-laki dengan setelan kantor itu terlihat marah pada Arjuna.

Ia bergegas menyeret Arjuna dan membawanya ke arena tarung. Arjuna yang masih dikendalikan oleh amarah, menyerang laki-laki itu tanpa henti. Ia sempat kesusahan melawannya tapi Arjuna tidak berhenti begitu saja. Ia kembali melakukan penyerangan.

Dengan senang hati laki-laki itu membalas serangan demi serangan yang Arjuna berikan. Ia tidak akan sungkan meladeni bocah bau kencur ini walaupun usianya tak lagi muda. Namun, semangatnya masih membara seperti dulu.

"Bangun!" ujarnya ketika Arjuna tersungkur ke belakang karena bogemannya.

Arjuna mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Ia kembali berdiri dan kembali menyerang lawannya. Arjuna kembali tersulut emosi saat lawannya ini tak kunjung menyerah melawannya. Padahal umurnya tak lagi muda.

Jangan tanyakan bagaimana wajah Arjuna saat ini. Tentu saja sudah babak belur sama seperti Bima dan Guntur. Sedangkan lawannya hanya lebam-lebam saja. Melihat aksi keduanya semakin sengit, Bima dan Guntur mencoba untuk memisahkan mereka.

Namun, laki-laki itu memberi mereka peringatan agar tidak mencampuri urusan mereka berdua. Dengan terpaksa mereka mengurungkan niatnya. Meski ragu, mereka tidak mungkin membantah ketika sang Raja sudah berkehendak. Mereka percaya pada laki-laki itu. Karena hanya dia yang bisa menenangkan amukan sang Pangeran.

"Anjing!" umpat Arjuna karena Ia kembali tersungkur hingga jatuh.

"Percuma latihan kamu selama ini," ujarnya meremehkan Arjuna.

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now