R. A. 20

2.3K 102 11
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Hidup tidak selamanya berada di atas, terkadang kita juga berada di bawah bahkan pada titik paling rendah. Namun, percayalah Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita. Tuhan tahu sampai mana batas kita bersabar dan ikhlas menerima segala cobaan yang diberikan.

Belajarlah dari sebuah masalah yang kita hadapi. Mungkin benar apa yang dikatakan bocah semalam. Ketika kita lelah kita hanya perlu istirahat lalu melanjutkan kehidupannya. Hidup tidak muluk-muluk tentang hari ini, masih ada hari esok untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Di iringi do'a dan usaha tentunya.

Mungkin Ia akan bertemu dengan bocah itu dilain waktu. Untuk sekedar makan siang sebagai rasa terimakasih karena mulai hari ini Ia akan disibukan dengan pekerjaan dan menata ulang jadwalnya

Semalam, Ia sempat meminta nomor bocah itu. Namun, bocah itu menolak secara halus malah meminta kartu namanya saja. Biarlah bocah itu yang mencari dirinya.

"Selamat pagi, Pak," ujar sekertarisnya.

"Ini berkas yang bapak minta," lanjutnya menyerahkan berkas pada atasannya.

"Ada pertemuan hari ini?"

"Ada, Pak. Hari ini anda memiliki jadwal meeting dengan dua perusahaan, membahas proyek. Setelah itu kosong, Pak," jawabnya.

"Bagaimana hasil meeting dengan Margana's group?"

"Mereka setuju, Pak. Tuan Margana menintipkan salam untuk anda, beliau juga mengatakan sangat disayangkan tidak bertemu dengan anda setelah bertahun-tahun tidak bertemu," jelasnya.

"Baik. Jangan izinkan siapa pun masuk tanpa persetujuan dari saya,"

"Baik, Pak,"

"Permisi."

~**~**~

Arjuna baru saja memasuki gerbang SMA Trisakti bersama Bima dan Guntur. Ketiganya tidak langsung ke kelas melainkan nangkring di motor masing-masing. Jiwa malas masuk kelas mulai menyerang mereka.

Tidak peduli jika mereka akan menghadapi ulangan selama satu minggu full. SMA Trisakti memang tidak pernah mengadakan pelatihan tengah semester. Para guru sepakat hanya mengadakan ulangan sebagsi gantinya dan akan mengumumkan nilai di papan pengumuman.

Bagi siswa-siswi yang notabenya pintar, diadakan atau tidak sama-sama tidak masalah. Mereka akan belajar untuk mempertahankan nilainya. Namun, hal itu tidak berlaku pada ABG.

"Semalem kalian kok bisa bareng?" tanya Guntur.

"Buktinya bisa,"

"Alasannya?" tanya Bima.

"Mesinnya mati," jawab Arjuna.

"Terus?"

"Kepo!"

"Yaelah sama temen sendiri," cibir Guntur.

"Mesinnya mati, gue benerin," ujar Arjuna.

"Itu doang?"

Arjuna mengangguk.

"Gue gak tahu sebesar apa beban masalah dia, tapi yang jelas dia kelihatan hancur. Gue gak berharap banyak dia berubah karena ucapan gue semalem. Tapi seenggaknya gue udah berusaha," jelas Arjuna.

"Sepuluh tahun merubah segalanya dan semoga dia gak berubah," lanjut Arjuna.

"Nah kan, males gue pagi-pagi udah bawa melon," ujar Bima.

"Siapa yang bawa melon anjir?!"

"Gak usah dibahas, capek jelasinnya," ujar Bima.

"Kelas."

Radyan Arjuna ✔Where stories live. Discover now