[19] Menuang minyak, melempar bara api

1.5K 217 184
                                    






***Selamat Membaca***






"Jadi ... sebenarnya kita akan pergi ke mana Tuan? Apakah Tuan sudah ingat alamatnya?" Tanya sopir taksi itu untuk kelima kalinya. Wajahnya yang ramah berusaha bersabar dengan penumpang spesialnya yang terus termenung sejak tadi.

"Pulang ... ke rumah." Jawab si manis tanpa mau mengangkat kepalanya. Merasa malu karena terus ditanya seperti itu.

"Pulang ke mana, Dek? Adek ini rumahnya mana? Ciri-cirinya apa? Catnya warna apa? Nama daerahnyalah paling tidak. Nanti kita cari sama-sama." Sambung Pak Sopir lebih lembut dari sebelumnya. Dia terpaksa mengubah nada sapaan ke Seokjin agar lebih akrab. Dia tidak ingin penumpang spesialnya itu merasa takut.

"Pulang ... ke rumah Taetae. Jinjin mau pulang...." Rintih si manis yang sudah ingin menangis kembali.

Sang sopir berdeham sejenak lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan. Berusaha meredam amarah dan rasa sabar yang mulai menipis di tengah terik matahari siang ini.

Hampir satu jam mereka berputar-putar mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Pak sopir yang mulai sadar akan perilaku Seokjin yang spesial, kini merasa maklum.

Bagaimana tidak? Dilihat secara fisik, Seokjin adalah pemuda normal yang tampan dan tidak kurang apapun. Namun siapa sangka, jika tingkahnya tak ubahnya seperti anak kecil.

Melihat argo taksinya yang terus melaju dan bertambah banyak, sopir tersebut memutuskan untuk menghentikan mobilnya. Dia tidak ingin rugi terlalu banyak hari ini. Rugi waktu dan bahan bakar tentunya. Dia juga tidak tahu, apakah penumpang spesialnya sedang membawa uang atau tidak saat ini.

Beruntung, taksi itu berhenti tepat di depan kantor polisi. Setidaknya, dia bisa mengantar penumpang spesialnya itu ke tempat yang tepat.

"Dek, turunlah. Kau bisa meminta bantuan Pak Polisi di dalam sana. Kau tidak perlu membayar jika tidak punya uang." Perintah Pak Sopir dengan lembut.

Seokjin mengintip ke jendela sejenak. Setelah itu, dengan kepala tetap tertunduk, dia menyerahkan uang sepuluh ribu kepada sopir tersebut. Itu adalah sisa uang saku pemberian Jimin.

"Owh, terima kasih. Turunlah, Dek. Setelah itu, masuklah ke kantor polisi." Saran sang sopir.

Seokjin mengangguk lalu turun dengan enggan. Dirinya ingat betul bahwa Taehyung pernah mengajaknya ke sini sebelum meninggalkannya sendirian.

Seokjin menengok ke kanan dan ke kiri sebelum memutuskan jalan mana yang akan dia tempuh. Waktu itu Taehyung berjalan menuju ke utara kemudian tiba di halte bus. Mungkin saja jika dia melakukan hal yang sama, dia bisa bertemu Taehyung di sana.

"Jinjin harus bisa pulang. Tidak boleh cengeng." Monolognya untuk menyemangati diri sendiri.

Dan akhirnya, tanpa uang sepeser pun di tangannya, Seokjin berjalan untuk menemukan halte.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GULAKU [TAEJIN]Where stories live. Discover now